16

1.1K 234 88
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hyunjin?

Ngapain tuh bocah masih disini. Sudah gila apa, ya? Susah banget, sih disuruh pulang.

Batin Jisung yang merasa cukup yakin bahwa seseorang yang berdiri di bawah sana adalah sang sahabat. Yang sebelumnya sudah berhasil ia usir dari rumahnya, sekitar tiga puluh menit yang lalu.

Dan kegiatan menutup jendela pun harus kembali tertunda, entah untuk yang keberapa kalinya. Dimana kali ini dikarenakan, Jisung yang tiba-tiba saja beranjak pergi mengambil ponsel miliknya yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas di samping ranjang.

Dengan cepat membuka lockscreen yang terpasang pada ponselnya. Sebelum akhirnya membuka salah satu aplikasi yang digunakan untuk bertukar pesan secara online.

Jari-jarinya nampak mengetikkan beberapa kalimat yang menggambarkan rasa kesalnya akibat ulah Hyunjin. Yang terlalu keras kepala.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Lima menit

Kesal karena pesannya yang belum juga mendapatkan jawaban. Jari-jari Jisung pun nampak kembali mengetikkan beberapa kalimat.

Tentu saja, ia tidak akan berhenti sebelum Hyunjin memberikannya jawaban. Tidak akan Jisung mengalah pada manusia keras kepala seperti Hyunjin.

Dan benar saja, selang dua menit kemudian sebuah notifikasi dari kontak bernama 'Hyunjinie' masuk memenuhi room chat.

Membalas pesan Jisung seperti apa yang anak itu harapkan. Tapi bukannya merasa senang karena akhirnya mendapatkan jawaban. Jisung justru dibuat membeku di tempat.

Membuat atensi Jisung tidak lagi tertuju pada layar ponselnya yang saat ini masih menampilkan room chat antara dirinya dengan sang sahabat.

Atensinya sudah tertuju ke arah jendela kamarnya yang masih setia terbuka. Meskipun merasa tidak yakin, Jisung tetap melangkahkan kakinya kembali menuju ke arah jendela. Mencoba menepis segala pikiran aneh yang tiba-tiba saja memenuhi otaknya.

Hyunjin pasti sedang berbohong.

Bocah nakal itu pasti sedang mempermainkannya saat ini.

Hanya mencoba untuk menakut-nakutinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Orang itu masih disana...

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini tubuh Jisung memberikan reaksi yang cukup berlebihan. Ketika melihat seseorang yang ia yakini sebagai Hyunjin tersebut ternyata masih berdiam diri di bawah sana.

Di satu sisi Jisung tetap ingin berpikir bahwa orang itu adalah Hyunjin yang tengah mepermainkannya. Seperti yang selalu anak itu lakukan. Tapi di sisi lain, pikirannya menyangkal hal itu.

Dengan atensi yang tetap tertuju pada seseorang yang masih berdiam diri dibawah sana. Jisung akhirnya memutuskan untuk menghubungi Hyunjin.

Lima detik

Sepuluh detik

Lima belas detik

Terpantau belum ada tanda-tanda Hyunjin akan menerima panggilannya. Bersamaan dengan tidak adanya gerakan dari seseorang di bawah sana yang terlihat seperti akan mengeluarkan sebuah ponsel.

Yang tentu saja, membuat Jisung mulai dapat menghela napasnya sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Hyunjin.

Orang itu pasti Hyunjin.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Halo? Jisung?"

Sampai akhirnya terdengar suara Hyunjin memasuki indra pendengarannya. Yang menandakan bahwa sang sahabat sudah menerima panggilan telfonnya.

Deg!

Bukan ini yang ia harapkan.

Lagi, Jisung kembali mendapatkan jawaban yang berbeda dari harapannya. Karena nyatanya orang itu, seseorang yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya justru tetap terlihat bergeming ditempat.

Sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang tengah menerima panggilan telfon. Dan hanya dalam hitungan detik, tubuh Jisung luruh ke atas lantai. Seketika kakinya terasa begitu lemah untuk berdiri.

Akibat dari orang tersebut yang tiba-tiba saja mendongakkan kepalanya. Sehingga membuat mereka melakukan kontak mata.

Orang itu...

Bukan, Hyunjin.

###

ANOTHER DAY ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang