Aera memegang kepalanya yang terasa berat, perutnya pun sangat mual dan ingin memuntahkan sesuatu. Gadis itu menghabiskan dua botol minuman beralkohol tanpa peduli apapun, yang ada difikiran-nya adalah bagaimana dia melupakan masalah yang menimpanya hari ini. Dengan tubuh yang terhuyung kesana kemari Aera nekat untuk mencari keberadaan Jeno yang mungkin sudah berada di rumahnya.
"Aera? Ngapain malem-malem kesini?"
Gadis itu memuntahkan isi perutnya dan jatuh ke tubuh Jeno. Dapat Jeno rasakan aroma alkohol yang menyeruak. Dia tidak tau apa yang menimpa gadis itu sampai harus mabuk seperti ini, tapi Jeno yakin jika Aera sangat terpuruk saat ini.
"Siapa, Jeno?" tanya Mama tiri lelaki itu.
"Aera, Ma. Dia mabuk."
"Jangan kamu sentuh, dia terlalu berharga untuk disentuh tangan kotormu itu!" bentaknya.
"Doy, bawa dia ke kamar Aecha!" perintah perempuan itu pada Doyoung.
Jeno hanya diam di kamar, lelaki itu sangat ingin melihat keadaan Aera, namun rasanya tak mungkin. Jeno hanya berdoa dalam hati, perasaan lelaki itu memang tidak enak sedari tadi sore.
"Dia gimana, Tante?" tanya Jeno pada asisten baru di rumah itu.
Perempuan itu hanya diam, ada raut khawatir yang berlebih seolah dia sudah mengenal Aera sangat lama. Namun segera dia mengubah rautnya, perempuan itu tersenyum dan menepuk pelan bahu Jeno.
"Gapapa, udah mendingan kok."
23.00
Aera terbangun dan merasa aneh dengan tempat itu, dirinya baru sadar jika sedang berada di rumah Jeno, lebih tepatnya di kamar Aecha. Hari ini Aecha memang tidak pulang ke rumah sehingga kamarnya bisa Aera tempati.
Aera melirik sekelas benda yang ada di laci, terdapat foto dirinya sewaktu kecil disana. Karena bingung, Aera mencoba untuk menggeledah laci-laci itu. Tak peduli dengan apa yang dia lakukan itu melanggar privasi, tetapi Aera ingin memastikan kenapa fotonya bisa berada di tempat itu.
"Ini? Jeno...? Berarti benar Jeno disini sebagai anak angkat?"
Aera membolak-balikkan kertas itu, masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Hak asuh Jeno berada di Mr.Taeil. Bukankah ini tidak masuk akal?"
Dengan hati-hati Aera keluar dari kamar itu, sebelumnya dia sudah memotret apa yang dilihatnya. Aera mengirim pesan pada Jeno untuk membukakan pintu kamar lelaki itu.
"Jeno...." Gadis itu menutup pintu kamar Jeno dari dalam.
Kini keduanya berada di balkon kamar Jeno dengan Aera yang masih diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Yang Jeno lakukan hanyalah menunggu gadis itu untuk bercerita tanpa dia paksakan.
"Aku dijodohin sama Jaehyun."
Jeno mengerjabkan matanya berkali-kali, berusaha menghalangi air matanya yang sebentar lagi turun karena mendengar hal itu. Aera memegang erat tangan Jeno dan menatap lelaki itu dengan penuh harap.
"Jeno, tolong lakukan sesuatu! Aku gak mau sama Jaehyun, hanya Jeno! Pokoknya hanya kamu!"
Aera menggenggamnya erat tangan Jeno seolah lelaki itu adalah harapan satu-satunya. Bisa saja Aera menolak permintaan keluarganya dan melakukan kawin lari dengan kekasihnya, namun Aera tidak ingin Bunda yang harus menanggung semua ini.
"Bisa ya, Jen? Kamu sayang kan sama Aera? Sama, Aera juga sayang sama Jeno."
Gadis itu bersandar di bahu Jeno, ada sedikit rasa lega ketika lelaki itu memberinya semangat, rupanya Jeno masih mau bertahan dengan hidup Aera yang menurutnya sangat dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile | Lee Jeno
Fanfiction"Aku menyukai senyum Lee Jeno, sangat tulus sampai matanya ikut tersenyum." Tentang Lee Jeno dan sebuah ketulusan. •Teori/teka-teki •Kebengekan •Cerita lebih dominan tentang mental seseorang daripada percintaan •Mengandung bawang