32.

469 41 11
                                    

Komen tolong🥺 itung² THR lebaran buat author😭
Bintang nya janlup.

Puter lagu di mulmed

🎶Will be back- Sun Hae Im🎶

"Kak, aku takut."

Chanyeol hampir bosan mendengarkan ucapan Jisung yang mengatakan hal itu sedari tadi. Ya kalau hanya berbicara biasa, Jisung sedari tadi menangis dan duduk di depan pintu ruangan itu bersama Aera.

"Aera, lo belum makan dari kemaren. Sana ke kantin, atau mau gue beliin?" tawar Hana.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, mana bisa menelan makanan disaat saudaranya berjuang melawan ajal. Aera menepis fikirkan buruk itu, dia sangat yakin Jeno baik-baik saja dan setelah ini keluarganya akan membaik begitu juga persahabatan Jeno.

"Aera, Jisung. Bangun, jangan duduk di bawah kaya gitu!" ucap Chanyeol tak henti-hentinya sedari tadi.

"Aera, dipanggil Kakekmu!"

Detik itu juga Aera mau berdiri, dia sangat merindukan Kakeknya. Benar dugaannya selama ini jika Kakeknya masih hidup. Aera mengikuti langkah Oma yang membawanya entah kemana, dia tak curiga, karena mungkin Kakeknya ingin bertemu di tempat yang sepi.

Aera memasuki ruangan yang sepertinya tempat istirahat para pegawai Rumah Sakit. Itu sangat masuk akal, karena Aera juga sering ke tempat ini bersama Kakeknya. Aera memang bercita-cita menjadi dokter, itu sebabnya dia sangat suka berkunjung ke Rumah Sakit. Namun hal itu tidak terjadi lagi setelah Kakeknya yang menghilang secara tiba-tiba.

Perempuan baya itu tidak masuk dan hanya di ambang pintu dengan memegang knop pintu. Aera mengalami rasa itu lagi. Firasat buruk kembali membuatnya gundah. Perempuan baya itu tersenyum iblis dan menatap Aera dengan sinis.

"Mau titip salam buat ucapan selamat tinggal ke saudara kamu itu?" tanya perempuan itu sebelum akhirnya menutup pintu.

Aera menggeleng pelan dan hendak berlari keluar, namun dirinya kalah cepat dan kalah tenaga dengan seseorang yang berada di luar. Aera yakin ada orang lain selain neneknya di luar.

"Jeno! Oma! Jangan celakain Jeno! Oma!"

"Bunda tolongin Jeno!"

"Jeno nya Aera jangan disakitin, jangan bunuh dia!"

Gadis itu terus menarik gagang pintu, namun percuma, itu hanya akan membuang tenaganya. Aera tidak membawa handphone, dan berteriak sekencang apapun tak ada gunanya karena ruangan itu kedap suara.

Aera menyimpan curiga dengan salah satu perawat di ruangan Jeno. Senyum dan tatapan itu berbahaya. Aera menggelengkan kepalanya dan menepis fikiran buruk itu, namun sama saja, ucapan Neneknya tidak pernah main-main, terlebih dirinya yang sangat membenci Jeno.

Ada hal lain yang tak mereka sadari, Renjun di ruangan itu, dia mengintip segala aktifitas dokter dan perawat dari dalam kamar mandi. Tepat saat mereka keluar, lelaki itu menemui Jeno yang kesulitan bernafas. Ingin rasanya Renjun menangis saat itu juga, semua alat-alat Jeno berserakan di lantai.

"Ini ulah siapa?!" teriak Renjun, ingin rasanya dia memasangkan kembali namun sama sekali tidak bisa.

"Bantu...."

"Jen, lo kenapa?!"

"B-bantu...." Ucapan Jeno terbata-bata dan semakin melemah.

Renjun tau maksud dari ucapan Jeno, lelaki itu menginginkan untuk dibantu talqin. Mungkinkah dia akan benar-benar pergi? Untuk selamanya? Tak ada lagi banyak waktu untuk Renjun bertanya-tanya, dia membantunya dengan isak tangis.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang