TIGAPULUH TUJUH

203 16 5
                                    

Begitu jam pulang Chenle langsung pergi mencari anak-anak tim basket. Beruntungnya dia melihat beberapa anak basket tengah berkumpul di depan parkiran, tanpa pikir panjang Chenle segera bergabung dan memulai obrolan.

Saat sedang mengobrol dari sudut matanya Chenle dapat melihat Echa yang melangkah ragu menghampirinya, namun Chee terus mengajak teman timnya berbincang.

Chenle berbohong pada Renjun dan Echa tentang latihan basketnya hari ini. Chenle bermain basket sendirian untuk melupakan stresnya tubuhnya dibanjiri keringat karena dia bermain dari sore hingga malam.

Saat dirasa kelelahan, Chenle membaringkan tubuhnya diatas lapangan dan menatap lurus kelangit. Chenle mengingat moment saat dirinya merayakan ulang tahun Echa bersama di panti asuhan.

Chenle memejamkan matanya, bukan tertidur tapi dia pingsan tubuhnya lemah karena dehidrasi.

Ditempat Echa, dia terus berusaha menghubungi Chenle karena Renjun memberitahu bahwa dari siang Chenle belum pulang kerumahnya.

"Chenle... angkat dong telponnya... " ucapnya berurai air mata.

Echa menunggu cemas diluar rumahnya, hingga sebuah panggilan masuk. Panggilan tersebut dari Radit.

"Halo kak Echa? "
"Iyaa kenapa dit? "
"Kakak lagi bareng sama Kak Chenle nggak? "
"Enggak, kenapa Dit? "
"Radit dapet telpon dari Pak Gugun katanya Kak Chenle belum ngembaliin kunci lapangan indoor. "
"Yaudahh nanti Kakak kabarin lagi yaa.. "
"Iyaa makasih yaa kak. "

Setelah mendapat telpon tersebut Echa berbegas menuju lapangan indoor yang ada di sekolah. Jalannya sedikit pelan karena cahaya lampu sekolahnya yang sedikit remang-remang membuatnya takut, terlebih lagi Echa memiliki trauma.

Echa langsung berlari begitu melihat tubuh Chenle yang terbaring tak sadarkan diri di tengah-tengah lapangan basket.

"Chenle..!!! "

Echa meraih Chenle kedalam pangkuannya dengan gemetar Echa merogoh ponsel yang ada di sakunya untuk menelpon Renjun.

Sesampainya dirumah sakit Chenle langsung ditangani oleh pihak medis. Echa menunggu cemas di luar dan Renjun menyadari hal tersebut betapa cemasnya ketika dia melihat Chenle tak sadarkan diri bahkan tubuhnya masih bergetar hingaa saat ini, membuatnya semakin yakin untuk menyembunyikan kebenaran tentang sakit yang di deritanya.

Tak lama dokter keluar dengan memberikan vonis bahwa Chenle kekurangan cairan yang menyebabkan dia jatuh pingsan, tak hanya itu dokter tersebut juga mengatakan mungkin karena Chenle stress.

"Mohon untuk diawasi temannya, jika sudah sadar bisa panggil saya. " tutup Dokter tersebut.
"Baik dok, terimakasih. " ucap Echa

Echa menunggu Chenle hingga sadarkan diri, dari awal Renjun sudah menawarkan untuk mengantarkannya pulang karena hari sudah larut tapi Echa bersikukuh untuk tetap menunggu Chenle hingga sadarkan diri.

Jam menunjukkan pukul 11 lewat 20 menit. Perlahan Chenle membuka matanya membuat Echa tersentak dan memeluk Chee begitu dia tersadar.

"Heii heii tenang aja gue masih hidup kok." Echa memukul lengan Chenle "Lo itu ngeselin banget tau gak sih, bikin orang panik aja. "

"Awww awaa,, sakit Ca sakitt... " rengeknya bohong "Ehh ehh... yang mana yang sakit aduhh duhh maaf maaf.. " panik Echa

Melihat keduanya membuat Renjun perlahan mundur dari posisinya dan memilih untuk menunggu diluar. Renjun menyandarkan kepalanya ke tembok yang ada dibelakangnya, cukup lama dia menunggu di luar hingga akhirnya Renjun memilih untuk kembali masuk.

Renjun menyaksikan Echa yang tertidur dipeluk kan Chenle, Chenle memberikan Renjun kode untuk membawa Echa pulang dan dengan senang hati Renjun mengikuti perintah Chenle.

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang