46. Auristela

334 32 0
                                    

Selepas mandi aku keluar dari kamarku yang berada di markas Eagle menuju keruang tengah dimana para anggota Eagle sedang berkumpul disana.

Markas malam ini sangat ramai, karena selama masa penyembuhan Auris aku juga anggota inti Eagle jarang untuk berkumpul dengan waktu yang lama. Sesekali kami akan berkunjung tapi hanya sekedar singgah dan juga memantau keadaan.

"Apa kabar bos." Sapa Radit yang datang dari arah dapur sambil membawa piring berisi makanan ditangannya. Aku mengangguk, "baik."

"Alex."

Alex yang sedang sibuk dengan ponselnya menoleh kearahku, dengan kedua alis terangkat.

"Jadi dateng?"

"Lagi dijalan."

Aku mengangguk kemudian ikut bergabung dengan yang lain, Zaen menawarkan rokok kearahku tetapi aku menolaknya, sedang tidak ingin merokok.

"Main ke rumah Auris yuk Li." Enak saja, mengapa mereka selalu menempel pada gadisku menyebalkan.

"Ga."

"Siapa yang mau dateng sih?" Tanya Brian dengan wajah penasarannya. "Nanti juga tau."

"Aih mainya rahasia rahasiaan."

Kami sibuk dengan kegiatan kami masing-masing selama beberapa waktu hingga suara derap langkah kaki menyita atensi kami semua. Aku yang kebetulan duduk menghadap pintu utama mendongak dan langsung bisa melihat siapa yang datang. Orang yang aku tunggu kedatangannya.

Semua anggota Eagle terpukau seolah tak percaya dengan apa yang mata mereka lihat saat ini.

"El?" Suara Parvid seperti berbisik.

Aku ikut berdiri melangkah mendekati seseorang itu. Seorang pria yang seumuran dengan kami, memakai pakaian formal yang terkesan rapi. Sebuah kemeja berwarna putih dipadukan dengan dengan celana bahan. Gaya khas seorang CEO muda berkuasa. Tampang akuh sudah menjadi ciri khasnya dan sialnya dia tampan.

Pria yang menyukai kerapian dan kebersihan, tapi seingatku terakhir kali aku melihatnya dia tak seformal ini.

"Welcome to home dude."

Dia mengabaikan sapaanku memilih mengelilingi markas dengan mantannya. Seolah menilai tempat ini.

"Lumayan." Ucapnya, suara bas penuh tekanan miliknya membuat semua orang mungkin merinding mendengarnya.

"Selamat." Katanya sembari menatap kedua mataku. "Dan thanks udah bangun kembali Eagle."

"Gua seneng lu datang." Dia mengangguk sebagai jawaban, kini giliran menatap satu persatu anggota inti Eagle. "Kalian?" Tanyanya sambil menatap mereka bergantian. "Gak seneng?"

"Gua gak mimpi kan?" Tanya Brian yang masih dengan wajah bodohnya. "Sakit bangkek!" Umpatnya saat Zaenal menjitak kepalanya, agar sadar.

Pria itu menggeleng melihat kelakuan Brian dan Zaenal kemudian melangkah kearah single sofa yang tadi aku tempati. Merogoh sesuatu dalam saku celananya. Sebuah sapu tangan. Benda yang tidak pernah lepas dari sosoknya. Dia mengusap semua sisi atas sofa kemudian baru menduduki sofa tersebut.

Dia masih sama

"Banyak debu, tingkatin kebersihan." Komentarnya melihat sapu tangan yang menurutku tak kotor sama sekali.

Aku berdehem mengalihkan semua anggota Eagle kearahku.

"Dia El mantan ketua Eagle ke tiga setelah bokap gua. Mungkin sebagian besar dari kalian belum pernah bertemu El secara langsung. Dia adalah orang yang diangkat menjadi seorang ketua saat umurnya baru sepuluh tahun, ya itu dia yang selama ini kalian kagumi hanya dari sebuah foto di ruang strategi." Aku melihat pria yang akrab dipanggil El itu sedang menatap kearahku juga dengan tatapan tajamnya.

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang