E M P A T

280 33 2
                                    

Renjun mengayuh sepedanya di tepi jalan, sambil mendengarkan musik lewat headphone nya dia menikmati pemandangan yang setiap hari dia lihat.

Dia tersenyum, senyuman yang jarang sekali dia perlihatkan kepada siapapun bahkan Chenle sekalipun. Renjun akhirnya tiba di gerbang sekolah dia melihat Echa yang ragu-ragu memasuki sekolah, Renjun menebak apa yang dia khawatirkan. Rupanya karena Lia dan teman-temannya sudah menunggu.

Echa memberanikan diri untuk memasuki area sekolah dan ketika Echa lewat di depan mereka, rambutnya ditarik kebelakang membuat Echa meringis kesakitan sembari memegang ikat rambutnya.

"Selamat pagi Echa... " sapa Lia dengan nada ramah namun itulah bahayanya.
"Echa lo sakit? Bibir lo kok pucet banget. " ujar Lisa
"Gue punya lipstik, sini gue olesin. " ujar yang lain, bukannya mengoleskannya dengan benar. Yeji justru mencorat-coret wajah Echa dengan lipstik merah yang dipegangnya.

Echa menangis ketika semua orang mulai mentertawakannya tak ada satupun yang mau menolong Echa.

"Tolong gue, gue mohon seseorang tolongin gue. " Echa menatap satu persatu wajah siswa yang mulai mentertawakannya berharap salah satu dari mereka dapat membaca isi hatinya dan mau menolong dirinya.

Dari balik kerumunan orang Renjun melihat wajah Echa yang sduah cemong dengan berurai air mata, dia berjalan dengan santai kearah kerumunan dia mencoba membelah kerumunan tersebut.

"Sedang apa kalian? "
"Re-renjun?? " gelagapan semua orang ketika melihat Renjun berdiri dihadapan mereka sedangkan yang lain hanya saling berbisik.

"Renjun... " teriak Lia exited sambil merangkul tangan Renjun, Renjun terlihat sangat risih dengan tingkah Lia namun dia tak menolaknya membuat semua orang terkejut.

Akhirnya Lia membawa Renjun pergi dan semua orang juga mengikuti kepergian Lia dengan meninggalkan Echa seorang diri. Echa menjatuhkan tubuhnya ketanah dan menangis sejadinya.

Renjun sempat meilirik kearah Echa sesaat ketika dia mulai menjatuhkan tubuhnya ketanah.

Seseorang menyodorkan tangannya berniat untuk membantu Echa berdiri, Echa menerima tangan tersebut.

"Chenle?? " sang memilik nama hanya tersenyum dengan manis.
"Setiap ketemu lo pasti lagi nangis mulu gapernah gue liat lo lagi senyum atau ketawa haha hihi kek gini. " Echa yang melihat kelakuan Chenle mencoba menahan tawanya namun gagal.
"Nahh gitu dong ketawa lo manis kalo lagi ketawa. " ujarnya yang berhasil membuat Echa diam seribu bahasa.

"Hari ini gue pengen mampir ke panti dong. " lanjut Chenle
"Yang bener anak-anak pasti seneng banget lo dateng lagi, sebenarnya mereka minta gue buat bawa lo lagi ke panti cuman gue gak tau harus bilangnya gimana ke lu nya. " jelas Echa, Chenle tersenyum tipis membuat Echa terpana dengan senyumannya.

Echa sengaja meminta Chenle untuk tidak mengatakannya hingga depan kelas karena dia tak mau ada gunjingan mengenai dirinya lagi. Echa duduk di kursinya tak lama setelah itu Lia dan teman-temannya menghampiri meja Echa.

"Lo bersyukur hari ini gue lepasin, karena Renjun sekarang notice gue. Ahhh... Senengnyaaa.. " teriaknya tak jelas membuat telinga Echa kesakitan.


Disisi lain Renjun sibuk membolak-balikan buku yang ada dihapannya dia sejenak terdiam entah apa yang dipikirkannya yang jelas pikirannya sekarang mengalihkan Renjun dari kesibukannya.

"Echa... " satu kata yang terucap dari bibirnya.

Tak berama lama Chenle datang dengan heboh membuat perhatian Renjun terakihkan.

"Ck. Kacingin seragam lo!! " risih Renjun begitu melihat Chenle tak mengancingkan satupun seragamnya dan hanya terlihat kaos putih polos yang dia pakai sebagai dalamannya.
"Iyaa... Iyaa... " jawab Chenle dengan sedikit kesal

"Gue udah lakuin yang lo minta, sekarang kerjain tugas gue yang nomor 10-25. " titah Chenle
"Udah selesai. " jawabnya dengan dingin
"Widihh... Huang Renjun memang tak pernah mengecewakan, biarpun ngomongnya paling banyak lima kata. " saat Renjun hendak mengabil ancang-ancang untuk memukul Chenle, dia terlebih dahulu menghindar dan tertawa meledek katena Renjun tak berhasil memukulnya.

Echa diperintahkan untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari buku ensiklopedia sains, Echa kebingungan harus mencaro bukunya dimana karena dia tidak hafal seluk beluk perpustakaan.

Akhirnya Echa memutuskan untuk mengelilingi perpustakaan untuk mencari buku tersebut. Ketika sibuk menelusuri setiap barisan rak buku mendadak lampunya mati dan terdengar suara gemercing kunci.

"Loh?? " Echa yang panik berlari kearah pintu dan menggedor berulang kali pintunya. "Buka pintunya di dalem ada orang, tolong!! tolong!! Buka pintunya. "

"Tolong... Tolong... " ejek Lia dari luar
"Hahahha.. " tawa mereka semua

"Lia? Lia tolong bukain pintunya disini gelap banget gue takut, gue mohon Lia bukain. "
"Lia tolong bukain, lia tolong bukain menyenye. Gak!! Biar lu mampus aja di dalem. Ayok gengs kita cabut!! " ajak Lia.
"Cuss.. " jawab teman-temannya

"Lia!! Lia!! Lia gue mohon jangan pergi Lia!! "

Echa mulai diselimuti rasa takut dia masuk kedalam kolong meja memeluk kakinya sendiri. Bayangan masa lalu ketika dia terkunci di dalam sebuah ruangan gelap dan pengap terbayang lagi. Echa menangis ketakutan.

Renjun berjalan kearah perpustakaan berniat untuk mengembalikan buku yang telah dipinjamnya. Dia meraih kenop pintu dan berusaha membukanya.

"Loh, dikunci? " gumamnya, akhirnya dia kembali pergi.






















"Gelap dan sunyi adalah dua hal yang paling kutakuti. Karena keduanya selalu membawa kenangan terburuk dalam hidupku. "
















~TBC

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang