26

260 42 37
                                    

Saya kembali!

Jangan lupa vote dan komen ya!

"Maaf, dengan keluarga pasien?"

"Dia ibuknya." Haechan menunjuk Aera yang tengah terdiam di kursi tunggu.

"Jisung mana?" tanya seseorang dengan nafas yang terengah-engah karena berlari.

Tanpa menunggu jawaban, Chanyeol langsung menyelonong masuk menuju ruangan itu.

"Kak, muka aku sakit."

"Kak, perih, tolong!"

"Mama kemana sih, muka aku sakit semua. Kakak, tolongin! Rasanya kaya ditusuk jarum!"

"Kalian jangan diem aja, cariin obat biar sembuh! Ini sakit tauk!"

Dia hanya diam, menatap dalam-dalam wajah adiknya yang berbalut perban. Tangannya mengepal kuat, rahangnya mengeras dan lelaki itu menggertak giginya. Chanyeol berlari keluar dan menatap dua anak SMA itu dengan tajam.

"Siapa yang bikin dia kaya gitu?" tanyanya sembari menahan emosi.

"Taeyong." Tanpa babibu, lelaki itu pergi dari Rumah Sakit dan sepertinya hendak menemui Taeyong.

Chanyeol tau di mana letak Taeyong berada, jelas di gudang lama sekolah. Dia tau jika kedua orang tua Taeyong adalah orang berpengaruh di sekolah itu. Tapi persetan dengan posisi orang tua Taeyong, dia lebih sakit hati melihat adiknya yang terus meringis kesakitan.

"Lo apain adik gue HAH?!"

Chanyeol menarik kerah baju lelaki itu dan memojokkan ke sudut ruangan. Bukan takut, Taeyong justru tersenyum sinis. Berkali-kali Chanyeol menonjok wajah mulus dan rahang lelaki tersebut.

"Ini bukan pertama kalinya lo bikin dia trauma! Gak hanya adik gue, bahkan Jeno hampir sekarat gara-gara orang gila kaya lo!"

"Sekali lagi lo bikin ulah sama Jisung, tunggu aja pembalasan gue!" ancam Chanyeol dengan tersenyum miring. Ya, lelaki itu sudah mengibarkan bendera perangnya.

Chanyeol beranjak ke kelas adiknya dan mengambil tas serta handphone milik Jisung. Lucas yang kebingungan dengan apa yang terjadi akhirnya membuntuti lelaki itu sampai ke Rumah Sakit.

Taeyong yang sudah terlampau kesal karena dipukuli Chanyeol, akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah dengan alasan sakit. Bagaimanapun juga dirinya hampir tidak pernah mengikuti pelajaran, anehnya lelaki itu tidak lepas dari peringkat sepuluh besar paralel.

Baru saja Taeyong menginjakkan kaki pada tangga pertama, seseorang menjewer telinganya dengan keras membuatnya memekik. Taeyong menoleh dan mendapati ibunya yang tampak marah. Dia tak peduli, namun isak tangis itu membuatnya turun kembali dan memeluk ibunya.

"Mama kenapa?"

"Kamu masih tanya setelah apa yang kamu lakuin ke anak orang? Jangan bermain-main dengan nyawa! Dia dibesarkan orang tuanya dengan kasih sayang. Dan kamu lakuin hal kaya gitu?"

Sang ibu menolak pelukan itu dan menatap anaknya penuh rasa kecewa. Taeyong hanya diam, dia memang anak yang nakal tapi selalu lemah di depan ibunya.

"Maafin Taeyong, Ma."

"Minta maaf sama anaknya jangan minta maaf ke Mama!" jawab sang Ibu.

"Hah? Minta maaf sama si bocil? Ma, jangan bercanda!" bantah Taeyong.

"Kamu fikir nyawa orang juga bisa dibuat bercandaan?!"

"Mama selama ini cuma diam liat kamu tiap malem pulang selalu mabuk, dan bahkan berkali-kali Mama dipanggil ke sekolah karena perilaku kamu. Tapi sekarang, ini sudah menyangkut orang lain, Mama harap kamu segera sadar," ujar perempuan itu penuh penekanan.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang