TIGAPULUH

117 16 0
                                    

Mamah Renjun datang sendiri, mengetahui hak tersebut Echa segera berlari mendekati Mamahnya Renjun.

"Renjun Tante, Renjun... " Arum segera menarik Echa kedalam pelukannya dan berusaha menenangkannya, dia tahu bahwa ini kali pertama dia melihat Renjun pingsan jadi wajar saja jika Echa panik seperti ini, dirinya saja yang sudah melihat anaknya berpuluh-puluh kali tak sadarkan dihadapannya masih selalu panik dan ketakutan.

Sudah 26 menit dokter menangani Renjun dan akhirnya dokter tersebut keluar.

"Bisa ikut saya keruangan saya? "

Arum hendak pergi namun tangannya ditahan oleh Echa. "Aku ikut ya Tante. " dan Arum menganggukkan kepalanya.

Di dalam ruangan tersebut Dokter mempersilahkan Arum dan Echa untuk duduk di kursi yang berada dihadapannya.

"Jadi begini, kami temukan bekas makanan daging olahan di tubuh Renjun bukankah Renjun sudah diperingati tentang hal tersebut? "
"Sepertinya Renjun tidak sadar dengan apa yang dimakannya. "
"Tapi kenapa dia gak boleh makan daging, disekolah juga dia gak makan. "
"Itu karena dia... "

"Alergi!! " Potong Arum dan langsung memberi isyarat kepada Dokter tersebut untuk membenarkan pernyataannya.
"Iyaa... Renjun memiliki alergi yang cukup parah terhadap daging olahan, baiklah kedepannya saya harap ini tidak terjadi lagi. "
"Terimakasih dok. " Ucap Arum sambil berjabat tangan dengan dokter tersebut.

Jujur saja Echa merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mamahnya Renjun.

"Tante, apa bener Renjun cuman alergi doang? "
"Iyaa nak, alergi itu bawaan dari papahnya. "
"Syukurlah, aku kira sesuatu lebih parah. "

Arum tersenyum sendu, intuisi anak ini memang sangat bagus. Echa tak sedetikpun mengalihkan pandangannya pada tubuh lemah Renjun yang terbaring diatas ranjang.

Perlahan namun pasti Renjun membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah wajah sembab Echa.

Renjun menarik wajah Echa dan menghapus air mata di wajah Echa.

"Jangan nangis, gue disini gaakab kemana-mana. " Ucap Renjun menenangkan.
"Gue takut, gue takut kehilangan Lo. "
"Suttt suttt..  gue gak bakalan kemana-mana. "

"Renjun!!! " Echa terbangun dari tidurnya, rupanya kini dia berada di rumahnya. Mamahnya Renjun yang mengantarnya, katanya setelah keluar dari ruangan dokter Echa jatuh pingsan.

Echa bersiap untuk pergi ke sekolah sebenarnya dia sedikit malas pergi ke sekolah karena masih mengkhawatirkan kondisi Renjun dari semalam hingga saat ini tak ada kabar mengenai kondisinya.

Echa berlari begitu melihat Renjun yang turun dari motornya. "Renjun... "

Echa meraih tangan Renjun namun dengan cepat Renjun menepis tangan tersebut.

Mata Echa berlinang mendapatkan perlakuan seperti itu, perlahan Renjun mendekati Echa dengan wajah seriusnya.

"Jangan pernah Lo sentuh gue lagi! " Tegasnya.

Tiba-tiba Chenle datang untuk menjadi penengah antara keduanya, Chenle memutuskan untuk membawa Echa pergi dari hadapan Renjun.

"Lo gapapa? " Tanpa menjawab pertanyaannya Echa justru memeluk erat tubuh Chenle membuat Chenle melakukan hal yang sama.

Setelah dirasa cukup tenang, Chenle mengantarkan Echa hinda depan kelasnya dan membiarkan Echa untuk menenangkan diri.

"Gue tahu Lo itu sebenarnya cinta sama Renjun, Lo cuman gamau biarin gue patah hati. " gumam Chenle

Dilain tempat Renjun yang berjalan dengan rasa campur aduk tak sengaja menabrak Aisha hingga terjatuh.

"Sorry, sorry gue gak liat. " maaf Renjun
"Gak liat apa gak fokus? "
"Aisha... "

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang