🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸🤸 Emotnya lucu.
DOUBLE UP! Jangan lupa VOTE DAN KOMEN!
"Aera, gimana kalau kita putus?"
"Ngomong apaan sih, Jen? Gue salah apa?" tanya Aera sedikit ngegas.
"Ngaku gak kalau tadi diomelin Oma!"
"Yaudah gak jadi," jawab Jeno lalu bersandar di bahu perempuan itu dan memejamkan matanya.
Memang benar jika tadi siang dirinya dimarahi habis-habisan oleh nenek Aera. Sebenarnya Jeno curiga jika yang melarang Aera untuk melakukan hal-hal seperti anak SMA lain adalah neneknya bukan sang Ayah. Yang Jeno lihat, sifat asli Aera adalah saat bersamanya, cerewet dan sangat peduli, bukan menghindari orang-orang seperti biasanya.
"Aera, kamu sebenernya cerewet, tapi kenapa sama orang lain enggak gitu?" tanya Jeno.
Gadis itu tidak tau hendak menjawab apa, sama sekali tidak terfikirkan jika Jeno akan bertanya demikian. Jeno adalah satu-satunya orang yang menyadari dan berani untuk bertanya.
"Hanya buat yang spesial," jawab Aera.
"Aku tau kamu bohong, bagaimana bisa perempuan tidak ingin punya teman? Kaya aneh aja gitu, emang bisa sehari tanpa gibah em itu maksudnya ngomongin sesuatu."
"Kenapa bilang gitu? Buktinya gue bisa," jawab Aera.
Jeno beralih dan menggenggam tangan perempuan itu penuh kasih sayang, menatapnya penuh ketulusan dan tersenyum manis padanya. Bukan hanya Aera, siapapun tentu luluh jika dibuat seperti ini.
"Jujur ya, Cantiknya Jeno!"
"Seperti yang lo lihat, semua yang ada dalam diri gue itu kebohongan, kecuali sama kamu dan Bunda."
"Soal ego dan ambisi, semua itu karna tekanan."
"Jeno tau? Sifat gue selama ini cuma bohongan dan paksaan dari Oma sama Ayah? Gue ditekankan buat jadi perempuan seperti ini supaya gak punya temen, bagi mereka pertemanan cuma bikin lupa belajar. Soal Hana, sebenarnya dari hal ini, bukan karena Taeyong atau siapa, itu karna keluarga gue."
Aera terisak dalam pelukan lelaki itu, jarang sekali Aera menangis diketahui orang lain. Semuanya dia simpan sendiri, karena memang sifat aslinya pun dia sembunyikan. Lebih tepatnya terpaksa dia sembunyikan.
"Jangan menangis, kamu membuatku merasa gagal untuk menjadi laki-laki."
Jeno mengangkat kepala Aera dari dada bidangnya, mengusap air mata yang berada di pipi gadis itu lalu mengecup keningnya cukup lama.
"Makasih udah mau sama gue, lo itu teman sekaligus pacar buat gue."
"Udah hampir sore, pulang yuk! Nanti dicariin Bunda. Anak gadis ga boleh main malem-malem."
Sesampai di depan pintu keduanya mematung, sebelum akhirnya Jeno berlari menolong Bunda yang terjatuh di lantai sembari memegang pipinya yang memerah. Aera masih diam, gadis itu belum bisa mencerna apa yang terjadi. Semuanya terulang, dimana Bunda selalu diperlakukan kasar oleh sang mertua.
"Mentang-mentang Ayah gak ada, Oma bisa seenaknya sama Bunda!" teriak gadis itu.
"Kamu tau Ayah kamu lebih memilih istri miskin ini daripada ibunya sendiri? Ayah kamu membelikan perhiasan sedangkan ibunya yang membesarkan belum dia beri apapun minggu ini!"
Jeno sempat tak percaya dengan apa yang diucapkan perempuan itu. Boleh saja dia iri dengan kalung berlian, tetapi tidak seharusnya memaki orang lain apalagi tentang miskin atau tidaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile | Lee Jeno
Fiksi Penggemar"Aku menyukai senyum Lee Jeno, sangat tulus sampai matanya ikut tersenyum." Tentang Lee Jeno dan sebuah ketulusan. •Teori/teka-teki •Kebengekan •Cerita lebih dominan tentang mental seseorang daripada percintaan •Mengandung bawang