25

253 45 17
                                    

Vote dan komen jangan lupa!

Setelah mendapat kekerasan dari sang Ayah, bahkan rambutnya digunting acak-acakan, Aera justru langsung pergi ke salon hendak memperbaiki rambutnya. Dia tidak menangis berlebihan atau bahkan berniat bunuh diri, hal itu terlalu konyol menurutnya.

Aera tersenyum di balik helm fullface-nya. Di atas motor Ninja hitam itu bukan lagi Aera di hari-hari sebelumnya. Dia berbeda dari biasanya, dengan rambut hitam style Mullet dan pakaian serba hitam membuatnya terkesan tomboy. Dia bukan lagi Aera yang anggun, tapi Aera yang nyata. Bukankah selama ini penampilan dirinya hanyalah paksaan dari orang lain? Ya, mungkin. Tapi sekarang, dia ingin menjadi Aera yang sesungguhnya.

Style rambut

•Style rambut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pakaian

"Aera! Gadis macam apa kamu?!" teriak Oma ketika dirinya membuka helm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aera! Gadis macam apa kamu?!" teriak Oma ketika dirinya membuka helm.

Tanpa memperdulikan ucapan dari sang Nenek yang justru memaki ibunya, Aera langsung beranjak ke dalam rumah. Dia dapat melihat Jeno yang bersantai di sofa.

"Aera, rambut kamu?" tanyanya.

"Kok tau?" selidik Aera.

"Tadi denger Oma ngomel-ngomel," jawab Jeno.

"Aera!"

Lagi-lagi gadis itu harus mengalaminya, dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Ayahnya datang dan langsung menyeretnya ke gudang. Aera tidak memberontak, semuanya akan sama saja bahkan lebih berbahaya jika dirinya melawan sang Ayah.

"Siapa yang ajarin kamu jadi seperti ini? Kamu fikir keren kaya gitu?" bentaknya dengan mendorong keras gadis itu hingga membentur tembok.

Aera hanya tersenyum sinis, padahal Ayahnya sendiri yang membuat rambutnya berantakan seperti gembel. Sedangkan Aera hanya memperbaikinya, ya memperbaiki seperti yang dia inginkan sejak dulu.

"Kamu itu perempuan!" Lelaki itu menampar pipi anak gadisnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kalau Ayah tau Aera perempuan, kenapa Ayah main tangan? Oh, tidak masalah. Bukannya ini udah rutinitas dari dulu?" balas Aera dengan sinis.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang