32 | Penilaian Akhir Semester 🏫

6 5 7
                                    

Happy Reading ♡ 

Hari pertama penilaian akhir semester PAS/UAS semua murid sudah ramai di depan ruangan mereka masing-masing ada yang sedang bergosip, mulut yang komat-kamit sibuk menghafal dan ada juga yang duduk di pojokan supaya lebih fokus lagi belajarnya. 

"Ra, kaki lo udah lumayan?" tanya Nada duduk disampingnya. 

"Lumayan sih, soalnya udah diurut jadi bisa jalan," jawab Vera meringis. 

"Oke, baguslah jadi gue sama Aca nggak repot lagi." Vera mengernyit. 

"Lah, siapa yang minta tolong ke elo? Gue 'kan bisa sendiri." Nada membuang mukanya. 

"Udah-udah ayo belajar!" seru Keisha. 

"Siap Ca! Eh, lo nggak bikin contekan, Nad?" Nada mengerjapkan matanya. 

"Apa? Lo nggak salah ngomong, bukannya lo yang sering buat contekan?"

Vera menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, lo ngarang deh!" 

Seketika hening, mereka melanjutkan membaca buku mengumpulkan materi di dalam pikiran mereka. Karena hari pertama di pagi hari ini, pelajaran pertama adalah matematika. 

Kring! Kring! 

Bel berbunyi, semua pengawas berjalan menuju kelasnya masing-masing, sebelum di bolehkan untuk mengerjakan soal ulangan semua pengawas memeriksa kelengkapan muridnya, seperti alat tulis, papan jalan, kelengkapan pakaian dan yang paling penting name tag. 

~o0o~

"Bagaimana kalian pelajaran pertama UAS?" tanya Ines kepada teman-temannya yang sedang memegang buku masing-masing. Setiap mata pelajaran di beri jarak untuk beristirahat jadi sekarang mereka berada di luar kelas, tidak boleh ada yang ke kantin. 

"Alhamdulillah lumayan," balas Thalita. 

"Lumayan apa, Tha?" tanya Keisha. 

"Lumayan susah!" Semuanya tertawa melihat muka Thalita. 

"Hahaha, emangnya lucu ya?" Thalita memutar bola matanya malas. 

"Lucu Tha, ngeliat muka melas lo, Hahaha!" timpal Vera diberi tatapan tajam oleh Thalita. 

Sedangkan di seberang mereka sedang sibuk dengan dunianya masing-masing, ada yang sedang bernyanyi lagu galau, ada yang sibuk menyalin jawaban alias buat contekan, ada yang membaca buku dengan teliti sekali. 

"Sst! Bisa diam nggak kalian?" kesal Fachri. 

"Weeh, ampun bang jago!" canda Aditya. 

"Jago apaan tuh, Dit?" tanya Rifki. 

"Jago nyontek! Hahahaa!" semuanya tertawa kecuali Kevin yang sedang serius membaca dan Fachri yang sedang fokus menyalin. 

"Lo matematika buat contekan juga, Ri?" Fachri mangut-mangut. 

"Kok, nggak bagi-bagi!" protes Malik. 

"Kan, jarak tempat duduk lo sama orang pinter nggak jauh, kenapa nggak nyontek ke dia aja?" tanya Fachri, yang di maksudnya adalah Kevin.  

"Dia nya sombong!" ejek Malik. 

"Dia nya pura-pura tuli!" timbal Rifki. 

"Lah, kalian enak di belakang, gimana nasib gue yang selalu duduk paling depan," keluh Ahmad. 

"Lagian sih, huruf depan nama lo dari A," ucap Fachri. 

"Ngadu ke bapak lo sono, biar nama depan lo ganti," cibir Aditya. 

Tanpa AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang