***
Lilya kesiangan.
Kelas paginya akan dimulai dalam waktu tiga puluh menit lagi. Bukan sekedar kelas pagi biasa karna
Namun anehnya, tubuhnya justru tidak mau diajak bergegas.Ia merasa sangat lemas, kepalanya juga terasa begitu berat.
Lilya bangun dari tempat tidurnya dengan susah payah, menyandarkan tubuhnya pada tumpukan bantal.
Sepertinya tubuhnya jatuh sakit di saat yang tidak tepat.
"Lilyaaa …." Teriak seseorang dari luar, siapa lagi kalau bukan Vinny?
Vinny pasti menghampirinya untuk berangkat ke kampus bersama."Iya sebentar"
Dan dugaannya benar, Vinny sudah berpakaian rapi dengan ransel di sebelah pundaknya.
Dari jarak yang sedekat ini, Lilya bisa mencium aroma parfum Vinny.
Aroma segar yang biasanya Lilya suka itu entah mengapa kini justru membuat perutnya semakin bergejolak.Terpaksa Lilya mundur selangkah.
"Kamu belum siap Ly?" heran Vinny. Sangat tidak biasa Lilya tidak tepat waktu seperti hari ini. Padahal biasanya Lilya lah yang mengetuk pintunya, memintanya untuk tidak lama-lama.
"Belum Vin…, tunggu sebentar ya"
"Kamu sakit Ly?"
Lilya tersenyum tipis. "Agak nggak enak badan"
"Apa nggak lebih baik kamu istirahat aja?" saran Vinny. Ia mulai khawatir setelah menyadari pucatnya wajah Lilya. Pantas saja Lilya tidak bawel padanya pagi ini, ternyata ia sedang sakit.
"Nanti ada kuis Vin, aku nggak mau bolos"
Vinny menghela napas berat. Memang seperti itulah Lilya. Terlalu rajin. Saking rajinnya Lilya, Vinny yakin sahabatnya itu kelak akan mendapat gelar lulusan terbaik di prodinya.
"Nggak ikut kuis nggak bikin meninggal ly"
****
Untuk pertama kalinya Nala merasa Adrian tidak memperdulikan kehadirannya.
Padahal sebelumnya, setiap kali menemaninya latihan menari, pandangan lelaki itu seorang tidak pernah lepas, Adrian terus menatapnya lekat seolah lelaki itu adalah alien yang baru pertama kali melihat manusia menari. Tampak begitu kagum dengan segala gerak yang dilakukan oleh tubuhnya.
Nala menyudahi latihannya, rasanya sekujur tubuhnya sudah basah akan keringat. Setelah menyahut botol minum, ia menghampiri tunangannya yang duduk di emperan aula.
"Yang?"
Kedatangan Nala jelas membuat Adrian terkejut, kembali ke alam sadar."Kok ngalamun? Mikirin apa?"
Adrian tersenyum tipis.
"Nggak ada yang""Kalau nggak ada yang dipikirin, kamu nggak mungkin ngabisin rokok sebanyak itu" ucap Nala, pandangan matanya seolah menunjuk ke arah lantai, tempat dimana bekas puntung-puntung rokok itu berserakan.
Adrian menjatuhkan rokoknya yang masih setengah panjang itu ke lantai, menginjaknya dengan sebelah kakinya yang bersepatu untuk mematikan bara.
Lelaki itu menatap ke arah Nala, gadis yang setelah ini tidak akan bisa membuatnya berbohong lebih banyak lagi.
Nalanya terlalu pengerti, sulit menyembunyikan sesuatu dari gadisnya itu."Kamu kalau lagi ada masalah cerita sama aku yang. Jangan dipendam sendiri, aku kan calon istri kamu. Apa ini ada hubungannya sama papa kamu lagi?"
Adrian mengangguk, mungkin lebih tepatnya terpaksa mengangguk. Beberapa hari yang lalu ia memang berdebat sengit dengan sang Papa, lagi-lagi soal masa depan dan perusahaan.
Namun anehnya justru bukan hal itu yang kini memenuhi kepala.
![](https://img.wattpad.com/cover/234929441-288-k221450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
DragosteMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...