•Salah Paham•

309 68 56
                                    

"Kenapa ada orang yang bisa berubah secepat itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ada orang yang bisa berubah secepat itu?"









"Bibi Jian mau keluar dulu." Jian berteriak sambil menuruni tangga.

"Naik apa non?" Tanya bi Ara

"Di jemput Namjon bi. Dah..." Pamit Jian lagi.

"Udah siap nyonya?" Ledek Namjon.

Namjon menjemput dengan mobil pribadinya malam ini. Mereka sudah lama tak menghabiskan waktu berkumpul. Sana dan Sejeong sudah lebih dulu di jemput oleh Namjon. Jangan heran jika Namjon satu-satunya pria di antara mereka. Itu sudah biasa.

"Kok kalian di belakang?" Tanya Jian heran.

"Lo di depan aja ji." Perintah Sejeong.

"Oke oke. Kalian serius ga masalah tadi sore bolos latihan?" Tanya Jieun khawatir.

"Kalo gue kebetulan eskul sastra tadi emang bukan jadwalnya." Ucap Namjon

"Anak renang juga libur hari ini. Jadi gue aman." Sejeong ikut menjelaskan.

"Lo san?" Tanya Jian pada Sana

"Emm gue juga udah ijin sama pelatih tadi, tapi ya besok pasti gue tetep kenal omelan. Lo taukan gimana mulutnya anak-anak balet. Sekali gue ga latihan di nyinyirin." Sana memutar bola matanya.

"Heran gue. Jujur anak-anak balet pada cantik tapi urusan sikap nol besar!" Namjon menggeleng kepala

"Eh gue juga anak balet. Tersinggung nih gue." Sana tak terima

"Lo pengecualian." Ucap Namjon lagi

"Makanya gausah masuk balet san. Kaya gue aja panas-panasan." Ajak Jian.

"Lo kalo mau ngitemin kulit gausah ngajak ji." Ledek Sejeong.

"Oke fine!" Jian menyilangkan tangannya di depan dada. Susah sekali mencari teman wanita untuk bergabung di eskul atletik. Sebagian besar semuanya lelaki. Hanya ada 2 wanita dan salah satunya Jian sendiri. Sedangkan satunya lagi entah siapa namanya Jian juga tidak kenal, orang itu sangat jarang datang berlatih. Cewek-cewek Aldebaran memang berbondong-bondong memilih eskul balet yang menampakkan kecantikkan mereka. Seperti balet tentunya. Jika beradu kekuatan di jalur lari hanya wajah kusam dan tak terkontrol yang terlihat.

Jian sampai di cafe yang cukup mewah, pilihan Jian. masing-masing memesan makanan mereka. Namun 1 orang hanya diam dan tak bergeming sejak tadi.

"Sana lo mau makan apa?" Tanya Jian

"Gausah ji, aku minum air putih aja. Aku ga laper." Ucap Sana

Jian menghembuskan nafasnya. Ia tahu sahabatnya ini sedang berbohong. Sana itu berbeda dengan Sejeong,Namjon, dan Jian yang terlahir di keluarga mampu. Jika Jian hidup serba berkecukupan, Sana kebalikkannya. Aldebaran salah satu sekolah swasta termahal. Namun Sana dapat masuk ke sekolah itu berkat beasiswa yang di terimanya.

She is "Jian" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang