28

268 34 18
                                    

Maaf baru bisa up! Bukannya sibuk, tapi gatau apaan yg mau di update😌

Kasih vote dan komen ya!

"Ck, ini kakek kalo nyebrang napa ngasal coba?!" gerutunya.

Lelaki itu segera turun dari motornya dan menemui laki-laki baya yang berdiri tepat di tengah jalan. Dirinya berhenti sejenak, menatap curiga siapa orang tersebut.

"Kek, kalo nyebrang nunggu lampu merah dulu! Untung yang lewat tadi saya yang kondang taat lalu lintas, coba orang lain? Bahaya, Kek!" nasihatnya sedikit ngegas.

"Siapa bilang saya mau nyebrang?" balas lelaki itu dengan sinis.

"Ini kakek-kakek udah tua bukannya insaf malah ngelawan," gumamnya.

"Ulangi lagi yang kamu katakan!" Lelaki itu memukulkan tongkatnya mengenai kepala remaja tersebut membuatnya mengaduh pelan.

"Kek, difikir kepala saya terbuat dari besi baja? Mentang-mentang tongkat mahal!" omelnya.

Lelaki itu terdiam sesaat, menyadari ucapannya barusan. Tongkat itu, ya dia teringat harga benda itu. Dirinya menyelidiki, dan mengambil tongkat tersebut dari sang pemilik.

"Heh, jangan kurang ajar kamu!" teriak lelaki baya itu sembari merebutnya.

"Kek, ini tongkat beneran lapis emas? Atau cuma kuningan?" curiganya.

"Udah gak punya sopan santun, ngece saya lagi. Katakan siapa nama kamu?!" tanya Kakek itu.

"Jung Jaehyun."

Lelaki itu tersenyum penuh arti dan sekali lagi memukulkan tongkatnya mengenai kepala Jaehyun. Jaehyun yang merasa ngeri dengan senyuman itu hanya bisa menelan ludahnya dengan kasar.

"Penerus marga Jung ternyata. Memang gak seharusnya cucu saya dijodohkan sama kamu!"

Jaehyun membulatkan matanya, mengingat siapa yang pernah dijodohkan dengannya. Jaehyun manggut-manggut ketika mampu mengingat siapa perempuan itu, sebelum akhirnya dia tersenyum kecut.

"Aera, ya Aera. Berarti ini Kakeknya. Mati gue!" umpatnya merutuki diri sendiri.

Sebuah mobil menghampiri keduanya, hingga muncul dari dalam mobil sosok laki-laki yang tak asing bagi Jaehyun. Sekali lagi Jaehyun merutuki dirinya ketika melihat siapa yang keluar dari mobil itu.

"Tuan, sudah lama menunggu?" tanya Mr.Taeil pada lelaki baya itu.

"Tidak, belum terlalu lama."

"Oh ya, sepertinya kamu bisa mengurangi nilai sikap dari murid tampan ini," tambah lelaki itu membuat Jaehyun mengusap wajahnya kasar, mungkin baru kali ini tidak bangga disebut tampan.

"Jaehyun? Kenapa kamu tidak ke sekolah? Perasaan tadi saya kasih tugas di kelas kamu," ujar Mr.Taeil penuh curiga.

"Ketua Osis itu mencontohkan yang baik. Lain kali diperbaiki lagi ya sikapnya," ujar guru itu dengan santai, tidak terdengar menyakiti sekalipun.

Jaehyun hanya mengangguk pasrah, sebelum dirinya pergi, Kakek itu menarik tangan Jaehyun dengan kuat dan memutarnya. Jaehyun yang mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa meringis merasakan tulang-tulang tangannya yang hampir rontok. Mr.Taeil diam menyaksikan hal itu tanpa sedikitpun ingin ikut campur.

"Kamu apain cucu saya?!" tanya lelaki baya itu dengan tajam.

"Argh! Sakit! Saya gak ngapa-ngapain! Saya gak hamilin, Kek! Sumpah! Astaga sakit! Kek, beneran saya gak hamilin Aera!" teriak Jaehyun dengan menahan rasa sakitnya.

"Kamu apakan cucu saya si Jeno! Ada dendam apa kamu?!" bentak lelaki itu sembari menghempas tubuh Jaehyun ke aspal.

Jaehyun meringis memegangi punggungnya yang terpentok trotoar. Lelaki itu juga masih bingung dengan ucapan Kakek tersebut.

Fake Smile | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang