7

405 110 60
                                    

Up 3 sekaligus! Komen, oke!

Jeno mengetuk pintu rumahnya berkali-kali tetapi tidak ada yang menyahut sama sekali, lelaki itu memilih untuk menunggu di kursi sembari menghirup udara malam. Ingin sekali Jeno segera merebahkan tubuhnya di kasur dan terlelap di alam mimpi, tapi sepertinya mustahil, mengingat perlakuan orangtuanya membuat Jeno jarang berharap lebih.

"Oh, masih hidup kamu? Saya kira mati jatuh dari pesawat." Jeno tersentak mendengar ucapan mamanya.

"Ck, ngabisin duit aja kamu! Mana hasil kamu? Gak ada kan?" tanya perempuan paruh baya tersebut dengan sinis.

"Udah Jeno transfer ke rekening mama," jawab lelaki itu.

"Sana masuk! Bersihkan pecahan kaca di kamar Aecha!" perintahnya.

"Ma, Jeno capek pengen istirahat." Untuk pertama kalinya Jeno menolah perintah perempuan itu, tubuhnya sudah benar-benar lelah malam ini.

"Oh melawan kamu?" Perempuan itu mengambil selang air di depan rumah dan menyemprotkan ke arah Jeno, bagaimana lelaki itu menghindar jika perempuan tersebut  mengunci pergerakan Jeno, jika Jeno melawan dirinya takut jika melukai fisik orangtuanya.

"Wah, jam segini main air ya, Bu?" sahut seorang tetangga yang sepertinya baru saja membeli seblak.

"Iya, Bu. Ini Jeno katanya gerah," jawabnya sembari terkekeh.

"Jeno gak bilang gerah, Jeno bilangnya capek," sahut lelaki itu.

'Plak'

"Tidur di luar!" bentaknya.

Jeno tak acuh dengan perintah mamanya, lelaki itu berlari masuk ke dalam rumah dan segera menuju kamarnya tak lupa mengunci pintu. Jeno membiarkan mamanya yang sudah berteriak penuh amarah. Kali ini bukan Jeno seperti biasanya, dirinya hanya menuruti kata-kata Bunda Aera.

"Maafin Jeno, Ma. Tapi Jeno capek."

Lelaki itu segera berganti baju dan berbaring di kasur. Baru saja dua menit Jeno memejamkan mata, tiba-tiba pintu didobrak oleh seseorang.

"Sini kamu!" bentak papanya.

Lelaki tua itu membawa sapu dan mencambukkan pada anak itu, Jeno hanya diam sesekali meringis kesakitan.

"Mau kurang ajar kamu?!" Kembali lagi dicambukkan sapu tersebut ke arah Jeno.

'Deg'

Seperti mati rasa, dunianya seakan berhenti dan jantungnya berhenti berdetak setalah itu, air matanya turun perlahan, Jeno diam mematung sebelum akhirnya anak itu terjatuh dengan tangan masih memegangi dadanya. Ya, lelaki tua itu memukul tepat di dada Jeno.

"Papa! Dia bisa mati!" teriak Aecha.

Perempuan itu menatap khawatir Jeno yang tergeletak lemah di lantai, lelaki itu masih membuka mata tetapi tak bisa bernafas. Bukan membantu, lelaki paruh baya itu justru menginjak perut Jeno hingga cairan merah keluar dari mulut Jeno.

"Papa!" bentak Aecha.

"Jeno! Bertahanlah! Bibi bantu!" teriak perempuan itu.

"Jeno... Kamu masih bisa bertahan? Hey! Lihat kemari, Jeno! Jangan seperti orang sekarat! Jeno!" teriak Aecha.

Kedua wanita itu mengangkat Jeno dengan susah payah ke mobil. Aecha melajukan kendaraannya sudah seperti lomba balap.

"Arghh! Kalaupun Jeno gak nglawan, pasti gak bakal kaya gini." Aecha terus mengomel sembari mondar-mandir di depan ruang itu.

"Sebenarnya akhir-akhir ini Jeno kesulitan bernafas," beritahu sang asisten.

"Ck, anak itu. Apa dia tidak tau bagaimana sikap papa?"

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang