34.

756 38 6
                                    

"Aera! Ayo jengukin Jeno! Kasian kalo dia kesepian di sana!" ajak Jisung bersama sahabat-sahabatnya.

Butuh waktu satu bulan untuk memulihkan kondisi Aera yang sering drop dan Na Jaemin juga harus berhenti sekolah berbulan-bulan untuk berobat. Selain karena penyakit mentalnya dari dulu, dia juga menangis setiap hari karena diliputi rasa bersalah. Na Jaemin sudah kembali bersama orang tua kandungnya. Dan keluarga penggila harta itu semuanya masuk ke penjara. Mungkin terdengar lega dan menyenangkan, namun untuk hal itu mereka juga harus kehilangan nyawa Lee Jeno.

Sengaja Kakek Lee dan Tuan Lee memilih untuk merawat Aera daripada Jeno. Karena harta warisan perempuan tentu tidak sebanyak laki-laki. Mereka sengaja, karena kalaupun wanita ular itu merebut harta, maka hanya warisan Aera yang hilang, sedangkan 60% ada pada Lee Jeno. Istri Siwon tidak mendapatkan karena menolaknya, dan keluarga Siwon juga keluarga yang mampu terlebih Siwon adalah anak tunggal.

"Jeno masih marah gak ya sama gue?" tanya Jaemin pelan.

"Dia udah maafin lo. Gak usah terlalu difikir, kesehatan lo paling penting," jawab Haechan.

"Diem, jangan berisik! Jeno lagi tidur," ketus Jisung.

"Jam segini biasanya kita latihan musik," sahut Renjun dengan tersenyum kecut.

Haechan menyenggol lengan sahabatnya, mengisyaratkan untuk diam dan tidak terlalu larut dalam kesedihan. Hal itu hanya akan membuat Aera kembali sakit dan membuat Jaemin semakin merasa bersalah.

"Aera, gue kagum sama lo. Lo diem tapi benar-benar menghanyutkan," ucap Haechan mengubah topiknya.

"Diam adalah hal paling elegan."

"Ya kalo yang diam orangnya jenius, kalo gue yang diem malah keliatan cengoh," sahut Haechan.

Mereka kembali tertawa, setidaknya mereka mulai mengikhlaskan kepergian sahabatnya. Tidak seperti Jisung, dia selalu saja berbicara layaknya Jeno masih hidup.

"Raga nya hidup ataupun mati, kebaikan Jeno tidak akan pernah mati."

Setiap kali sekolah, dan setiap harinya, Jisung tetap saja menganggap Jeno itu ada dan belum pergi. Seringkali dia mengobrol seakan-akan Jeno masih hidup.

"Jeno, tulisin tugasku ya?"

"Jeno, ayo ke kantin!"

"Kamu gak kerja hari ini? Ayo ke panti!"

"Jeno, tadi Kakak ku kepleset di kamar mandi."

"Kamu gak latihan musik?"

"Kamu gapapa? Taeyong gak sakitin kamu?"

Dan itu setiap hari tanpa alfa sekalipun. Karena memang Jisung yang paling dekat dengan Jeno. Hidup Jisung juga sering mengandalkan Jeno.

"Ayo pulang!" ajak Renjun.

"Jeno ditinggal?" tanya Aera dengan bodohnya.

"Aera!" peringat Haechan.

"Bentar, mau pamit dulu."

Aera tersenyum kecut melihat gundukan tanah itu. Dia hampir setiap hari bermimpi tentang Jeno. Saudaranya itu selalu saja tersenyum ketika menemuinya dalam mimpi. Terkadang Aera tidur seharian agar bisa melihat senyum Lee Jeno dalam mimpi. Kenangan Lee Jeno tidak hanya sebatas saudara, namun lelaki itu juga pernah singgah di hatinya, bahkan sampai sekarang.

Berkali-kali Ayah Aera meminta Renjun untuk mendekati gadis itu. Namun sama saja, dihatinya hanyalah ada Lee Jeno. Yang meraka takutkan hanyalah masa depan Aera, tak mungkin Aera hidup tanpa menikah. Bukan hanya Renjun, bahkan Jisung pun terpaksa mendekati Aera, namun justru membuat orang-orang menertawakan lelaki itu. Benar-benar hal yang aneh seorang Jisung yang kekanak-kanakan mendekati Aera yang hampir tak tersentuh.

"Aera, ayo balik!" ajak Renjun.

"Tungguin Jeno dulu, dia masih tidur."

"Jeno, kok tidurnya lama banget? Ayo bangun, kita pulang ke rumah! Oma udah dipenjara, gak usah takut!"

"Kok gak bangun?"

"Lee Jeno. Udah lama ya perginya? Gak kangen sama kita? Maaf, aku baru jengukin kamu."

"Nyenyak ya sampai gak mau bangun?"

"Selamat tidur."

"Maaf, aku terlalu lemah untuk membuka pintu."

ENDING

Cengoh: bloon gitu intinya😭

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang