13. I'm Sorry Ly...

8.2K 501 94
                                    

Holla, aku kembali. Nungguin ya?

Enjoy ya!

***

ADRIAN menggeliat untuk yang kesekian kalinya, mendesah frustasi, sepasang bola matanya kemudian dibiarkan terbuka dengan sempurna dalam kegelapan. Usahanya untuk pergi tidur sejak beberapa jam lalu sangatlah sia-sia.

Ia tidak bisa memejamkan mata, tidak juga bisa menulikan sepasang telinganya saat ucapan sendu Lilya terus berputar dalam ingatannya.

"Bayi ini nggak tahu apa-apa kak, aku nggak mau bunuh dia, dia anakku"

"Kalau kak Adrian keberatan dengan bayi ini..., Aku akan bawa dia pergi jauh. Kak Adrian nggak perlu khawatir, kami nggak akan pernah ganggu kehidupan kak Adrian"

Sakit. Adrian tau Lilya pasti sangat terluka karna ucapan gilanya. Kalimat yang hingga kini terus Adrian sesali tanpa henti.

Bayi yang ia tawarkan untuk dibunuh itu juga bayinya, darah dagingnya yang tidak berdosa, yang tidak pantas direnggut hak untuk hidupnya. Dan yang hampir Adrian lupakan, bayi itu juga memiliki hati yang beberapa jam lalu telah ia lukai.

Adrian tidak pernah bermaksud untuk mengatakannya. Suara tanpa muara itu terlintas tatkala ia tak sengaja mendengar percakapan Lilya, Lilya yang terdengar begitu terluka sebab kehilangan masa depannya. Suara-suara itu berkata, membesarkan bayi hanya akan membuat segalanya semakin rumit, berantakan.

"S-sakit.. "

Adrian bangkit dari posisi tidurnya, suara itu terdengar persis seperti suara rintihan Lilya.

"Tolong..., sakit..."
Suara rintihan itu kembali terdengar, kali ini Adrian melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Lilya lah yang merintih dengan sepasang matanya yang masih terpejam.

Dengan rasa khawatir, Adrian segera menghampiri Lilya, menyentuh sebelah pipinya untuk menyadarkannya.

"Lilya, kamu kenapa Lilya?"

Lilya terbangun, langsung menjatuhkan air mata ketika melihat Adrian.

"Bayinya kak, bayinya..." lirih Lilya seraya menyentuh perutnya. Ia baru saja bermimpi melihat begitu banyak darah yang mengalir pada kedua kakinya. Hal itu jelas membuat Lilya teramat takut, takut mimpinya itu menjadi kenyataan. Lilya tidak mau kehilangan bayinya.

Adrian terenyuh pada saat itu juga. Lilya terlihat begitu ketakutan dan juga terluka. Dan semua ini adalah salahnya.

"Bayinya baik-baik saja Ly, jangan khawatir"

Adrian membantu Lilya untuk bangkit, membawanya ke dalam pelukan, membiarkan Lilya terisak dengan sejadi-jadinya di dalam sana.

"I'm sorry Ly" bisik Adrian. Perlahan tapi pasti tangis pilu Lilya menyentuhnya dengan begitu dalam. Membuat sepasang bola mata Adrian berkaca, menyesali kebodohannya.

Tidak seharusnya ia menyakiti Lilya untuk apapun alasannya.

***

Adrian mengamati wajah pucat Lilya yang terpejam damai itu. Beralih pada genggaman tangan mereka yang masih bertaut seperti semalam. Sepertinya, Lillya begitu ketakutan sehingga enggan melepaskannya meskipun di bawah alam sadar.

Alhasil, Adrian tidur di atas ranjang bersama Lilya, meskipun Adrian tidak berbaring, hanya bersandaran pada bantal-bantal.

"Aku akan selalu menjaga kalian berdua, Itu janjiku, Ly..." ucap Adrian seraya mengusap puncak kepala Lilya. Entahlah, Adrian tidak terlalu mengerti, namun sejak kejadian semalam, rasa ingin melindungi tumbuh dengan begitu besar di dalam dirinya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang