39 | Ayo kita nikah!

10 3 0
                                    

Ikuti saja alurnyaaa~

Happy Reading (≡^∇^≡)

~o0o~

Waktu menunjukkan tengah hari, yang artinya hari sudah siang. Langit sedang tidak baik-baik saja menandakan hujan akan datang, Dinda dan Dito sedang duduk di suatu restoran. Satu tahun lamanya mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih dan satu tahun Dito mencari perhatian kepada Dinda.

Saat Dinda masih jamannya sekolah, Dito selalu menunggunya di depan gerbang dan mengantarnya pulang, saat Dinda masih bandel-bandelnya Dito tidak henti menegaskannya sampai Dinda kuliah sekarang.

Umur Dito sudah 27 tahun, sudah waktunya ia memilih pasangan hidupnya, tidak perlu jauh-jauh seorang wanita di depannya sudah pas menjadi calon istrinya.

"Sudah selesai makannya?" tanya Dito sambil menatap Dinda yang baru selesai menelan suapan terakhirnya.

"Sudah," jawab Dinda meminum, minuman yang tersisa.

"Mau pulang sekarang? Mendung nih, keburu hujan," ucap Dito membuat Dinda menghela napas.

"Nanti, nunggu turun dulu makanannya. Kalau hujan juga nggak apa-apa, nanti kita hujan-hujanan aja," lanjut Dinda dengan senyumannya.

"Kalau hujan-hujanan nanti kamu sakit," balas Dito.

"Aku nggak sakit tuh, kan kamu tau kalau aku hujan-hujanan nggak pernah sakit. Yang ada kamu, yang baru kena hujan sedikit langsung sakit ak-

"Aku mah kuat, nggak kayak kamu," ucap Dito memotong ucapan Dinda, Dinda pun terkekeh.

"Gemes banget sih, pacar aku," ujar Dito sambil mengacak-acak rambut Dinda.

"Ih, kamu mah kebiasaan!" seru Dinda sambil merapihkan rambutnya kembali.

"Habisnya kamu gemesin mulu, nggak mau ngalah, pengen aku gigit rasanya," ledek Dito.

"Gigit aja nih," balas Dinda. Dito berdiri dari tempat duduknya dan memegang lengan Dinda membuat Dinda kaget.

"Eh, kenapa tiba-tiba megang tangan aku?" tanya Dinda panik sambil mendongak melihat Dito yang berdiri dihadapannya.

"Ayo, kita nikah!" ajak Dito membuat Dinda mengedipkan matanya polos.

"A-apa maksud kamu?" Dinda berdiri dari duduknya, dia merasakan malu karena banyak pasang mata yang melihat mereka berdua.

"Katanya mau aku gigit sekalian aku makan, ya udah ayo kita ke KUA," ujar Dito.

"Gigit dan makan kamunya pas udah sah," bisik Dito membuat Dinda merinding.

Dinda dan Dito berada di atas motor Dito yang sedang berjalan di jalan raya yang basah karena diguyuri hujan, tetapi sekarang hujan sudah reda. Keinginan Dinda yang mau hujan-hujanan tidak jadi, karena dia tidak mau Dito sakit lagi karena ulah nya.

"Hei, tumben kalem di atas motor. Biasanya pecicilan," ledek Dito kepada Dinda yang sedari tadi diam dibonceng Dito.

"Nggak, nggak apa-apa kok," balas Dinda. Sebenarnya dia memikirkan perkataan Dito tadi, Dinda harus siap jika dia menikah dengan Dito, dia tidak ingin lama-lama Dito menunggunya.

Tanpa AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang