25. Auristela

544 46 6
                                    

Alohaaaa temen-temen
Ketemu lagii dengan Auris the geng nih
Kangen nggak?
NGGAK!
Yaudah gapapa aku tetep up kok hehe

Thanks for 1,5k readers❤❤

Enjoy your day and happy reading.

••••••

" Di perlakukan seolah ratu lalu dihancurkan seperti barang, kemudian dibuang layaknya sampah. "

Tubuh yang belum sepenuhnya sembuh dengan terpaksa harus berlari untuk menghindar dari kejaran para manusia suruhan Ayahku. Sesekali melihat mebelakang untuk mengetahui seberapa dekat jarak mereka dengan kami.

Dalam hati aku tak pernah berhenti berdoa semoga Tuhan menyelematkan kami dari mereka.

Tubuhku tertarik saat kakak menariku untuk bersembunyi dibalik mobil-mobil yang terparkir. Kami mengatur nafas kami yang tersenggal-senggal rasanya tenggoroan ku benar-benar kering tapi sayangnya bukan itu yang penting sekarang.

Kakak mengintip untuk melihat keberadaan mereka semua, kemudian menatapku. "Kau baik-baik saja? "

Aku mengangguk setengah berbohong sebab kaki yang masih berbalut perban itu kembali mengeluarkan darah. Tapi aku tak mau membuat dirinya kembali bersalah.

"Kita tak bisa terus bersama, kita harus berpencar untuk mengecoh fokus mereka. " Aku menggeleng kuat, aku takut jika harus berpisah dan bersembunyi sendirian.

"Percaya sama kakak. Itu cara terbaik, setelah semua aman kakak tunggu Auris di tempat ini. Di sini, kita ketemu disini. "

"Auris...takut. "

"Kita butuh kekuatan untuk menghadapi mereka bukan ketakutan!" Dia memelukku erat. " Saat ini semua orang menginginkan kematian kita, bahkan orang yang selama ini memperlakukan kita layaknya raja dan ratu sekalipun."

"Aku tidak mempercayai siapapun sekarang, hanya diri kita sendiri yang bisa menyelamatkan kita. Kakak janji akan jemput Auris nanti. Auris percaya sama kakak? "

Dengan ragu aku menganggukan kepalaku, jika aku bersama dengan nya setiap waktu pasti akan memudahkan mereka untuk menemukan kami. Terlepas dari ketakutan-ketakutan aku percaya pasti kami baik-baik saja.

"Dimana kalian? Keluar! "

Tubuhku kaku mendengar suara mereka yang semakin mendekat.

"Kita bisa! Jangan sampai tertangkap. Kakak setiap hari akan menjemput Auris disini! Jika kau sudah aman datang kemari! "

Dia memeluku aku menangis dipelukannya, sebelum kami berlari berlawanan arah.

"BOS ITU MEREKA! "

"SIALAN! PENCAR! "

Aku melangkahkan kaki sekuat yang aku mampu, berusaha memaksa kakiku untuk tetap kuat. Tidak memperdulikan luka yang kembali mengeluarkan darah dan semakin parah. Persetan yang penting aku tak mati ditangan mereka.

"Hay sadarlah! "

"Auris dengar gue! "

"Tenang Auris. DOKTER! "

Samar-samar aku mendengar suara seseorang yang mencoba menenangkan dan terlihat panik tapi aku tak tahu betul siapa pemilik suara yang tak asing menurutku.

Hingga sesuatu masuk dalam tubuhku karena ulah mereka orang-orang yang memakai seragam berwarna putih itu, membuat kesadarku menipis hingga kegelapan yang menghampiriku selanjutnya.

*****


"Pembunuh! "

"Penghianat! "

"Kalian harus mati. MATI! "

Racau Auris sambil terus menutup kedua telingnya, entah apa yang terlintas difikiran gadis itu, hingga membuat dia melepas pelukanku detik berikutnya dia meracau dengan menutup kedua telinganya dan sesekali menarik rambutnya kasar.

"Bunda dia bohong. Hiks...hiks..."

"Takut... Auris takut sendiri." Dia menangis hari ini aku dikejutkan dengan sisi lain dari Auris, gadis penuh dengan tanda tanya itu ternyata memiliki luka yang begitu berat yang salama ini ia sembunyikan dibalik wajah flat-nya.

"Mereka mau bunuh Auris, bunda. Auris-, "

Aku menarik kedua pundaknya memaksa dirinya untuk menatap wajahku, sesaat aku tertegun melihat wajah yang biasanya menampilkan keangkuhan gadis itu. Kini terlihat kacau dan tatapan penuh dengan luka yang selama ini gadis itu pendam.

"Lu aman disini, tenangin diri lu. Gak ada yang akan bunuh lu!"

Dia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Air matanya kembali menerobos untuk keluar.

"Enggak." Auris menggelengkan kepalanya membuatku aku semakin bingung dengan keadannya. "Kamu masih hidup? " Ada apa dengan gadis itu? Aku menyerengit bingung atas pertanyaanya. Kapan memangnya aku pernah mati memangnya?

"Kamu bohong! "

"Kamu ninggalin Auris sendirian! Hiks... Auris benci kamu! "

"Lu bicara apa? Gue nggak paham. " 

"Kamu lupa Auris? " 

"Kenapa? " Aku menoleh kebelakang saat suara seseorang menyapa indra pendengaranku.  Aku bisa bernafas lega saat dokter yang sempat meninggalkan kami begitu saja datang bersama kedua perawatnya. "Lakukan sesuatu! "

Dia mengangguk kemudian meminta sesuatu kepada seorang perawat, yang tak lain adalah jarum suntik. Detik berikutnya dia menyuntikan entah cairan apa kedalam selang infus tangan Auris hingga perlahan tenaga gadis itu melemah, dengan suara yang semakin melirih dan Auris tak sadarkan diri setelah obat itu bereaksi.

Dokter itu memanfaatkan kondisi Auria yang tidak sadarkan diri untuk memeriksa keadaan gadis itu.

"Apa yang terjadi? "

"Seperti yang saya bilang diawal. Dia memiliki trauma, mungkin kejadian yang menimpanya barusan telah mengingatkan dia kembali dengan kenangan masalalunya. Dikondisi seseorang yang seperti ini, mereka membutuhkan ketenangan dan rangkulan agar tak melakukan hal yang diluar nalar saat traumanya kambuh. "

Aku menarik nafas berat, kemudian mengangguk paham. "Lakukan perawatan terbaik untuk pemulihannya, saya yang menanggung semua biayanya. "

Setelah kepergian dokter itu, aku memandang wajah damai gadis yang akhir-akhir ini mengusik fikiran ku.

"Apa yang sebenarnya terjadi? " Aku mengelus surai indah yang begitu lembut seperti sutra ditangan ku. Sebelah tanganku terkepal menahan sesak di dada saat melihat setitik air mata yang menetes dari pelupuk mata Auris, dalam keadaan tidak sadarpun dia masih menitihkan air mata. Seberat itukah perjalanan hidupnya selama ini?

Untuk saat ini dan seterusnya entah sadar ataupun tidak aku akan menjagamu melibihi apapun takan kubiarkan seseorang berani menyakitimu, Auris.





















•TERIMAKASIH•

SEE YOU NEXT CHAPTER👋

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang