DUAPULUH ENAM

126 16 0
                                    

Echa kini sedang menunggu Chenle di depan sebuah ruangan, tak beberapa lama kemudian Chenle keluar dengan stelan serba hitam dan tas ransel yang menggantung di pundak sebelahnya.

Chenle membawa Echa kesebuah taman. "Makasih udah terima gue. "
"Yakinin gue, kalo pilihan gue ini bukan pilihan yang salah. "

Chenle meraih tangan Echa "Gue bakalan buat Lo yakin 100% ke gue. " Chenle tersenyum.

Chenle mengantar Echa kembali ke rumahnya, disana Chenle berpapasan dengan Bu Sekar yang baru kembali setelah menjemput Rio dan Cici yang pergi les.

"Nak, Chenle udah lama gak keliatan. Ayo masuk dulu nak, ibu buat cake kamu cobain yaa.. "
"Iyaa Bu. " Jawab Chenle, Echa hany tersenyum melihat kedekatan Bu Sekar dengan laki-laki yang kini mejadi kekasihnya itu.

Saat hendak melangkah Echa teringat akan Renjun, dia benar-benar tidak datang.

Echa segera menyadarkan dirinya "Nggak gue gak boleh mikirin Renjun terus, ini salah. "

Saat di sedang menyiapkan cake yang akan dihidangkan tiba-tiba saja Cici melompat ke pelukan Chenle membuatnya sedikit terkejut dan hanya bisa tertawa setelah menyadari bahwa itu Cici.

"Astaga tuan putri ini bikin kaget aja. " Ujar Chenle sambil menggelitik perut Cici.
"Cici gak boleh gitu lain kali. " Ucap Echa dengan nada sedikit marah membuat Cici mengerucutkan bibirnya.
"Emangnya kenapa? Kak Echa waktu itu boleh meluk Kak Chenle kenapa Cici gak boleh? "

Chenle terkekeh mendengar penuturan Cici yang membuat semakin gemas adalah ketika melihat wajah Echa yang memerah karena kalah berdebat dengan gadis kecil satu ini.

Chenle mendekati Echa yang sedang merapikan piring kedalam lemari.
"Sini...!! " Ucap Chenle
"Apa?? Gue gak mau dipeluk. " Ucap Echa geram.
"Maksud gue sini biar gue aja yang beresin piringnya. " Echa terdiam malu "Tapi kalo mau dipeluk sini.. " goda Chenle sambil merentangkan kedua tangannya membuat Echa semakin geram.

Echa pergi begitu saja melewati Chenle dengan sedikit menyenggol pundaknya membuat Chenle tersenyum gemas dengan tingkah gadisnya itu.

Echa pergi ke atap rumah disana dia mengipas-ngipaskan wajahnya yang terasa sangat panas.

"Astagaa panas banget sihh... "
"Belum juga 24 jam kita jadian masa udah cemburu-cemburan sih? " Goda Chenle
"Apasih siapa juga yang cemburu. Perasaan B aja deh. " Tangkis Echa
"Masa sih? Yaudah deh gue kebawah lagi. " Goda Chenle yang berbalik hendak pergi, namun baru dua langkah kakinya melangkah Echa memeluknya dari belakang.

Chenle melepaskan tangan Echa yang melingkar di perutnya kemudian berbalik dan memeluk Echa dari depan. Chenle mengelus lembut rambut Echa membuat Echa merasa nyaman dipeluknya.

"Lo mau pulang sekarang? " Tanya Echa
"Iya nih, anak-anak basket ngajak party buat perayaan kemenangan. Yakali kapten timnya gak ada. "
"Kapten? Lo kaptennya? " Sentak Echa terkejut.
"Iyaa... Pasti Lo nyangkanya Radit ya kaptennya? " Echa hanya tersenyum cengengesan. "Radit emang next kapten team basket sekolah kita. " Lanjutnya
"Terus Lo? "
"Gue kan sebentar lagi lulus, yakali Lo lulus gue gak ikutan lulus juga. " Candanya. Tapi ada benarnya juga, astaga betapa bodohnya dirimu Echa.

Echa mengantar Chenle kedepan.
"Lo yakin mau balik sekarang? " Tanya Echa kembali meyakinkan.
"Iyaa Echa. " Jawab Chenle mantap sambil mengelus kepala Echa.

Akhirnya dengan berat hati Echa membiarkan Chenle pergi, Echa kembali kedalam dengan wajah yang sedikit masam. Bu Sekar menyadari hal itu dan sebenarnya sedari tadi Bu Sekar mengintip kedua remaja yang tengah dimabuk asmara tersebut.

Disepanjang jalan Chenle terus tersenyum dia masih tidak percaya akan apa yang terjadi pada hari ini. Hatinya terlalu bahagia untuk dapat digambarkan dengan seutas kata.

Cold! || Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang