40. Auristela

379 28 0
                                    

Akhir dari penderitaan yang aku alami selama lebih dari dua minggu akhirnya tiba. Hari ini aku diperbolehkan pulang karena kondisiku yang sudah membaik, aku sudah bisa duduk tanpa sandaran sekarang.

Meskipun masih membutuhkan kursi roda untuk membantuku berjalan. Sialan, ini sangat memalukan.

Sesuai keinginan Lio dan teman-temannya. Mereka memintaku untuk bersembunyi sampai kondisiku membaik. Setelah mempertimbangkan hal yang matang, aku menyetujui tawaran mereka demi keselamatan nyawaku.

Dengan sarat aku membawa Bi Lastri untuk ikut bersamaku, bagaimanapun juga aku membutuhkan Bi Lastri untuk membantuku disana.

Setelah penerbangan selama kurang lebih dua jam, kami sampai di pulau pribadi milik Zaen setelah melewati perjalanan udara menggunakan Jet pribadi milik keluarga Ivander.

Lio mendorong kursi rodaku untuk memasuki sebuah villa yang berdiri dengan gaya sederhana namun terlihat sangat nyaman. Hanya ada satu bangunan ditengah pulau ini, bangunan yang terbuat dari kayu memiliki atab tradisional dari daun kelapa atau rumbia. Dilengkapi dengan kolam renang dipinggir pantai yang menambah kesan indah dari bangunan tersebut.

"Selamat datang Aden juga rekan Aden, senang kalian berkunjung kemari." Seorang pria paruh baya menyapa kami saat sampai didepan pintu villa.

"Apa kabar pak Amir?" Pria bernama Pak Amir mengangguk dengan senyum simpulnya. "Baik den. Semua sudah saya persiapkan seperti perintah Aden."

"Terimakasih untuk semuanya. Jika tugas bapak sudah selesai, bapak boleh pulang."

"Baik den, Terimakasih." Pak Amir mempersilahkan kami masuk, kedalam.

"Dia tinggal disini sendirian?" Tanya Brian.

"Engga, Pak Amir tinggal di pulau sebelah disana pulau berpenduduk. Biasanya Pak Amir datang seminggu sekali untuk membersihkan villa. Sebenarnya bonyok ngebebasin dia sama keluarganya buat tinggal disini selama tempat ini gak ditinggalin. Tapi dia lebih suka bolak balik, yaudah."

"Lumayan loh jaraknya, naik kapal apa gak jauh sih."

"Semua perkerjaan punya resiko tersendiri dan selagi bokap bisa bayar mahal kenapa enggak."

"Anjir pada bacot, gua capek pengen tidur. Mana kamar gua!" Zaen terkekeh kemudian melempar kunci kepada Parvid.

"Disini cuma ada enam kamar, Auris lu tidur sama Bi Lastri gak masalah? Atau kalau enggak, biar gua sama Brian tidur satu kamar gapapa."

"Gausah, gua sama Bi Lastri aja." Zaen mengangguk, kemudian memberi satu persatu kunci untuk kami.

Didalam villa ternyata tak kalah indah, berbagai fasilitas lengkap tersedia dalam villa layaknya rumah pada umumnya. Meskipun terlihat kecil dari luar berbanding terbalik dengan bagian dalamnya.

Lio mengantarku ke kamar dimana kamarku terletak ditengah-tengah kamar para pria itu.

"Lu bisa istirahat, nanti gua jemput waktu makan malam." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dimana dapurnya den saya yang akan menyiapkan makanan untuk makan malam."

"Tidak perlu, semua sudah disiapkan. Bibi boleh istirahat."

Lio meninggalkan ruangan dengan menutup pintu. Aku menatap Bi Lastri yang nampak gelisah ditempatnya.

"Emm biar saya tidur dibawah, silahkan non Auris tidur saja."

"Apa aku meminta Bibi untuk tidur dibawah?"

"Tapi non."

"Tidur Bi."

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang