34 | Terlambat Bareng 🏫

13 3 0
                                    

Happy Reading ♡

Vera membuka matanya melihat sekitar. "Jam berapa ini?" 

Saat Vera memaksakan diri untuk membangunkan tubuhnya dan melihat ponselnya yang ia letakkan di nakas, melihat jam di sana membuat matanya membulat terkejut.

"Ya ampun gue telat, kok nggak ada yang bangunin sih!" Vera pun langsung mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. 

"Bi!" panggil Vera kepada Bi Nana, sambil berjalan menuruni tangga. 

Bi Nana datang dari dapur. "Non Vera, kok belum berangkat sekolah?" 

"Yang lain kemana, Bi? Kok, nggak ada yang bangunin aku?" Vera melihat sekitarnya yang sudah sangat sepi. 

"Sudah berangkat semua, Non. Non Vera saya kira udah berangkat bareng Den Abas."

"Aduuh, gimana ya. Ya udah Bi, aku berangkat dulu ya!" seru Vera keluar dari rumah. 

"Non, sarapan dulu!"

"Nggak usah Bi, udah telat aku!"

Sedangkan Fachri yang baru saja memakirkan mobilnya, langsung berlari menuju kelas. Untung saja, pintu belakang parkiran belum di kunci. Jadi, dia masih bisa masuk walaupun mengendap-endap supaya tidak ketahuan satpam.

Ia sudah lolos dari pak satpam, sekarang ia berada di koridor sekolah berlari menuju kelasnya. Saat membuat pintu kelasnya, ternyata pintunya sudah terkunci dari dalam. 

"Aduuh, bencana nih." Saat mengetuk pintu satu kali lagi, pintu terbuka menampakkan Bu Nanik dengan wajah datar membuat Fachri menelan salivanya susah. 

"Ha-hai Bu, pagi ini Ibu cantik deh," sapa Fachri. 

"Kamu tau hari ini hari apa?" tanya Bu Nanik. 

"Hari Jum'at bu, hehe," kekeh Fachri. 

"Artinya?"

"Hari terakhir ulangan." Bu Nanik tersenyum membuat Fachri mengernyit. 

"Sudah tau sedang ulangan, lain kali jangan telat lagi ya. Sekarang kamu tau kan harus apa?" 

"Tau, Bu." Fachri mengangguk mengerti. 

"Ya sudah, laksanakan sekarang!" seru Bu Nanik. 

"O-oke bu, saya ke lapangan sekarang," pamit Fachri berlari ke lapangan. 

~o0o~

Vera sudah sampai di depan gerbang sekolahnya yang sudah terkunci dan tertutup rapat, masih ada satpam yang menjaga di pos.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Vera dengan senyumnya.

Satpam tersebut pun mendekati Vera. "Jam berapa nih, Neng, kok bisa telat?" 

"Anu Pak, maaf saya telat. Saya mohon Pak buka gerbangnya untuk saya, hari ini hari terakhir ulangan loh, Pak. Nanti kalau saya ketinggalan ulangan gimana?" Vera dengan wajah memohon. 

"Bukain aja, Pak!" seru Fachri yang baru saja melihat Vera memohon. 

"Siapa kamu, ngatur-ngatur?" tanya Pak Satpam. 

"Saya juga telat kok, Pak. Makanya saya bisa keluar dari kelas. Kasih dia masuk, Pak!"

Pak Satpam melihat Vera dan Fachri bergantian. "Oke, tapi kamu jalani hukuman ya!" 

"Iya pak, saya janji!" Pak Satpam pun membuka gerbang dan Vera langsung masuk. 

"Thanks ya, Ri," ucap Vera. 

"Sama-sama, ya udah ayo jalanin hukuman." Fachri melihat Vera yang menghela napasnya. 

"Ada gue kok, yang nemenin lo jalanin hukuman. Cuman beda dua menit doang," ucap Fachri sambil berjalan di sebelah Vera. 

"Oke."

Mereka berdua menaruh tasnya di tempat duduk pinggir lapangan, Vera dan Fachri mulai berlari keliling lapangan. Sudah tiga kali putaran Fachri menatap Vera yang terlihat kelelahan. 

"Mau istirahat dulu nggak?" tanya Fachri masih berlari perlahan di samping Vera. 

"Kalau lo cape istirahat aja, nggak usah nungguin gue," jawab Vera tidak menatap Fachri. 

"Yakin nggak mau istirahat dulu?" Vera mengangguk pasti, Fachri pun berhenti dan membiarkan Vera berlari sendirian. "Gue tau, lo udah cape, Ra," gumam Fachri sambil mengatur nafasnya. 

"Ayo! Lo pasti kuat, Ra. Baru tiga kali putaran ya kali lo udah cape," gumam Vera masih berlari, yang lama-lama mulai pelan. "Aduh, gue udah ngak kuat." Bruk! 

Fachri yang dari tadi melihat Vera, refleks langsung berlari ke arah Vera yang sudah terbaring lemah di lapangan yang mulai panas karena cahaya matahari. 

"Ra, lo nggak papa?" tanya Fachri dengan paniknya. 

"Nggak papa Ri, biarin gue begini dulu." Fachri menghela napasnya, tidak mungkin ia meninggalkan Vera yang sedang lemas tertidur di lapangan. Fachri mengangkat badan Vera sampai ke tempat duduk di pinggir lapangan, dan menduduki nya di bangku itu. 

"Nih minum," tawar Fachri mengasihi Vera air mineral. "Makanya, jangan sok kuat!" 

"Apaan, gue memang ku- uhuk uhuk!" Vera tersedak, Fachri pun menepuk perlahan punggung Vera.

"Jangan dibiasain ngomong sambil minum!" Vera menatap Fachri dengan fokus, membuat Fachri mengerutkan alisnya. 

"Kenapa? Ya udah ayo, lanjutin lagi!" Fachri beranjak dari duduknya. 

"Eh, bukannya hukuman lo dah selesai?" tanya Vera berjalan di samping Fachri. 

"Gue kan, mau nemenin lo." Vera mangut-mangut berlari mendahului Fachri. Fachri terkekeh  di belakang Vera dan lanjut menemani Vera berlari bersebelah. 

~o0o~

Jam menunjukkan angka tujuh pagi, Vera dan Fachri sedang duduk berdua di bangku pinggir lapangan, sedang beristirahat sejenak dan berkalut dengan fikiran mereka sendiri. 

"Ra!" Vera menengok tetapi matanya tidak melihat Fachri. 

"Ya?" Fachri tidak bisa menunggu lama lagi ingin mengucapkan. 

"Lo sebenarnya, udah ada yang punya belum sih?"

"Kenapa tiba-tiba nanya begitu?" tanya Vera.

"Gue tau lo ngerti." Vera berkalut saat mendengar ucapan Fachri, yang sedikit aneh menurutnya. 

"Hmm, nggak ada." Fachri membulatkan matanya. 

"Beneran?" Vera mangut-mangut sebagai jawabannya. 

"Emangnya kenapa, kalau gue belum ada yang punya?" Giliran Vera yang bertanya. 

Fachri langsung menjawabnya. "Ya, gue bakalan nembak lo." Vera mengerutkan alisnya dan melihat Fachri yang dari tadi melihatnya. 

"Kalau gue udah ada yang punya?" 

"Ya gue tetap jadi milik lo." 

"Aneh." Fachri menghela napasnya berat. 

"Ya, gue aneh karena lo," balas Fachri. 

"Lah, kok karena gue?" tanya Vera.

"Ya, karena gue suka sama lo."

Deg 

Vera membuang mukanya, gelagapan bingung mau berbicara apa lagi, mulutnya tertutup karena detak di dalam dadanya terus menganggunya sedari tadi, sekarang berdetak lebih kencang. "Please lah Ra, lo jangan kaya begini."

Fachri tidak berhenti melihat Vera, ia terkekeh melihat wajah Vera yang memerah. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya, tetapi ia mempunyai janji. 

"Yuk, ke ruangan!" Vera mengangguk sambil mengambil tasnya tanpa melihat Fachri. Mereka berdua pun berjalan ke ruang ulangan mereka masing-masing. 

TBC~

Tanpa AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang