Happy Reading♡
Kita tuh udah temenan dari orok, apa-apa bareng. Kalau ada masalah bilang jangan disimpan sendiri. Biar kita sama-sama merasakan kalau lo lagi susah.
-Kevin Alvarest-
~o0o~
Kevin POV
Seperti biasa disetiap harinya gue bangun pagi untuk mandi, setelah itu melaksanakan salat subuh, memakai seragam dan membereskan tempat tidur. Sesudah semuanya sudah rapi gue langsung turun ke bawah duduk di ruang makan menunggu sarapan yang paling enak buatan mama.
"Nih, sandwich sama air putihnya," ucap Sintia, mama gue sambil ngasih gue sarapan.
"Makasih ya, Ma."
"Ma, aku nanti bawa motor Papa, ya? Soalnya motor aku mau aku service."
"Ya sudah, mama ke kamar dulu mau ambil kunci motor Papa kamu," ucap Mama.
Gue pun melanjutkan makan sandwich buatan mama gue yang selalu enak, beda dari yang lain. Gue di rumah hanya tinggal bertiga bersama mama dan papa, karena gue anak satu-satunya.
Kadang di sini terasa sangat ramai karena ada adik dari mama gue yang sering main kesini saat liburan, yang bernama Om Fadli bersama keluarga kecilnya.
Alva-papa gue-semalem nggak pulang karena masih sibuk sama pekerjaannya yang dibantu sama Om Fadli juga. Jadi sekarang gue di rumah cuman sama mama.
"Nih." Mama ngasih gue kunci motor papa yang selalu papa titip ke mama, karena papa suka lupa naruh kunci motornya dan terkadang papa lebih memilih mengendarai mobil, karena motor sport gue harus di service setiap bulannya, gue sering pakai motor papa.
"Makasih, aku jalan dulu ya, Ma," pamit gue sambil mencium punggung tangan mama dan kening mama.
"Sama-sama, hati-hati ya, Vin," ucap mama gue sambil mengusap puncak kepala gue.
Gue sebenarnya nggak tega ngeliat mama yang selalu cape sendirian beresin rumah yang kata temen-temen gue rumah gue itu kaya istana. Kadang mama memerlukan pembantu hanya pas lagi butuh banget aja. Mama juga sering sendirian di rumah.
Gue menjalankan motor dengan perlahan dan fokus, karena keadaan jalan raya yang sangat ramai seperti biasanya. Saat di lampu merah gue ngeliat di kaca spion ada Aditya lagi mengendarai motornya dan pas banget sekarang berhenti di samping motor gue. Gue pun memanggil namanya untuk menyap.
"Adit!" panggil gue tapi dia nggak ngejawab apalagi nengok. Terpaksa gue ngeklakson dan akhirnya si Adit nengok.
"Ehh, Vin, gue kira siapa," ucap Adit saat baru sadar di sampingnya ini motor gue.
"Lo gue panggil dari tadi nggak nengok."
"Apa? Gue nggak denger lo ngomong apa, gue pakai helm nih," jawab Adit gue baru nyadar, orang kalau ngendarain motor pakai helm kan jadi budek mendadak.
Tin! Tin!
"Gue duluan ya, Vin!" teriak Adit sampai-sampai melambaikan tangan dan ninggalin gue. Karena lampu merah sudah berganti jadi lampu hijau gue menjalankan mobil gue.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Akhir
Jugendliteratur[ ON GOING ] Apa arti cinta? Dia datang tanpa permisi lalu pergi tanpa pamit, dia kembali dengan harapan kalau dia pergi tidak masalah, padahal tidak mudah yang dia bayangkan, dia ingin aku dan dia bisa bersama lagi seperti dulu. Tidak, dulu kita b...