Aera hanya diam mematung mendengar pernyataan dua lelaki itu. Dia sama sekali tidak berharap menjadi rebutan banyak lelaki, terlebih kata-kata Hana yang membuatnya merasa jadi murahan karena dicintai banyak laki-laki.
Tak hanya Aera, Jeno pun tak bisa berucap apapun mendengarnya. Renjun langsung beranjak pergi begitu saja membiarkan Aera dan Jeno di ruang itu dalam suasana canggung. Jeno tak menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri yang terlanjur mencintai satu perempuan sama dengan kakak dan juga sahabatnya. Jeno sendiri tak menyangka bisa mengungkapkan hal itu dengan mudah.
"Aera, apa kamu tadi mendengarnya?"
Jeno berharap gadis itu tak mendengar apa yang dia ucapkan, dirinya hanya takut Aera merasa tak nyaman di dekatnya karena kata-kata itu. Sepengecut itu Jeno? Tidak, dia bukan pengecut, Jeno juga tak ingin menyakiti perasaan Renjun dan Doyoung sebagai orang terdekatnya.
"Dengar," jawab Aera apa adanya.
"Lupain aja, Aera." Lelaki itu sama sekali tidak berniat memberi harapan palsu Aera, lagi-lagi karena dia tidak ingin menyakiti perasaan kakak dan sahabatnya.
"Lo jatuhin gue?" tanya Aera.
"Aera, k-kamu...." Jeno menggantung kalimatnya membiarkan Aera berkata jujur.
"Katakan sebenarnya, Jeno!" Gadis itu justru menginginkan Jeno terlebih dulu untuk jujur.
Jeno hanya diam, tidak tau apa yang akan dia ucapkan pada gadis itu. Apakah dia akan berkata jujur? Atau dia harus mengubur semuanya demi menjaga perasaan orang lain?
"Seperti yang kamu dengar," finalnya membuat Aera tersenyum lebar.
Lelaki itu mengerjakan matanya berkali-kali, ada getaran aneh melihat senyum yang belum pernah dilihatnya. Aera tidak pernah sekalipun tersenyum saat di sekolah kecuali senyum devil yang membuat orang-orang ngeri melihatnya.
"Gak ada kata lebih?" tanya Aera membuat Jeno semakin canggung.
"Katakan sebelum terlambat," ujar Aera sembari memalingkan muka.
Jeno beranjak dari tempat tidur itu, mendorong tiang infus dan beralih ke sofa di ruangan tersebut.
"Sini, Aera!"
Gadis tersebut duduk di dekat Jeno, tubuhnya terasa disengat ketika Jeno mengusap tangan-nya dengan pelan. Aera menahan diri untuk tidak berteriak, gadis kaku tak tersentuh itu baru merasakan gugup seumur hidupnya.
Jeno mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu membuat Aera semakin tak tenang dan ingin melompat-lompat di sana sekarang juga.
"Gadis cantik, mau menjadi pacarku?" bisik Jeno.
Aera menarik sudut bibirnya ke atas, gadis tersebut reflek memeluk Jeno dengan erat. Sifat dingin miliknya hilang seketika hanya karena seorang Lee Jeno.
Aera mengangguk pelan dengan menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Jeno. Dengan ragu Jeno membalas pelukan Aer dan mencium puncak kepala gadis itu sekilas.
"Apa aku gak menyakiti Renjun sama
Bang Doy?" tanya Jeno membuat gadis itu melepas pelukan-nya, Aera kembali ke wajah datarnya."Gue gak suka sama mereka, jangan ngerasa bersalah!" ucap Aera ketus.
Suara derap langkah membuat Aera menjauhkan tubuhnya dari Jeno. Gadis itu pura-pura bermain handphone, sementara Jeno memejamkan matanya sembari bersandar di sofa.
"Jeno, udah baikan?" tanya Aecha sedikit ketus, lelaki itu tersenyum singkat karena tersadar saat ini berada diantara perempuan-perempuan yang suka berbicara dengan nada ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile | Lee Jeno
Fanfiction"Aku menyukai senyum Lee Jeno, sangat tulus sampai matanya ikut tersenyum." Tentang Lee Jeno dan sebuah ketulusan. •Teori/teka-teki •Kebengekan •Cerita lebih dominan tentang mental seseorang daripada percintaan •Mengandung bawang