22

263 50 22
                                    

Spesial anniv ensiti🦢

Tolong tinggalkan VOTE dan KOMENTAR sebanyak mungkin!

"Haechan!"

"Jaemin!"

Tak ada sahutan, keduanya justru terus mengobrol tanpa merespon lelaki itu. Entah apa yang mereka bicarakan sampai-sampai tak menganggap orang yang memanggilnya sedari tadi.

"Haechan...." Sekali lagi Jisung memanggil sahabatnya, dia hanya ingin setidaknya dihargai.

"Paansih!" ketus Haechan dan kembali berceloteh ria dengan Jaemin.

"Maaf ganggu."

Jisung memilih untuk diam, biasanya Jeno yang selalu mendengar dia bercerita, tetapi lelaki itu sekarang homeschooling karena tidak bisa melihat. Tak ada yang dilakukan Jisung selain diam sembari memainkan kuku-kuku tangannya, sesekali dia menoleh dan merasa cemburu dengan orang-orang yang tampak asyik mengobrol.

"Lucas!"

"Diem dulu, Cung! Tugas gue lupa!" balasnya.

"Renjun, kamu kemana aja? Kok tiga hari bolos?" tanya Jisung mencoba memulai pembicaraan.

"Urusan lo?"

Jisung hanya menghela nafasnya ketika Renjun memilih untuk pergi dari kelas dan menyambar kunci motor yang ada di mejanya. Akhir-akhir ini memang banyak yang berubah, persahabatannya memudar perlahan tanpa alasan yang jelas.

"Kalian kenapa sih? Bisa kan menghargai orang lain? Apa kalian baru akan menyesal kalo salah satu diantara kita mati?"

Semuanya menoleh, Jaemin dan Haechan yang sibuk mengobrol, dan juga Renjun yang sudah berada di ambang pintu. Dengan kesal Jisung memilih untuk meninggalkan kelas, semangat belajarnya hilang begitu saja pagi ini.

"Cengeng, laki bukan sih lo?" sindir Taeyong dengan menghadangkan satu kakinya hingga membuat Jisung tersungkur.

"Laki bukan?" bentaknya sekali lagi.

"Waria."

Dengan menahan air matanya Jisung berlari menuju taman belakang, tempat biasanya dia dan sahabatnya berkumpul untuk sekedar bercerita. Disaat dia menangis, hanya dengan melihat tatapan tulus Jeno mampu membuatnya sedikit tenang, namun kali ini tidak bisa lagi dilakukan.

'Bug'

'Plak'

Lagi-lagi Jisung tersungkur karena serangan tiba-tiba dari belakang. Dirinya lupa tadi menjawab atas pertanyaan Taeyong. Disaat seperti ini Jisung justru teringat dengan Jeno yang hampir setiap hari diperlakukan demikian, padahal satu tamparan dari Taeyong saja sudah terasa sangat ngilu.

"Gak usah belagu!"

Seseorang membantunya untuk berdiri dan memanggilkan petugas PMR untuk mengobatinya. Setidaknya masih ada yang peduli padanya diantara anggota geng itu.

"Lain kali ngomong sama Taeyong hati-hati. Dia itu emosian!" peringat Mark pada lelaki itu.

Dengan mata yang berkaca-kaca lelaki itu beranjak pergi dan memilih untuk membolos, tak peduli setelah ini akan dimarahi habis-habisan oleh kakaknya. Jisung punya alasan, dahulu saja Chanyeol sering membolos, merokok, balapan, lalu kenapa dirinya tidak jika hanya membolos?
.
.
.
"Dingin, Oma!" pekik Jeno ketika perempuan baya itu menyiramkan air es di atas kepalanya.

"Berkali-kali saya bilang, saya tidak mau mempunyai cucu lebih dari satu!" bentaknya dengan terus menyiramkan air itu.

Bisa dibayangkan betapa tersiksanya Jeno saat itu, hari ini hujan, dan air es disiramkan di kepalanya. Jeno tak bisa untuk berlari, pintu itu dikunci oleh neneknya.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang