22. Bukan seorang yang pantas

6.3K 515 76
                                    


***

KEHIDUPAN Lilya di kampus barunya tidak jauh berbeda dengan ketika Lilya masih berada kampus lamanya. Selain tidak adanya keberadaan Vinny, dan Al yang kini ada bersamanya, ia rasa selebihnya sama saja.

Hari-harinya disibukkan dengan tugas dan mencari referensi.

Lilya masih tidak suka keramaian. Ia lebih suka memperhatikan rekan-rekannya bergurau daripada ikut di tengah-tengah. Lilya hanya akan tersenyum tipis setiap kali diajak pergi ke kantin, atau tempat berkumpul di tempat tongkrongan mahasiswa.

"Lila"
Panggilan itu membuat Lilya menghentikan langkah. Namanya memang bukan Lila, namun Lilya ingat betul ada seseorang yang selalu memanggilnya dengan nama demikian di kelas.

"Lila, tungguin gue"

Lilya tersenyum. Aila itu terkadang mirip seperti Vinny, bedanya Aila lebih modis dalam hal berpakaian, dan sepertinya gadis itu mudah berbaur dengan siapa saja. Buktinya, Aila masih bisa mendekatinya yang pendiam.

"Lilya, bukan Lila" ucap Lilya, mengoreksi.

Gadis di hadapannya itu tersenyum malu, merapikan rambut coklatnya tang berantakan karena berlari tadi.

"Sorry ya, kelupaan terus"

"Santai aja Ai"

"Oh ya mau kemana, Lila?"
Lilya tersenyum lagi, baru saja beberapa detik dan namanya sudah kembali dilupakan. Oke, sepertinya ia harus mulai terbiasa dengan nama panggilan barunya itu.

"Perpus"

"Pulang ngampus ikut gue sama yang lain yuk, kita mau ngongkrong, stress kuliah terus"

"Maaf, tapi aku dijemput hari ini"

"Kalau weekend besok, mau nggak ikut camp? Gue udah pernah ikut sebelumnya, seru deh pokoknya" tawar gadis itu, tidak putus asa, persis seperti Vinny bukan?

Sejujurnya itu bukan ide buruk juga, dengan bergaul dengan yang lain, Lilya akan mendapat banyak chanel, pengalaman, yang tentunya akan sangat berguna bagi keperluan skripsi ke depannya. Namun, Lilya masih harus ingat akan batasannya.

Ada Adrian yang harus ia urus dan juga Al yang harus ia jaga. Lilya yang sekarang tidak lagi sama dengan Lilya yang dulu.

"Maaf Aila, aku nggak bisa…"

"Kenapa?"

"Lilya"
Keduanya menoleh secara bersamaan, menjumpai seorang lelaki yang mengenakan setelan jaket hitam dan celana jeans yang tengah berjalan ke arah mereka.

Lilya mengenalnya. Gavin. Ia bahkan hampir lupa jika Gavin masih berlibur di Jakarta.

"Gavin?" panggil Lilya, setelah lelaki itu berhenti di hadapannya.

Sementara Gavin hanya tersenyum melihat raut terkejut Lilya.

"Oke, kita ngobrolnya besok lagi ya Lila, gue duluan" pamit Aila. Pikirnya, ia harus segera pergi daripada tetap di sini dan menjadi pengganggu.

"Kamu ngapain di sini Gav?"

"Nagih janji kamu"
Lilya sontak mengerutkan sepasang alisnya. "Janji?"

"Besok gue pulang ke Jogja,  gue nggak bisa ninggalin kuliah lama-lama. Dan gue mau habisin hari terakhir di sini sama lo, Ly"

"Tapi Gav-"

"Gue nggak mau denger jawaban dari lo. Karena gue nagih janji, bukan ngajuin penawaran"

***

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang