19. Auristela

662 52 1
                                    

Alo para saudara online tersayang.
Enjoy your day and happy reading💛

©_©

" Segigih apa kamu menolak yang datang akan datang. Sekuat apa kamu mempertahankan yang pergi akan tetap pergi. Mencobalah belajar bahwa semua tak selalu sama dengan apa yang kita harapkan. "

••


Waktu semakin berkurang, beberapa menit lalu aku duduk dibalkon kamarku yang berada di markas Eagle untuk menunggu kedatangan seseorang. Sembari melihat pemandangan yang masih tampak asri didepan mataku.

"Sorry  lama. " Aku menoleh kearahnya yang kini sudah bersender di pembatas balkon sambil memejamkan matanya. Aku kembali menatap kedepan. "Darimana? " Tanyaku kepada Alex pria yang sedari tadi kutunggu.

"Biasa. " Aku hanya mengangguk, bertahun-tahun bertemenan dengan Alex membuat aku tahu apa kebiasaan pria itu lakukan. Membuat aku tak perlu repot lagi untuk bertanya pada pria pendiam itu.

Tanpa menoleh kearahnya aku menanyakan satu pertanyaan yang sedari tadi mengusik fikiranku. " Lu deket sama Auris? " Alex menoleh kearahku, menatap dengan tatapan bertanya seolah tak paham atas apa yang aku tanyakan. Tidak sulit bagiku bukan jika ingin mencari tahu sesuatu hal yang aku inginkan, contohnya kedekatan Alex dengan gadis flat itu.

"Dua hari belakangan ini, gue tau lu sama dia. " Aku menyunggingkan senyum saat wakil ketua Eagle itu hanya diam. Aku memutuskan kontak mata dengannya untuk melihat pemandangan malam hari disekitar markas Eagle. "Gak bisa jawab? " Lanjutku.

"Kalau seandainya gue bilang iya. Apa lu bisa jauhin dia? " Aku berbalik dengan kecepatan penuh untuk menghadap kearahnya. Rahangku tiba-tiba mengeras mendengar perkataanya, aku tak tahu apa sebabnya tapi aku tak menyukai permintaanya.

Bukan takut atau apa wakil dari Eagle itu, malah tersenyum penuh arti kepadaku. "Lio, gue tahu motif lu deketin Auris."

"Chayra Wijaya."

Bugh

Tanpa pikir panjang satu pukulan lolos dari tanganku yang mengenai rahang kiri Alex, hingga membuat pria itu menoleh kesamping dengan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Seolah tak merasakan sakit Alex menyeka darah itu terlewat santai kemudian tersenyum tipis kearahku. Nafasku kembang kempis menahan gejolak emosi yang tiba-tiba meluap dari tubuhku.

Niat awal aku memintanya menemuiku hanya untuk sekedar berbincang, kini tak lagi sama. Pria itu membawa nama yang sudah lama tak pernah aku dengar lagi, nama yang aku coba simpan apik dalam benakku. Membuat hatiku kembali terusik.

"Mereka berbeda Lio." Ucapnya lagi.

" Damn you!  Alex, jangan membuat gue marah! " Aku maju dua langkah kearahnya, memberikan tatapan tajam kepada pria itu. Tanganku terkepal kuat disamping tubuhku.

"Tau apa lu tentang dia? " Tanyaku kepadanya. Alex kembali menyunggingkan senyum. "Semuanya." Dia menjeda ucapanya sebentar. "Termasuk kisah kalian yang belum usai. " Lanjutnya dengan ekspresi berbanding terbalik denganku, dia terlihat santai tanpa beban atau takut sedikitpun.

"Jangan bicara seolah lu tau, semua tentang hidup gue! " Ucapku mencoba tenang, jika aku tak bisa mengendalikan emosiku aku tak bisa menjamin kami berdua akan tetab baik-baik saja lima menit kedepan.

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang