27. Auristela

525 40 3
                                    

" Aku bahkan sempat berhenti bernafas untuk sesaat, saat mataku melihat indahnya tawanya untuk pertama kalinya."

Sungguh kesialan bagiku saat ini, bagaimana tidak setelah berhasil membuat Auris menyalurkan bebannya. Sebuah kaleng yang entah dari mana asalnya itu bisa mendarat sempurna mengenai pelipis ku  membuat aku meringis kaget.

" Aisss. "

Auris menoleh ke arahku, namun tidak ada tanda-tanda untuk menolong karena dia hanya melihat dengan tatapan datarnya seperti biasa, tanpa ada rasa khawatir ataupun kasihan. Hee apa yang bisa diharapkan dari manusia bak patung semacam Auris. Dan sepertinya aku butuh kaca sekarang. Aku juga sama seperti dirinya.

Lupakan itu, aku memutar penglihatan ku mencari siapa dalang dari perilaku membagongkan ini, sialan! Berani-beraninya seorang ketua geng paling ditakuti semua orang bisa diperlakukan seperti ini. Demi alex, aku tidak terima.

" HEH ANAK MUDAH! "

Aku menoleh kearah asal suara itu berasal, mataku menyipit melihat wanita paruh bayah yang berdiri beberapa meter dari tempatku berdiri sekarang dengan tampilannya yang aneh, sedang menatapku geram.

" Kau pencuri!" Teriaknya lantang.

Aku menoleh kebelakang mencari seseorang yang mungkin wanita itu maksud, tapi tidak ada siapapun dibelakang ku. Anehnya wanita itu masih menatap ke arahku. Aku melirik Auris untuk mencari jawaban namun gadis itu, hanya melirik datar kearahku dan kembali fokus kepada objek yang ada didepannya. Memang apa yang kau harapkan dari Auris Lio.

Aku mengerutkan keningku tak paham atas ucapan wanitana itu yang terus meneriaki kata yang sama sedari tadi sambil menatap kearahku, sebentar apa dia mengira aku yang pencuri, aku mencuri? hah! yang benar saja.

" He kau, kembalikan berlian ku!"

" Dia pencuri, dia mencuri berlian ku. Tangkap dia! " 

Celoteh wanita itu, terus beropini bahwa aku telah mencuri. Dia berlari ke arahku sambil meneriaki aku pencuri.

" Kenapa aku tidak membawa pesawat pribadiku, hah capek sekali." Wanita paruh bayah itu, mengatur nafasnya dan yang aku lakukan dengan Auris adalah menatap dia dengan cengo.

Wanita itu mendongak menatapku, sedetik kemudian aku paham sesuatu. What The....

Wanita ini gila!

Rambut berantakan, baju compang camping dengan noda dimana-mana. Aku bergidik ngeri memperhatikan wanita itu, aku berfikir kira-kira berapa lama tubuhnya tak tersentuh air.

" Heh  kau! " Dia menunjukku dengan jari kotornya, sialan tidak tahukah dia siapa aku.

" Mana berlian ku! " Teriaknya lantang, oh Lio sabarkan hatimu dia gila, jangan sampai aku mencincang tubuhnya nanti.

" Aku bukan pencuri." Aku hendak menarik tangan Auris dan membawanya pergi dari tempat ini. Namun, tanganku lebih dulu ditarik oleh seseorang.

Aku membulatkan mataku dengan sekali hentakan membuat tangan itu terlepas, aku mengibaskan tanganku mencoba menghilangkan kotoran, kuman, dan virus yang pasti menempel disana. Aku takut terkana virus coronil oh salah corona maksudku virus yang sedang tren di dunia saat ini.

" Apa yang kau-" Dia memotong ucapanku begitu saja.

" Tidak usah berkelak lagi, tidak ada maling mengaku! "

" Dasar orang gila."

" SIAPA YANG GILA? AKU BUKAN ORANG GILA, AKU ORANG KAYA! DAN AKU AKAN MENUNTU MU!" Teriaknya tak terima, aku balas menatapnya tajam.

" Tidak ada orang gila yang mengaku dirinya gila." Aku mencibir menirukan perkataan nya. 

" Kembalikan berlian ku bodoh! Kembalikan."

" Aku tidak mencuri. " Teriakku jengah.

" Jelas-jelas kau mencuri, lihat tanganmu. Itu buktinya." Aku melihat tanganku, hampir saja aku menjatuhkan rahang ku saat melihat kaleng tadi masih dalam genggamanku. Jadi benda ini yang dia sebut berlian. Benar-benar gila.

Jika aku terus berada disini pasti bukan hanya dia yang gila, aku juga akan ketularan gila.

" Kau mau ini? Ambil lah." Aku melempar kaleng bekas itu ke laut, aku tertawa melihat ekspresi kaget dari wanita itu. Secepat kilat aku menarik tangan Auris membawa dirinya pergi dari tempat ini.

" Berlian ku, tidak-tidak! "

" Heee ganti rugi."

" Akan aku tuntut kalian! Pasangan gila, berhenti."

Aku menarik Auris mengajaknya berlari menghindari kejaran wanita gila itu, aku terbahak saat sesekali melihat kebelakang. Wanita itu terus mengejar dengan celoteh yang melantur.

Aku melihat kesamping kearah Auris, gadis itu juga tengah melihat kebelakang kearah wanita itu dengan ekspresi yang tidak pernah aku lihat. Dia-d-ia tersenyum.

" Lio awas! "

Aku mengumpat dalam hati. Batu karang sialan, mengapa bisa berada disana dan menghalangi  jalannya. Terpesona akan senyum Auris, membuat aku tak melihat jalanan dan berakhir terjatuh dengan tidak elit. Tubuhku tengkurep diatas pasir pantai.

Memang benar Auris sempat memperingatkan aku, tapi naas keberuntungan tidak berpihak kepadaku saat ini. Semoga tidak ada anggogata Eagle disini, apa kata mereka nantinya.

Suara gelak tawa membuat aku bangun dari posisiku semula menjadi duduk, membersihkan pasir-pasir yang mengotori tubuhku.

Aku menatap tajam orang gila yang tadi mengejar ku, dia tengah tertawa terpingkal-pingkal dengan wajah tanpa dosanya sampai berguling di atas pasir. Wajahku mungkin sudah memerah menahan marah dan malu. Seorang ketua geng paling disegani terjatuh dan ditertawai orang gila? Harga diri seorang Adelio Arsenio Ivander sedang dipertaruhkan.

Namun, kemarahan ku teralihkan saat mendengar suara merdu yang tidak asing bagiku. Aku mendongak melihat Auris yang menjulang dihadapan ku. Dia menatapku sekilas kemudian melihat kearah wanita gila yang tengah tertawa sambil berguling-guling di atas pasir. Benarkah dia Auris, gadis minim eskpresi bak patung bernafas itu.

Jika iya, apakah ada peri baik dilautan ini yang merasuki gadis itu, hingga aku bisa melihat gadis itu tertawa dan satu kata yang bisa menggambarkan gadis itu sekarang adalah sempurna. Aku sempat berhenti bernafas sesaat, lidahku kelu untuk berbicara aku terpukau oleh sosok yang kulihat saat ini.

Dibawah sinar bulan dan pencahayaan minim ditempat ini. Gadis itu seolah memancarkan cahaya yang selama ini tersembunyi. Wajahnya terlihat berbeda dengan tawa lepas yang baru dia perlihatkan padaku, dia tengah tertawa seolah tidak ada beban yang dipikulnya. Berbeda dengan sosok Auris yang aku kenal selama ini.

Tawa itu wajah ceria itu, telah menarik semua duniaku. Dia benar-benar sudah menjatuhkan pesonanya padaku. Seorang Adelio Arsenio Ivander telah jatuh kedalam pesona gadis misterius itu.











•TERIMAKASIH•

HAI ORANG-ORANG BAIK, GIMANA KABARNYA? SEMOGA BAIK YAA

AKU BUAT BAGIAN PART INI UNTUK MENGALIHKAN KETEGAN CERITA AURISTELA BIAR GAK NGEBOSENIN, SEMOGA BERHASIL SIH.

SEMOGA SUKA YAA,

MAKASIH BUAT SEMUA PEMBACA CERITA INI, DAN YANG UDAH KASIH NOTIC DI PART SEBELUM INI❤️❤️

AKU TUNGGU NOTIS DISETIAP PART YA, GAK MAKSA SIH. TAPI SATU NOTIS YANG KALIAN BERI ITU SANGAT BERARTI BAGI AKU, YANG TANDANYA CERITA AKU BISA DITERIMA BAIK OLEH KALIAN🙏

SEE YOU NEXT CHAPTER ALL👋

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang