Jangan lupa tinggalkan jejak--kaki🤸
Bintang dan KOMEN nya!"Aera, aku ada jadwal kerja. Kamu balik ke rumah mau aku anter?" tawar Jeno.
Gadis itu berfikir sejenak, mengingat apakah sang Ayah masih di kantor ataupun sudah pulang ke rumah. Kalaupun Bunda, perempuan itu bahkan sangat menyukai Jeno, suatu keberuntungan untuk Aera.
"Nanti ga telat?"
"Engga, kan searah."
Aera mengangguk untuk mengiyakan, daripada dirinya harus menelfon sopir untuk menjemputnya, dia lebih bahagia pulang berduaan dengan Jeno. Kebetulan sekali lelaki itu membawa mobil.
Gadis tersebut tak henti-hentinya menatap Jeno yang tengah menyetir. Jika saja dia bisa, ingin sekali Aera memeluk dan mencium gemas lelaki itu, tapi sepertinya otak Aera masih berfungsi dengan baik.
Jeno menatap sekilas, mendapati Aera yang juga menatapnya. Lelaki itu tersenyum singkat membuat Aera salah tingkah, sudah ketahuan menatapnya ditambah Jeno memberi senyum semanis itu."Gak mampir dulu? Nanti dicariin Bunda."
"Aera? Kenapa baru pulang? Bunda tadi... Lah ada Jeno, masuk dulu! Ayok makan dulu di dalam, gak usah sungkan. Kalo dipelototin sama Aera, balas aja!"
Aera hanya memutar bola matanya dengan malas, gadis itu segera memasuki mension milik keluarganya, cukup jauh jaraknya dengan gerbang itu.
"Astaga, kenapa ganteng banget sih. Kalau udah lulus gamau tau pokoknya harus Bunda nikahin kalian berdua."
Keduanya tersedak mendengar penuturan dari Bunda. Aera senang-senang saja, tetapi Jeno merasa tak pantas menjadi menantu di keluarga itu.
"Ini minum dulu. Jeno habis ini mau ngapain? Mau ikut Bunda jalan-jalan ke Mall dulu atau paling enggak main disini?" tawar perempuan itu antusias.
"Lain kali aja, Jeno mau kerja," lelaki tersebut menolak dengan ramah.
"Kerja? Orang tua kamu gak kasih nafkah? Kamu kalau butuh uang bilang aja ke Bunda! Tapi kalau kamu mau kerja juga gapapa, latihan nanti kalau udah besar buat nafkahin anak istri." Bunda melirik sekilas anaknya ketika mengatakan hal itu.
Jeno tersenyum, mungkin ini yang dinamakan kasih sayang. Andai saja bisa, Jeno ingin terus seperti ini, mendapat perhatian seorang Ibu.
"Yaudah, bawa mobilnya hati-hati. Kalau capek izin aja gak usah kerja. Makan jangan telat, kalau mau kesini gak usah sungkan."
21.00
Lelaki itu menghela nafasnya pelan, seolah menumpahkan rasa lelah yang dia rasakan hari ini. Kondisi Caffe sudah lumayan sepi, setelah sore bisa dikatakan sangat ramai dan membuatnya sedikit kuwalahan.
Seseorang menepuk pundaknya pelan membuat Jeno tersentak kaget. Lelaki itu mungkin terlalu lelah jadi terbawa suasana. Jeno melirik sekilas dan mendapati rekan kerjanya yang justru menyengir dan menyodorkan sesuatu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile | Lee Jeno
Fanfikce"Aku menyukai senyum Lee Jeno, sangat tulus sampai matanya ikut tersenyum." Tentang Lee Jeno dan sebuah ketulusan. •Teori/teka-teki •Kebengekan •Cerita lebih dominan tentang mental seseorang daripada percintaan •Mengandung bawang