23. Auristela

591 45 2
                                    

" Saya tidak pernah mengusik bahkan saya tidak mengenal mereka. Tetapi mengapa mereka membenci dunia saya? "


••••

Sebuah kuda besi berwarna hitam yang dikendarai supir pribadiku melaju membelah jalanan yang padat dengan lautan manusia yang hilir mudik dengan kendaraan mereka.

Hari ini Ayah mengijinkan aku dan kembaranku untuk berlibur ke Villa yang berada di Bogor, disana adalah tempat yang sering kami datangi saat liburan, kami biasanya akan menghabiskan waktu untuk family time. Tapi, karena bunda sudah tidak ada kami tak akan lagi merasakan waktu yang menyenangkan lagi.

Aku menoleh kearah kananku tempat dimana kembaranku berada, aku mendengus mengapa dia begitu sibuk dengan laptop yang ada di atas pangkuannya.

"Kak. " Dia hanya berdehem sebagai jawabanku. Kesal, aku merebut paksa laptop itu. "Apa pekerjaanmu lebih penting dari liburan ini? "

"Kita masih diperjalanan Auris, aku harus menyelesaikan tugas dari grandpa kalau tidak sahamku tidak akan bertambah. "

"Ck. Selesaikan dan aku akan marah padamu! " Aku membenci dia yang selalu gila akan pekerjaan yang diberikan kakek kepadanya, dia adalah pewaris pertama keluarga Shaenetta wajar saja jika diusianya yang masih sangat muda kakakku sudah dicekoki dengan urusan perbisnisan.
Tapi tetap saja aku tidak menyukai jika dia lebih sibuk dengan urusannya dibandingkan diriku.

"Fine!  Aku akan menyelesaikan dirumah, hari ini aku milikmu. " Aku tersenyum dengan semangat empat lima aku memeluk tubuh kecil pria paling aku cintai setelah Ayah. Pria yang selalu rela mengorbankan dirinya untuk melindungiku.

"Paman, apa masih lama? " Tanya kakakku. " Iya den, kita baru masuk daerah puncaknya. Villa-nya masih lumayan jauh. "

Setelah itu didalam mobil hanya ada suara canda tawa dan kadang nyanyian dari kami berdua untuk menghilangkan suntuk saat diperjalanan. Namun, detik berikutnya kakakku menyadari sesuatu yang tidak beres. Dia menoleh kekiri dan kekanan bingung karena merasa asing dengan jalanan yang ditempuh oleh paman Dio.

"Paman dimana ini? Aku rasa ini bukan jalan menuju Villa bunda. " Aku yang semula sibuk dengan cemilan ditanganku sontak ikut melihat keseliling. Biasanya jalan yang diambil melewati pemukiman warga, tetapi mengapa sekarang jalan ini berubah menjadi jalan yang sisi kanan dan kiri terdapat jurang yang terlihat terjal, jangankan pemukiman disini terlihat seperti di tengah hutan. Dimana ini?

" Kak? " Tanyaku panik. " Tenang Auris." Dia menggenggam tangaku. " Paman, dimana ini sebenarnya? "

"Tenang saja den, saya mencari jalan pintas supaya tidak terkena macet. "

"Aku mau telfon Ayah. " Aku segera merogeh gawaiku. Mendial nomer Ayah disana.

Sambuangan terhubung. "Ayah kenapa Paman Dio melewati hutan.  Auris takut. "

" Percayalah dengan Paman Dio sayang. Mungkin paman Dio sedang menghindari macet. "

"Tapi Aya-"

"Auris Ayah banyak kerjaan, semoga liburan kalian menyenangkan. "

Tut tut

AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang