27

257 33 21
                                    

Kasih komen yang banyak! Vote jangan lupa!

Derap langkah terdengar semakin keras dan cepat secara bersamaan. Nafas yang terengah membuatnya sedikit kesulitan untuk berlari lebih cepat. Lelaki itu berdecak kesal karena penglihatannya belum bisa memastikan dengan jelas siapa yang dilihatnya.

"Woy, Mbah Jeno!" teriak Haechan.

"Chan! Lo ngapain sih? Gue panggil bukan berenti malah lari-lari gak jelas," dumel Lucas.

"Itu ada Mbah Jeno, mirip kaya Jeno tapi versi aki-aki."

"Bisa aja mereka kembar tiga, trus yang lo liat itu mengalami penuaan dini jadi udah kaya grenpader."

Haechan masih diam ketika mobil itu sudah beranjak pergi meninggalkan area sekolah. Rasanya dia seperti pernah melihat siapa orang tersebut, hanya perasaan mungkin atau memang dia sudah pernah ketemu.

"Itu tadi mobilnya Pakdhe Bulan?" tanya Haechan dan hanya diangguki Lucas.

Keduanya memilih untuk kembali ke kelas, namun karena sifat iseng Lucas dan Haechan yang tak terbatas, mereka justru mengganggu kelas lain yang tengah olahraga. Lucas merebut bola basket yang digunakan oleh siswa-siswi perempuan di sana dan memainkannya sesuka hati.

"Woy, balikin!" teriak Hana sangat keras.

Lucas melempar bola itu pada Hana, namun bola itu justru mengenai tepat di kepala perempuan tersebut. Hana memekik karena merasa nyeri di kepalanya.

"Lo apain cewe gue hah?!" bentak Taeyong tiba-tiba, membuat nyali dua lelaki itu auto menciut. Taeyong berjalan ke arah Hana dan memeluknya seraya mengusap kepala yang terkenal bola.

"Pokoknya gak boleh ada siapapun yang nyakitin dia."

"Kecuali gue."

Haechan dan Lucas menyengir ketika mendengar penuturan itu. Entah mereka yang salah dengar atau Taeyong yang memang mengatakan itu. Tapi, jelas-jelas semua orang di lapangan itu mendengarnya.

"Yang kena bola Hana, yang stress cowoknya," gumam Haechan lalu beranjak pergi.

"Emang masih?" tanya Lucas tentang hubungan kedua orang itu.

"Daridulu siapapun yang pernah dipacarin sama Taeyong, mau udah diputusin apa belum, tuh orang tetep maruk nganggep sebagai miliknya."

"Makanya lo gak usah pacaran sama Taeyong," sambung Haechan membuat Lucas hendak melayangkan pukulan.

"Bentar, gue kok jadi kepikiran," gumam Lucas.

"Gaya lo sok kepikiran, punya otak aja kagak, " sahut Haechan.

"Sekali lagi nistain, gue jadiin umpan buaya lo!" ancam Lucas.

"Gue itu kepikiran kalo ternyata lagi jam pelajaran Bapak Siwon kanibal."

Keduanya diam sejenak sebelum akhirnya berlari karena memang benar saat ini jam pelajaran Mr.Siwon. Benar saja, saat mereka hendak memasuki kelas, saat itu juga Mr.Siwon datang.

"Kamu, bersihin mejanya!" perintah guru itu dengan menunjuk Haechan.

Mr.Siwon menyerahkan kemoceng pada lelaki tersebut, namun saat hendak diambil, guru itu justru mengangkatnya tinggi-tinggi dan membuat Haechan harus melompat.

"Pak, saya gak bisa gapai tu kemoceng. Jangan ngece deh, mentang-mentang tinggi," omel Haechan pada guru itu.

"Sekiranya gak bisa digapai, ya gak usah dikejar, apalagi diperjuangin."

Seisi kelas merasa tertampar dengan kalimat gurunya itu. Terlebih Renjun yang awalnya tertidur reflek berdiri mematung.

"Harga hati itu mahal, anak-anak. Makanya kalo guru lagu nerangin jangan tidur, kalian gak tau rasanya koar-koar tapi diabaikan. Saya emang dibayar, tapi kalo saya nerangin gak ada yang nyaut, berasa ngajar makhluk gak kasat mata."

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang