06. Auristela

1.4K 97 8
                                    

Nafasku memburu jantungku berpacu, urat nadiku mengencang. Kejadian tadi terus mengacau otakku. Membuat perasaanku semakin memburuk.

"Damn it!" Umpatku bersamaan dengan tanganku yang memukul setir mobil bersamaan.

Aku mengendarai mobil dengan kecepatan melebihi batas, mengabaikan puluhan umpatan dan makian yang dilontarkan para pengguna jalan lain. Aku tidak perduli keselamatan sekarang. Hingga tanpa sadar aku hampir saja membuat pengendara motor jatuh tersungkur, karena menyelip kendaraan tersebut tiba-tiba.

Sampai dirumah dengan segera adalah tujuanku. Namun,

Citttttttt

Suara decitan ban mobilku yang tergores aspal. Aku menginjak rem dengan tiba-tiba sampai kepalaku terbentur dengan setir. Mataku membulat sempurna saat melihat seorang yang dengan sengaja menyelip mobilku dan memotong jalanku dengan tiba-tiba, untung saja aku bisa mengerem dengan tepat jika tidak ku pastikan dia ataupun aku akan berakhir di rumah sakit ataupun kuburan, sungguh gila.

Aku membuka pintu mobil dan menutupnya dengan kasar, aku tidak perduli jika sekarang orang lain bisa melihat wajahku. Orang bodoh itu telah hampir membuatku celaka.

"Lo mau mati!?."

Pria itu membuka helm full face-nya membalik badanya kearahku dan menyisir rambutnya kebelakang dengan tanganya. Detik itu juga aku mengepalkan tanganku erat, mengapa dunia menjadi sesempit ini hingga aku bertemu dengan pria yang menjengkelkan seperti dia. Hari ini dewi fortuna sepertinya tidak berpihak kepadaku. Demi Tuhan aku benci hari ini.

Lio. Yah peria yang ada dihadapanku sekarang adalah dia, tepatnya pria yang hampir saja aku tabrak tadi.

" Lu udah gila?!"

Dia bersender pada moge hitamnya sambil bersedekap dan memerkan smirk-nya.

" Kalau mau jadi pembalap gausah di jalan umum. Punya otak?" Tidak ada bentakan dari suaranya, namun siapapun yang mendengarnya pasti sudah dibuatnya takut karena wajah flatnya. Tapi tidak dengan aku.

" Gue gapunya waktu! Minggir!" Teriaku penuh penegasan, tidak ada gunanya berdepat denganya sekarang. Leo menyeringai dan berjalan kearahku. " Cantik. Tapi kelakuan minus!" Ujarnya didepan wajahku hingga aku bisa merasakan deru nafas beraroma mins dari bibirnya.

" Lu-" Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, dia lebih dulu memotong kalimatku.

" Kalau bosen hidup gausah ngajak-ngajak. Karena kelakuan lu, hampir aja bikin gue celaka!"

" Untung lu gak mampus!" Aku tersenyum meremehkan.

" Lo berani sama gue!?" Berhasil, aku berhasil memancing emosinya, tidak kusangka dia sangat mudah terpancing emosi. Dia mencengkram rahangku dengan kuat tapi tidak membuatku takut sedikitpun denganya.

"Gue peringatin sama lu. jangan pernah main-main sama gue, kalau lu mau hidup lu tenang!" Dia menyentak cengkaram tanganya dengan kasar.

"Gue nggak pernah takut, sama ancaman sampah lu!"

"Brengsek!" Umpatnya dengan tangan yang sudah hampir mendarat di wajahku, namun entah mengapa hanya mengambang diudara.

Dia mengepalkan tanganya dengan kilatan amarah yang menyorot dari matanya. " Gue lepas lu hari ini, tapi tidak untuk lain hari. Bersiaplah lu akan tau dengan siapa lu berurusan!" Katanya dengan menunjukan seringai mematikan andalanya. Kemudian memutar badanya menuju motornya dan detik itu juga dia melesat seperti asap yang tertiup aingin.

Kita lihat siapa yang berurusan dengan siapa-Batinku dalam hati.

❄❄❄

Kepulan asap dengan aroma strowbery memenuhi ruangan kamarku, ditambah dengan aroma melekat dari wine yang aku minum.

Hancur. Satu kata yang menggambarkan diruku sekarang, jika kalian ingin tahu inilah diriku sebenarnya, jangan pernah mengharapkan aku adalah seorang gadis ramah, lembut dan berperilaku manis. Karena kenyataanya, itu semua berbanding terbalik dengan sikapku sekarang. Tidak perduli dengan penilaian buruk orang lain tentangku. Aku selalu hidup dengan caraku sendiri, buruk ataupun baik biarkan aku sendiri yang menanggungnya.

Beruntunglah kalian yang hidup damai dengan dunia kalian. Beruntunglah kalian yang memiliki warna dalam kehidupan kalian. Beruntunglah kalian yang bisa tersenyum tanpa beban didunia yang fana ini. Semesta telah mempermainkan hidupku, maka ijinkan aku untuk ikut memainkan peranku didalam naskah cerita yang sudah tertulis, yang sudah kutebak mungkin tanpa ada warna dan tawa yang menghiasi.

" Bunda aku lelah seperti ini."

"Bunda...Auris rindu Bunda"

Aku terus meracau tidak jelas karena efek dari minuman laknat itu. Aku tertawa, tawa yang siapapun yang mendengarnya pasti akan melihat seberapa hancur diriku, aku mencoba mengalihkan rasa sesak yang seakan menghimpit dadaku dengan tertawa. Hingga suara tawaku berubah menjadi jeritan tangis yang kudengar sendiri sangat memilukan.

"AAHHKKKK." Jeritku sambil menarik rambutku frustasi.

Prank

Kulempar asal botol wine yang ada disampingku. Hingga membuat aroma semakin mencuat di seluruh kamarku. Pecahan beling berserakan kelaintai yang semula mengkilat.

Aku bangun dari dudukku, melihat diriku didepan cermin riasku. Itukah aku? Begitu hancurkah diriku? Aku terkekeh miris, dengan air mata yang masih mengalir. Semesta berhasil membuatku terhempas kedunia paling kalam.

" Hancur. Kalian semua akan hancur! "








THANK'S FOR READING •

Hayo tebak siapa yang dimaksud Auris yang bakal hancur?




See you next chapter👋



AURISTELA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang