•Meet you•

212 41 13
                                    




-hai?-



🌞🌞🌞



Derap langkahnya semakin melaju. Lorong sempit juga gelap terasa begitu mencekam dimalam hari. Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya dengan wajah memucat pasi penuh peluh. 3 orang pria bertubuh besar mengikutinya. Perawakan acak ketiga pria itu layaknya sekelompok mafia. Penculik kah? Atau pencuri? Jian tak dapat berpikir jernih. Ia hanya ingin cepat bersembunyi dari orang-orang menyeramkan itu.

"Hey berhenti!" Suara menggema di sepanjang lorong kosong semakin membuat kaki Jian bergetar.

"Jangan terburu-buru seperti itu cantik." Demi apapun Jian semakin takut sekarang.

"Ya Tuhan aku belum beramal! Aku bahkan belum menikah. Jangan ambil dulu nyawaku." Batin Jian.

"Kena kau!!!" tangan besar berhasil mencekram kuat tangan kirinya. Tak ingin lengah Jian segera berontak. Menarik erat tangannya, namun kini sebuah beda tajam bercahaya nampaknya akan dilayangkan ke arahnya sekarang.

"Brug!!!!"

"Aw!" Pekik Jian.

Mata berkunang-kunang. Kini tubuhnya tergeletak  dilantai kamar.

"Bodoh, kenapa terus-terusan jatuh dari kasur!" Jian mengusap kepalanya pelan.

"Mimpi buruk ya barusan." Ucap Jian tersadar.

"Tok...Tok...Tok..." suara ketukan pintu.

"Gue masih mimpi?" Tanya Jian setengah sadar.

"Tok...Tok...Tok..."

"Oke, siapa yang bertamu pagi buta begini." Dengan langkah malas Jian menuju ruang depan rumah.

"Hey! Lo baru bangun?" Wajah yang sangat bosan sekali Jian pandang kini terpampang nyata di hadapannya.

"Ya! Lo ngerusak tidur gue yang nyenyak!" Jian bengah.

"Sorry, tapi gue butuh bantuan lo hari ini." Tao memegang kedua tangannya sekarang.

"Ini akhir pekan Tao! Biarin gue istirahat dari perkerjaan." Jian menepis kasar tangan lelaki di hadapannya.

"Pakai ini!" Tao menyerahkan paperbag berukuran besar warna merah.

Rasa penasaran yang menggebu membuat Jian secepat kilat menarik paperbag itu.

"Apa itu, gue ga butuh baju-baju baru." Jian melemparkan tas belanja keatas sofa.

"Ji, gue serius." Kini nada biacara pria itu sedikit berbeda.

"Lo taukan, gue belum siap nikah?" Ucapnya lagi

"Ya gue tau." Jawab Jian dengan posisi badan membelakangi.

"Kali ini aja bantuin gue, tolong jadi pacar gue di depan nyokap bokap gue." Ucap Tao.

"Lo bayar cewek lain. Gue ga mau ikut campur." Jian melangkahkan kaki pergi.

"Ji...come on. Lo tau gue sayang sama lo. Lo orang yang paling gue percaya." Suara memelas Tao kembali terdengar.

Jian masih tak bergeming. Jujur Tao memang sahabat terbaiknya selama di tempat negara ini. Tapi untuk urusan serius seperti itu, Jian tak berani ikut campur.

She is "Jian" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang