21

284 64 43
                                    

Dikit, tapi gatel pengen up!

Vote dan komen.

Gadis itu mencoba untuk membuka matanya, yang dia lihat hanyalah hitam tak ada apapun selain-nya. Rambutnya diusap lembut oleh seseorang membuatnya menoleh ke samping, namun tak ada pemandangan yang dia lihat kecuali kegelapan. Sempat terfikir olehnya jika itu makhluk halus, namun dia dapat memegang tangan yang mengusapnya itu.

"Kenapa gelap?" tanya gadis itu dengan suara bergetar.

"Jangan menangis, aku disini sama kamu!" ucap Jeno menanangkan gadis tersebut.

"Gelap, Jeno! Semua gelap!" teriak Aera tampak ketakutan.

"Aera, bertahanlah sebentar, bentar lagi kamu bisa melihat!" ucapnya pelan.

Jisung hanya menatap gadis itu dengan kasihan, Aera itu menyeramkan baginya, namun gadis itu selalu baik hati jika pada dirinya. Terlihat jelas raut ketakutan gadis dalam pelukan Jeno itu.

"Makanya natap orang gak usah sinis, jadi buta 'kan lo?" tanya Hana dengan senyum mengejek.

"Daripada kamu sakitin dia, lebih baik kamu lakuin ke aku. Cantik ku ini orang baik, gak pantes buat disakitin," ucap Jeno dengan sopan layaknya bukan teman sebaya.

"Aera, aku mau ke toilet bentar! Itu udah ada Bunda, aku pergi dulu!" pamit Jeno.

"Gimana cantik, udah putus 'kan?" tanya Hana dengan tersenyum mengejek.

"Bilang aja pengen lo lanjutin!" balas Aera santai namun terdengar sinis.

Hendak memasuki toilet, seseorang menariknya dengan kasar. Jeno masih teringat siapa orang itu, bodyguard Oma. Hendak Jeno melawan, Oma menghadang pisau tepat di depan matanya.

"Kamu donorkan sekarang, atau saya bikin buta juga mata kamu!" ancamnya dengan sinis.

Jeno menatap sang nenek dengan mata berkaca-kaca, bukan hanya orang tua tirinya yang tak menganggap dia ada, tetapi juga neneknya. Jeno mengangguk lemah, membuat wanita itu tersenyum penuh kemenangan.

"Tanpa Oma paksa, Jeno bakal donorin mata buat Aera."

"Bagus, kamu pantas melakukan itu. Bukankah dia menolong kamu sampai seperti ini? Lagian apa pantas anak seperti kamu menikmati harta anak saya? Sama sekali tidak, Jeno!" ucapnya penuh penekanan.

Bukan hanya itu, sebelum perempuan itu pergi dirinya melemparkan pisau itu hingga mengenai lengan Jeno. Tidak masalah untuk Jeno, bukankah itu sudah hal biasa?

"Bunda," panggil Jeno membuat perempuan itu tersenyum tulus dan memeluknya penuh kasih sayang.

"Anak Bunda yang satu ini kenapa, hmm?" tanya Bunda lemah lembut.

"Jeno pengen liat senyum Bunda," ucap anak itu pelan, hampir tak terdengar.

Mungkin ini untuk terakhir kalinya Jeno melihat senyum tulus ibu kandungnya. Dia tidak menyesal, menurutnya benar apa yang dikatakan Oma, jika Aera kehilangan penglihatan juga karena menolong dirinya.

"Mama sama Papa nyariin Jeno enggak? Jeno belum bisa bikin Mama Papa bangga," ujar lelaki itu.

Sebelum Jeno berpindah, semua memang sudah diurus istri dari Siwon yang masih bekerja di tempat keluarga Kim. Tapi, Jeno tetaplah Jeno, lelaki itu masih memikirkan bagaimana dengan orang tua tiri yang selama ini melukainya, bukan hanya fisik tapi batinnya.

"Biar Tante kamu yang urus, ada Taeil juga," jawab Bunda.

Jeno melirik ke luar, dilihatnya Oma yang tengah menatap dirinya dengan sinis dan penuh ancaman. Lelaki itu beralih menatap sahabatnya, Jisung. Entah kenapa, Jisung justru melotot ke arahnya, stress memang.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang