Vote dan KOMENTAR nya!
Aera menepuk tangan bunda nya pelan untuk menyadarkan perempuan itu. Jeno hanya menatap Aera dengan kecemburuan. Perihal nilai saja Aera sangat diperhatikan, sedangkan Jeno? Tetapi hati kecil Jeno tak mempermasalah kan hal itu, dirinya sudah sangat bersyukur mendapat keluarga yang mau merawatnya sampai sekarang.
"Kalian berdua keluar dulu, ada yang mau Bunda bicarakan sama guru kalian," ujar perempuan itu.
Jeno menganggukkan kepalanya, beranjak keluar diikuti Aera. Lelaki itu menahan pergelangan tangan Aera, membuat perempuan tersebut menoleh.
"Apa?" tanya perempuan itu ketus.
"Aera, kenapa kamu gak suka bunda mu ke sini?" tanya Jeno.
"Bukan urusan lo!" sinis Aera.
"Harusnya kamu bersyukur, bunda kamu baik padahal, sampai perkembangan kamu dalam belajar aja diperhatiin," ujar Jeno.
Aera berbalik arah menatap Jeno, memegang kedua lengan lelaki itu, dan memojokkan ke tembok. Jeno tampak gugup ketika Aera semakin mendekatkan wajahnya.
"Berujung dibentak lo bilang bersyukur?" bisik Aera dan langsung beranjak pergi meninggalkan Jeno yang terlihat sangat gugup.
"Jeno! Kamu gak papa? Dia gak melecehkan kamu sama sekali kan?" tanya Jisung terlihat khawatir.
"Jisung, jangan ngawur kamu. Ayo ke kelas!"
Lelaki imut itu memandang Jeno dengan puppy eyes. Jeno menaikkan satu alisnya karena tak paham dengan maksud Jisung.
"Jen, aku udah lama keluar dari kelas, mana lagi jadwal Bapak Siwon. Aku pura-pura sakit, kamu gendong, ya?"
Jeno hanya mengangguk pasrah dan menggendong Jisung di punggungnya.
Seisi kelas menatap mereka dengan heran, Jisung mulai memasang raut kesakitan. Guru di kelas itu hanya menatap datar mereka berdua dan lanjut menerangkan materi.
"Nih bocah drama mulu," sindir Haechan.
Jisung menjulurkan lidahnya ke arah Haechan, "Mumpung ada waktu,"
"Lee Jeno!"
Lelaki itu menoleh ke sumber suara, mendapati Siwon yang melirikkan matanya ke luar ruangan. Jeno mengikuti arah tatapan guru itu.
"Jeno, kemari!" panggil Mr.Taeil.
"Tolong panggilkan Aera, setelah itu kalian ke ruang kepala sekolah,"
Jeno mengangguk, lelaki itu segera mencari keberadaan Aera yang masih berada di kelas.
"Permisi, Mr.Taeil minta Aera buat ke ruang kepala sekolah,"
"Mampus mau di nikahin," celetuk salah seorang, kebetulan sekali sedang jam kosong.
"Maksudnya?" tanya Jeno.
"Gue tadi pagi liat kalian berdua ngapain gitu," jawabnya.
Aera menarik tangan Jeno untuk segera pergi dari kelas itu. Ucapan teman nya itu hanya akan menjadi rumor, tersebar satu sekolah, dan ujung-ujungnya para berandal akan meneror Jeno.
"Aera, bisa lepasin gak? Nanti ada yang salah paham." Aera tersadar dan langsung melepas tangan Jeno dengan kasar lalu keduanya beranjak ke ruang kepala sekolah.
Keduanya diam mendengarkan apa yang disampaikan Mr.Taeil, sesekali Aera menatap Jeno yang tampak tegang.
"Nginep di hotel dua hari?" tanya Jeno membuat Aera mendelik tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile | Lee Jeno
Fanfiction"Aku menyukai senyum Lee Jeno, sangat tulus sampai matanya ikut tersenyum." Tentang Lee Jeno dan sebuah ketulusan. •Teori/teka-teki •Kebengekan •Cerita lebih dominan tentang mental seseorang daripada percintaan •Mengandung bawang