LIMA BELAS

182 29 0
                                    

Chenle terkejut melihat wajah Echa yang sudah dibanjiri air mata tak pedulikan sekitar Echa memeluk Chenle dan kembali menangis dipelukannya tanpa mereka sadari bahwa sedari tadi Renjun memperhatikannya keduanya dari luar panti.

"Kak Renjun? " ucap Cici dengan polos mendengar hal tersebut membuat Renjun bergegas bersembunyi. Echa melepaskan pelukannya dan beralih untuk mencari keberadaan Renjun.

Saat tiba diluat Echa tak melihat siapa-siapa atau bahkan Renjun sekalipun tak ada kemudian dia kembali kedalam dan bertanya kepada Cici.

"Cici, Cici bener tadi liat Kak Renjun? "
"Iya kik bener, tadi Cici liat Kak Renjum disitu lagi liatin Kak Echa sama Kak Chenle kayaknya Kak Renjun marah deh. "
"Kok bisa? "
"Soalnya tadi Cici liat kalo tangan Kak Renjun gini? " cici mempraktekan tangannya yang mengepal keras.

Bruk!! Terdengar sebuah benda jatuh dari luar dan ketika dicek ternyata itu Renjun yang tak sengaja menjatuhkan drigen, melihat hal tersebut membuat Echa bergeas mengejar Renjun dan menahannya.

"Tunggu!! "
"Lepasin tangan gue. " tepis Renjun
"L-lo kenapa ada disini? "
"Gue cuman mau mastiin kalo lo pulang dengan selamat. "
"Terus kenapa tadi lo ngusir gue? " mendengar pertanyaan tersebut membuat Renjun memilih untuk pergi.

"Lo jelasin dulu kenapa? "
"Gak semua hal harus lo tau! " lagi-lagi Renjun membentak Echa. Karena sudah tak tahan lagi kali ini Echa menangis dihadapannya.

"Lo itu jahat, lo itu jahat tau gak sih. Kenapa lo selalu giniin gue kenapa lo selalu buat gue ngerasain hal aneh ini. Kalo lo gak suka sama gue lo gausah peduliin gue, lo gausah tolongin gue. Lo itu bikin gue bingung tau gak? " jelasnya sambil memukul-mukul dada Renjun.

Ketika sibuk terus memukulnya tangan Renjun beralih untuk menghentikannya dan menarik Echa kedalam pelukannya, pukulan Echa pun mulai melemah. Renjun kini dalam perjalanan pulang pikiran dan hatinya berkecamuk, dia terus memikirkan wajah Echa yang menangis dihadapannya.

Keesokan paginya Echa terbangun dari tidurnya dan kepalanya tiba-tiba memutar kejadian tadi malam ketika dirinya yang mengeluh pada Renjun dan menangis dihadapannya tentang apa yang selama ini dia rasakan.

"Aduh... Lo bodoh banget sih caa... Gimana nanti sikap gue pas ketemu Renjun. AaaaAakkk... " teriaknya membuat seisi panti terkejut.

Ketika tiba disekolah Echa terlihat berjalan dengan hati-hati lebih tepatnya mengendap-endap dia takut tak sengaja berpapasan dengan Renjun dia masih belum siap bertemu dengannya setelah kejadian semalam.

"Echa!! " sapa Yeji membuat Echa terkejut setengah mati. "Lo kenapa? Kok ngendap-ngendap gitu? "
"Ha-hah? Eng-enggak nggak gue gapapa. "
"Renjun tadi ke kelas dan dia nanyain lo. "
"H-HAH? "
"Tapi yang lo harus khawatirin soal Lia dia kayaknya marah banget sama lo. "

Echa berdecak "Iya juga sih... "
"Lo tenang aja gue bakalan bantuin lo buat ngindar dari Lia. "

"Ohh.. Jadi gini sekarang? " decak Lia entah darimana. Yeji dan Echa nampak sama terkejut.

Echa menarik Yeji untuk bersembunyi dibelakangnya.
"Yeji.. Yeji... Keluar sebentar. " Yeji mendengar perkataannya dan keluat dari belakang tubuh Echa perlahan.
"Bawa dia juga! " titah Lia pada kedua temannya.

Echa dan Yeji digiring hingga ke kolam yang ada di sekolah disana sudah ada teman sekelas mereka dan beberapa siswa yang dari kelas lain.

Mereka membuat Yeji duduk berlutut disamping kolam renang, sementara Echa hanya mereka pegang erat tangannya agar tidak dapat melarikan diri.

"Sekarang gue mau lo ceburin Echa kedalem kolam renang. " tegas Lia
"Enggak gue gamau. " jawabnya dan akhirnya wajahnya diceburkan kedalam kolam renang selama beberapa detik dan diangkat kembali.

Lia terus mengulang pertanyaan tersebut dan berkali-kali Yeji mengatakan "Tidak" dan berakhir di kolam renang, Echa berusaha berontak untuk membantu Yeji namun tenaganya tak kuat.

"Lia hentikan!! " teriak Chenle
"Oh, kau datang? "
"Ini udah keterlaluan, lo gabisa dengan seenaknya memperlakukan orang lain kayak gini. "
"Kenapa? Emang Echa siapa lo? Pacar? Kalo pacar gue bakalan lepasin dia. Mana mungkin gue nyakitin cewek yang disayang sama Kakak gue. " mendegar penjelasan tersebut membuat semua orang terkejut nereka hanya mengetahui bahwa Chenle dan Lia hanya sekadar saudara.

"Kalian pasti nanyakan gimana caranya gue yang seumuran sama Chenle bisa saudaraan? Jawabannya adalah.. Mamanya atau lebih tepatnya perempuan sialan itu telah merebut Bokap gue dari nyokap gue. " Chenle terlihat semakin emosi, Echa menyadari hal tersebut membuatnya semakin khawatir akan Chenle yang tak bisa mengendalikan emosinya.

"Yaa.. Mamah dia!! " sambil nunjuk Chenle "Adalah perempuan malam. " semua orang salinh berbisik satu sama lain.

"Iyaa.. Gue pacarnya Chenle. " seketika semua diam dan perhatiannya kini teralihkan ke Echa.

Echa berlari dan memeluk Chenle membuatnya sedikit tenang setelah mendapatkan pelukan tersebut dan tanpa mereka sadari bahwa Renjun telah menyaksikan hal tersebut rupanya hal tersebut memang disengaja oleh Lia dia ingin mengadu domba Renjun dan Chenle.

Tak tahan melihat hal tersebut membuat Renjun bergegas pergi meninggalkan tempatnya, ketika sedang berjalan di koridor rasa sakit diperutnya kembali terasa membuat tubuhnya ambruk diraihnya obat yang ada di dalam sakunya dan menelannya dalam sekali.

Didalam kelas semua orang mendadak menjadi akrab dengan Echa lebih tepatnya "Sok akrab"

"Kok mereka jadi aneh gitu sih? " tanyanya pada Yeji
"Jangan-jangan karena mereka tau kalo lo pacarnya Chenle. "
"Masasih? "

"Guyss!! Guyss!! Info penting!! " semua perhatian seisi kelas mendadak teralihkan kepada salah satu siswa yang datang dengan heboh. "Lia, Yeri sama Lisa di drop out dari sekolah. " mendengar hal tersebut membuat semua orang senang kecuali Echa dan Yeji.

Echa yang tampaknya mengerti dengan perasaan Yeji berusaha memberi nasihat agar Yeji menemui Lia untuk terakhir kalinya. Dengan ditemani Echa, Yeji pergi menghampiri Lia.

"Makasih banyak lo mau jadi temen gue selama hampir tiga tahun ini. " ucapnya sambil memberikan sebuah boneka rajutan tangan hasilnya sendiri.
"Ck. Murahan!! " decaknya sambil membuanh boneka tersebut dan beralih pergi. Echa merangkul tangan Yeji berusaha menguatkannya.

"Ca, lo maukan jadi temen gue? " tanya Yeji
"Temen? Gue, gue gabisa. "
"Gapapa gue ngerti kok, lo pasti masih dendam kan sama perlakuan gue selama ini. "
"Gue maunya jadi sahabat lo... Hahahaha.. " cadanya sambil merangkul pundak Yeji membuatnya ikut tertawa.
"Yaampun Ca gue tadi kaget banget tauga sih. "












































"Terkadang bersabar berlebih juga ada hikmahnya, dari bersabar itu aku dapatkan seorang teman yang tak kusangka kelak menjadi sahabat sejatiku. "





















~TBC

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang