29. Auristela

477 37 0
                                    

Kamu tahu apa yang lebih memilukan di dunia ini?

Ketika kamu merasa sedih dan sakit bersamaan disaat otak dan logika mu tidak bisa mendefinisikan apa yang sedang kamu rasakan.

Kamu ingin menangis, kamu ingin menjerit, kamu ingin mengeluarkan semua yang kamu rasakan.

Tapi apa? Apa yang perlu dikeluarkan? Aku tanya kembali, apa tolong jelaskan.

Ini sangat menyiksa, tolong berhenti. Tampar, atau pukul saja biar aku tahu dimana yang sakit. Dimana lukanya tidak hanya bayang yang mencuat kepermukaan. Menimbulkan rasa cemas dan gelisah.

Sudah cukup, kumohon. Lelucon ini sama sekali tidak lucu.

Aku berada ditengah keramaian, tapi mengapa rasanya sangat sepi.

Ada apa dengan diriku. Apa yang aku cari. Aku memiliki apa yang manusia inginkan, apa? Fisik, materi, kejayaan aku menggenggamnya saat ini. Seharusnya cukup bukan?

Lalu mengapa semua itu tidak bisa membuatku merasa cukup.

Aku mengingat kejadian minggu lalu bersama Lio, apa kalian tahu? kami cukup dekat sekarang. Meskipun aku belum bisa menganggapnya teman, setidaknya aku sudah bisa menerima keberadaanya disekitar ku.

Dia sering tiba-tiba datang kerumah, bertanya dan berbicara hal random. Seperti waktu itu, pertanyaan tidak berbobot keluar dari mulut seorang leader yang paling disegani.

"Auris, gua mau nanya. Emang bener ya kalau belut listrik kehabisan listrik harus isi token dulu?"

Atau yang lebih menyebalkan lagi. Ketika dia menelfon ditengah malam dua hari lagi.

"Auris, gua mau boker."

Hanya itu, tanpa percakapan lain pria itu menutup panggilanya.

Kehadirannya setidaknya bisa mengisi sedikit ruang yang tak berpenghuni. Benar kata Lio, aku membutuhkan seseorang. Hanya saja, aku belum bisa sepenuhnya menerima Lio sebagai seseorang teman. Entahlah hanya waspada.

"Apa yang kamu fikirkan?"

Aku menoleh pada Ben asisten pribadiku, dia menautkan kedua alisnya bertanya. Aku hanya menggeleng tak acuh, kembali melihat keluar jendela.

"Anda yakin?"

"Terlampau yakin."

"Semoga ini yang terbaik." Jawabnya kemudian kembali sibuk dengan iPad ditangannya.

Kami sedang berada diperjalanan menuju kesatu tempat yang selama ini sangat ingin aku datangi.

"Lima menit lagi kita sampai."

Seperti perkiraan Ben, mobil yang kami tumpangi sampai tepat waktu. Aku melihat bangunan terlampau mewah didepan mataku.

Aku menoleh saat seorang penjaga menghalangi jalan kami, Ben yang duduk dikursi belakang tepat disamping ku membuka kaca mobil.

"Tuan Ben, saya kira siapa. Silahkan masuk."

Ben tersenyum dan mengucapkan terimakasih, setelah itu mobil kami kembali melaju memasuki perkarangan yang megah ini. Aku tersenyum miring melihat semua kemewahan itu.

Terlalu fokus melihat sekitar, sampai aku tidak menyadari jika mobil yang ku tumpangi kini berhenti didepan sebuah pintu utama dengan disain khas Eropa menjulang tinggi dengan gagahnya.

Aku keluar dari mobil dengan Ben yang membukakan pintu untukku.

Disana penjaga menyambut kedatangan kami, tanpa persetujuan dari mereka aku memasuki rumah bergaya Eropa tersebut. 

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang