SEBELAS

220 30 0
                                    

Renjun berhenti didepan sebuah rumah dan rupanya itu adalah panti asuhan tempat Echa tinggal, sejenak Renjun memandangi rumah tersebut hingga seorang keluar dari balik pintu rumah itu, sekilas mata mereka sempat bertemu dan dengan cepat Renjun menyalakan motornya dan pergi.

"Perasaan kayak ada orang deh di depan. " bingung Echa

Echa terdiam memandangi baju yang baru saja dia jemurkan, ingin sekali Echa berteriak melepaskan semua unek-unek yang terpendamnya.
Kehidupannya sangat berat, terkadang Echa merasa tak mampu memikulnya tapi dia yakin bahwa tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang tak bisa ditanggungnya.

Saat tiba dirumahnya, Renjun dikagetkan dengan kehadiran Chenle didepan rumahnya. Renjun mengajaknya untuk masuk kedalam.

"Gue rasa lo harus jauhin Echa, ancaman Lia udah gak main-main. "
"Kenapa harus?  " jawab Renjun sambil sibuk memilah pakaian didalan lemarinya.
"Echa jadi taruhannya!! " jawab Chenle dengan nada sedikit tinggi membuat Renjun berhenti dengan aktivitasnya dan beralih menatap Chenle.
"Dan gue bakalan lindungin dia. "

"Lo itu tau gak sih, lo itu lucu tau gak?  Lo mau lindungin dia tapi setiap Echa deketin lo, lo selalu nolak dan bahkan gak segan-segan buat bentak dia. " terdengar dari nada bicaranya Chenle sangat emosi setelah mengatakan hal tersebut dia pergi begitu saja.

Renjun tahu bahwa Chenle jatuh cinta pada Echa dia sangat tak pandai dalam menutupi perasaannya karena hanya dengan sekali lihat pasti sudah langsung ketahuan.

Diluar Chenle mengutuk dirinya sendiri karena sudah marah-marah dan pergi begitu saja.

"Aakhhh.. Lu bego banget sih, kenapa langsung pergi gitu aja coba. " gerutunya.

Tiba-tiba ponselnya disakunya berbunyi dan menampilkan panggilan suara dari Echa tanpa pikir panjang Chenle langsung mengangkatnya.

"Halo Chenle?  " suara Echa dari jauh sana.
"Iyaa ada apa ca? "
"Enggak gue cuman mau tanya, boleh gak gue pinjem catatan pelajaran Bu Fitri soalnya beberapa lembar buku gue ada yang damage. "

"Aduhh gue kan gapernah nyatet pelajaran Bu Fitri. " ucap Chenle dalam hati.

"Chenle?  Halo...?  Gimana..? "
"Ehh iyaa iyaa halo, emm aduh gimana ya ca kebetulan buku gue lagi dipinjem. Gimana kalo lo pinjem bukunya ke si Renjun aja,  dia ranjin noh yaa... "
"Tapi gue gak punya nomornya. "
"Gampang, sekarang gue kirimin. Oke.. "

Chenle menghembuskan nafasnya lega setelah dia mengirimkan nomor ponsel Renjun kepada Echa.

Sementara itu di Panti, Echa benar-benar kebingungan harus mengawalinya dengan kata apa disaat sedang memikirkannya tiba-tiba Bu Sekar masuk dan mengejutkan Echa.

"Kamu abis ngapain kok kaget gitu? " ucap Bu Sekar sambil merapikan pakaian di lemari.
"Enggak kok bu, tadi Echa abis telpon Chenle. "
"Ohh.. Pantesan. "
"Enggak kok bu, Echa cuman mau minjem buku catatan nya doang. "
"Loh emangnya kenapa, Ibu kan gak bilang apa-apa. " Echa membalasnya dengan tersenyum kikuk. "Yaudah dilanjutkan yaa, jangan tidur larut malam. "
"Iya bu.. "

Segera setelah kepergian Bu Sekar,  Echa mengambil ponselnya dan betapa terkejut dia ketika melihat isi ponselnya. Rupanya ketika dia terkejut tadi Echa tak sengaja mengetik beberapa hurup dan mengirimkannya. Ke Renjun.

_______________________________________
Kulkas 9 pintu

Bskchd

Hah?

Eh sorry tdi kepencet

Lo siapa?

Gue Echa, inget kan?

Iya

Mau apa?

Itu gue mau minjem
buku catatan pel Bu
Fitri, bolehkan?

Bsok. Gue tunggu di
perpustakaan jam
istirahat

Okee, makasih yaa. 
_______________________________________

"Udah? Gitu aja? Ini gue yang lebay apa gimana si, kok gue berasa gak chat siapa-siapa. " guman Echa

Tanpa disadari Echa mulai tertarik dengan Renjun dia selalu ingin tahu apa yang dipikirkan Renjun dan apa yang dia rasakan karena selama ini dia hanya melihat satu sisi dari seorang Huang Renjun, yaitu Jack Frost. Laki-laki dingin berparas tanpan. Itu adalah nama panggilan yang dibuat oleh siswi disekolah mereka dengan para siswa hanya menyebutnya kulkas berjalan atau mummy hidup.

Keesokan harinya Echa berjalan dengan ringan menuju kelas saat itu cukup ramai karena waktu masuk masih cukup lama.

Echa membuka pintu kelasnya dan sebuah ember berisikan terigu jatuh dan menimpa tubuhnya. Tubuh Echa kini dipenuhi oleh terigu tersebut, semua orang menertawakan penampilan konyol Echa.

Lia mendekat dan membisikan sesuatu ditelinganya. "Ini sebabnya kalo lo macem-macet sama gue, ini belum seberapa kita liat nanti. "

Echa menangis tak ada yang dapat dia lakukan selain menangis, perlahan tangisnya mulai kencang membuat semua orang yang menertawakan nya perlahan berhenti dan menatap kearah Echa.

Tapi ternyata bukan tangisan Echa yang membuat mereka berhenti menertawakannya tapi karena kehadiran Renjun yang membuat mereka berhenti menangis.

"KENAPA?? KENAPA BERHENTI?? AYO TERUSS.. TERUSS KETAWAIN GUE TER- "

Perkataan Echa terhenti begitu melihat Renjun yang berdiri dihadapannya. Mereka saling bertatap.

Echa melangkahkan kakinya dengan mantap dan memeluk Renjun membuat semua orang terkejut begitupun dengan Lia yang mulai tersurut api cemburu.

Sejak kejadian tersebut Echa selalu mengekori Renjun kemanapun dia pergi.

Saat hendak masuk sekolah Echa menunggunya di gerbang, saat hendak istirahat Echa menunggunya di depan kelasnya bahkan ketika dikantin Echa selalu duduk satu meja. Sudah beberapa hari Echa selalu membuntuti Renjun kemanapun dia pergi dan bahkan sekarang...

"Haii!! " sapa Echa dengan buku dihadapannya.

Echa juga bahkan mengikunya hingga keperpustakaan. Kini Renjun beralih untuk pergi ke kantin, semua orang menatap aneh kearahnya lebih tepatnya kearah orang yang ada dibelakangnya.

Dilapangan Renjun terhenti dan membalikkan badannya membuat Echa sedikit terkejut.

"Lo itu kenapa sih,  kenapa lo ikutin gue terus hah? "
"Karena gue ngerasa, gue aman kalo gue deket sama lo dan.. Lo juga selalu nolongin gue. "
"Nolongin? Nolongin apa? "
"Kejadian waktu itu, pas gue kekucinci di perpustakaan, yang gue nyaris mati tenggelam, kejadian pas PKS dan pas gue kena tepung didepan kelas gue. Itu semua terlalu klise buat dibilang cuma kebetulan dan dari situ gue yakin kalo gue di deket lo gue aman. "

Renjun tersenyum sinis "Lo tau?  GUE!! Sama sekali gaada niat sedikitpun buat bantuin lo dan satu hal gue gak tau kenapa mereka bisa berhenti pas gue dateng dan yang harus lo inget. Lo itu annoying!! Jadi gue minta sama lo jauhin gue!! Ngerti?? " ujarnya dengan emosi dan langsung pergi.

Echa terkejut benar-benar terkejut, lututnya bergemetar ketika mendengar dan menyaksikan amarah dari Renjun. Echa menjatuhkan tubuhnya pikirannya berantakan dia benar-benar ketakutan.





























"Aku merasakan rasa aman ketika berada disampingnya. Tanpa aku tahu bahwa itu adalah sebuag awal dari sebuah cinta yaitu rasa aman ketika berada di dekatnya. "



















~TBC

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang