30.

410 43 14
                                    

Khusus part ini, tolong kasih komentar yang banyak 😭

BACANYA PELAN-PELAN DAN DIHAYATI! BIAR KAGETNYA MENJIWAI😭🤣

Tidak sebanyak kemaren, tapi bakalan banyak kalo sambil ngebayangin!

Beberapa perawat dengan sekuat tenaga dan secepat mungkin mendorong brankar. Darah terus menetes mengenai lantai putih Rumah Sakit. Dari atas sampai bawah, pakainnya berubah menjadi warna merah. Dia tidak pingsan, dia masih membuka matanya, menikmati rasa sakit yang semakin menjadi.

Betapa mengenaskan kondisi lelaki itu, bersusah payah dirinya untuk bisa bernafas dan darahnya tak berhenti mengucur sedari tadi. Rasa sakit itu semakin terasa di sekujur tubuhnya, racun itu benar-benar membuatnya seakan berada di ambang kematian. Jika ditanya, Jeno benar-benar tidak ingin pergi untuk saat ini, sesakit apapun rasa itu, dia masih ingin melihat senyum orang terdekatnya.

Lelaki itu berkedip lemah, tidak ada lagi pasokan udara yang mampu dihirupnya. Dia terpejam, pasrah dengan apa yang dilakukan Dokter, dan apa yang akan terjadi setelah ini.

Kembali melihat dunia, atau tidak lagi membuka mata.

"DIA BAGIAN KELUARGA GUE!" teriak Aera penuh emosi ketika melihat sang Dokter yang seakan tak peduli.

Baru saja Aera berucap demikian, sang Dokter langsung cekatan menangani lelaki itu. Aera tersenyum miris dengan air mata yang masih belum berhenti, betapa tidak adilnya hidup ini? Apakah mereka benar-benar memandang harta untuk mengobati pasien?

Lelaki itu menatap darah yang bercucuran di sepanjang lorong yang dilewatinya. Jisung merendah, berjongkok dan mengusap cairan merah yang berada di lantai itu. Tangannya gemetar, dia menyaksikan apa yang terjadi, melihatnya dengan langsung dimana sahabatnya melukai sahabatnya.

"Jisung, ayo ikut ke Villa! Tadi keluarga Jeno udah dateng," ajak Chanyeol pada adik laki-lakinya.

"Kak, kasian Jeno," ujar Jisung yang masih saja sesenggukan.

"Kita urus masalah yang di Villa, yang disini udah tanggung jawab dokter," nasihatnya.

"Jeno bakal baik-baik aja 'kan? Kasian dia,"

"Ok, kita tunggu sampe Jeno sadar. Udah jangan nangis, cengeng banget sih lo?!" ledek Chanyeol berusaha menghiburnya.

Jisung kembali mengusap darah yang berada di lantai, teringat apa yang dikatakan Jeno sebelum dirinya dibawa ke Rumah Sakit. Rasanya benar-benar tidak menyangka dengan hati lelaki itu.

"Kata Jeno, dia orang baik," ujar Jisung.

"Maksudnya? Jeno hampir mati, dan bisa-bisanya Jeno bilang kaya gitu?! Dan orang baik mana yang lakuin kaya gitu ke sahabatnya sendiri?!" pekik Chanyeol tak percaya, lelaki itu bahkan tidak sadar tempat waktu meninggikan suara.

Chanyeol tertawa hambar mendengarnya, sungguh dia tidak habis fikir dengan jalan fikir manusia bernama Lee Jeno. Jeno berkata demikian? Sebenarnya Jeno itu bodoh atau terlalu baik?

Pukul 23.00

"Aera, lo makan dulu sana!" peringat Hana.

Gadis itu sedari tadi tidak beralih dari depan pintu ruangan tersebut. Memukuli lantai untuk melampiaskan rasanya, sedih, marah bahkan kecewa dengan Jeno sendiri.

"Saudara gue kritis dan bisa-bisanya gue makan?!" ketus Aera.

"Ya kalo gak makan yang ada lo nyusul," ujar Taeyong membuat Hana reflek memukul lengannya.

Suara seseorang membuat ketiganya menoleh. Aera tambah sesak dibuatnya. Gadis itu tidak bisa berhenti menatap seseorang yang duduk di kursi roda. Dirinya hanya berdua dengan Mr.Taeil yang mendorongnya. Aera berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dari lantai.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang