1.

2.4K 299 488
                                    

Vote tidak memaksa, yang penting kalian kasih komentar 💣

Cerita pertama berbau fanfiction, kalau terjadi kesalahan harap di maklumi.

Senyum yang tulus menjadi simbolik lelaki itu, perilaku nya lemah lembut dan penuh kasih sayang. Kesakitan tak pernah dia sembunyikan, jika itu sakit dirinya akan menangis, bukan tersenyum. Kata orang-orang, dirinya terlihat seperti lelaki lemah, padahal di balik sifatnya, terdapat banyak ketulusan.

Dia seorang Lee Jeno. Dirinya sudah lama tinggal bersama orang tua angkat. Diperlakukan layaknya seorang pembantu adalah sehari-harinya, jarang pula untuknya tidak mempunyai bekas luka. Lelaki menjadi bahan kekerasan? Tidak heran jika dia korban-nya, bukan fisiknya yang lemah, tetapi hatinya yang terlalu lembut untuk balas dendam.

Kekerasan yang lelaki itu dapat tidak menjadikan dirinya sebagai
tukang bully, justru membuatnya menjadi Lee Jeno yang penuh ketulusan. Dia tidak menjadi anak yang nakal untuk mencari perhatian orang tua, sebab dirinya tidak yakin selama ini dianggap sebagai seorang anak.
.
.
.

Kombinasi bermacam-macam kegiatan membuat kelas itu tampak ramai, di sudut kelas beberapa orang tengah bercerita, suara tawa dan juga candaan ikut andil dalam memupus keheningan. Bukan cepat-cepat menyelesaikan piket, sapu dan juga kemoceng malah dijadikan layaknya mikrofon. Jangan lupakan teriakan panik dari beberapa siswa yang salah jadwal membuat kelas itu menjadi semakin hidup.

Seorang laki-laki duduk anteng di kursi miliknya, mendengar sahabat yang saling bertukar cerita sebelum jam pelajaran dimulai. Memiliki seorang sahabat adalah sesuatu yang sangat dia syukuri, lelaki itu bisa merasakan kebahagiaan yang belum dia dapat di rumahnya. Jeno tak pernah mempermasalahkan sifat dari sahabatnya, mereka mau bersamanya saja sudah membuat Jeno senang bukan kepalang. Ya, itu kebahagiaan untuk seorang Lee Jeno.

"Jeno! Gue nyontek PR lo!" teriakan Haechan membuat siswa-siswa di kelas itu berdecak kesal, suara cempreng Haechan adalah hal yang paling dihindari di kelas itu. Meskipun suaranya sangat memekakan telinga, jika sudah bernyanyi maka akan berubah jadi memanjakan telinga.

"Emang ada PR?" tanya Jisung dengan polosnya.

"Gila! Lo ga tau sama sekali? Padahal soal nya satu lembar folio," ujar Haechan tak percaya.

"Udah, salin punya ku aja," sela Jeno saat melihat raut wajah Jisung yang sepertinya menahan untuk tidak menangis.

"Banyak banget, tulisin dong!" pinta anak imut tersebut.

Haechan menggebrak meja karena tak terima. "Lah enak banget nih bocah, gue aja nulis sampe jari-jari hampir copot," protesnya.

Jeno menepuk pundak lelaki itu untuk menenangkan-nya, tak lupa senyum manis yang menjadi ciri khas dirinya.

"Woy Haechan! Lu kalo ngomong kecilin volume bisa kaga?" protes seseorang.

"Udah otomatis ini," jawabnya singkat.

Dengan cekatan Jeno menyalin jawaban untuk sahabatnya, Jisung. Sementara Haechan, lelaki itu terus mengoceh sembari menulis, dirinya sudah mengetahui jika ada tugas, namun tak berinisiatif mengerjakan di hari-hari sebelumnya.

"Selamat pagi!"

Ketiga anak itu tersentak, terlebih Jisung yang nampak gugup karena tugas nya belum selesai, padahal Jeno sudah menulisnya dengan sangat cepat. Haechan yang sudah selesai tersenyum bangga, dirinya memandang Jisung dengan senyum mengejek.

"Mampus, tunggu aja lo dihukum Bapak Siwon," ledek lelaki itu.

"Yang tidak mengerjakan PR keluar dari kelas. Sekarang juga!" tegas guru itu.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang