54. Auristela

342 32 2
                                    

SAD OR HAPPY SIH?

AYO KOMEN DIEM-DIEM BAE, SARIAWAN YAA?

AURIS MAU MENINGGOY, UCAPIN SESUATU DONG KE DIA. APAPUN

AKU MAU NGASIH TAU LAGI, PART INI PANJANG BANGETT MAAF KELEPASAN. KALAU BOSEN KEPANJANHAN BILANG YAA. TAR AKU KASIH DIKIT-DIKIT WKWKWK


🦋🦋🦋

Aku ingin memelukmu tanpa jeda. Namun, apa yang bisa aku lakukan jika Tuhan lebih dulu melakukan itu.

••••

Semesta tahu bagaimana sulitnya aku bertahan selama sepuluh tahun ini, tidak pernah sekalipun aku merasa ingin mengakhiri penderitaan yang terus menimpaku. Menjadi gelandangan yang tidur diemperan toko atau dibawah pohon untuk dijadikan tempat istirahat sementara, aku harus menjadi pengamen atau mencari barang bekas untuk dijual agar aku bisa mendapatkan makan dan minum. Aku tidak pernah berniat mengemis ataupun mencuri, selagi tubuhku mampu aku lebih memilih berusaha sendiri.

Auristela kira aku tidak pernah datang ditempat itu, tanpa dia tau aku selalu ada disana. Melihatnya dari kejauhan, aku selalu berdoa tidak apa aku yang menderita asal adikku jangan. Aku tidak mau menghampirinya, karena saat kami berdua maka semakin besar pula peluang para bajingan itu menangkap kami. Itu yang aku fikirkan dulu, hingga kebodohan itu, membuat aku kehilangan jejak Auris beberapa tahun.

Tiga bulan aku tidak melihatnya, harapanku mulai terkikis. Semua pikiran buruk bersarang dalam otakku, ketakutan itu memenuhi benakku yang membuat aku limbung tampa arah. Akankah memilih berakhir atau bertahan. Untuk apa aku bertahan jika alasan aku bertahan sudah tak lagi ada. Aku kira Auris benar-benar meninggalkan aku selamanya. Menyisakan kehampaan dan kekosongan.

Aku marah saat itu, kenapa dia pergi tanpa mengajakku.

Anak usia delapan tahun itu, masih berusaha bertahan entah karena tak tau jalan pulang atau memang sengaja untuk bertahan tanpa arah.

"Kau tampan sekali. Kenapa ada disini?"

"Apa kau masih punya orang tua?"

"Kau ingin ikut denganku?"

"Mau jadi anakku?"

"Kasihan sekali, kau kedinginan?"

"Kau lapar anak tampan?"

"Bagaimana bisa orang setampan ini berada di jalanan. Apa kau kabur dari rumah?"

Tidak ada satupun jawaban dari ribuan kalimat tanya yang dilontarkan padaku. Aku memilih diam atau menggeleng. Aku tidak mempercayai siapapun, semua orang disekitarku berpotensi menjadi musuh dan bisa membuatku terancam. Aku melakukan penyamaran dengan memotong rambutku sampai tak tersisa, mengotori wajahku hingga mereka tak bisa mengenaliku.

Usahaku berhasil saat mereka menemukanku tapi mereka tidak mengenaliku saat itu.

"Sial tuh anak pinter banget sembunyi."

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang