***
ADA hangat di dalam dada saat Lilya menatap ke arah Adrian, lelaki yang baru saja membantunya berbaring di atas ranjang, menyelimuti juga membantunya mendapatkan posisi tidur ternyaman.
Adrian memang selalu seperti itu, pengertian. Bahkan, lekaki itu juga membantu Lilya untuk melepaskan sandal tidur.
"Terima kasih kak"
Adrian tersenyum tipis, kapan Lilya bisa berhenti berterima kasih dan mengerti jika ia melakukan segalanya karena memang menginginkannya. Hati kecilnya yang selalu ingin menjaga dan melihat Lilya bahagia."Ini tugasku Lilya, sebagai suami kamu"
"Kamu istirahat ya" pinta Adrian. Ia mengusap puncak kepala Lilya pelan. Segala tentang Lilya
Lilya mengangguk. Mungkin malam ini akan menjadi salah satu istirahat terbaiknya. Seharian ini ia habiskan bersama Adrian, tersenyum dan tertawa seolah hidup mereka tiada beban.
"Kak Adrian mau kemana?"
Pandangan Adrian tertuju ke arah sofa, seolah menjawab pertanyaan Lilya. Adrian tidak akan memaksa jika Lilya masih ingin berjarak dengannya. Ia sadar, butuh waktu untuk meyakinkan Lilya, jika ia tidak akan pernah pergi, jika segala tentang perasannya sudah tidak lagi sama."Jangan tidur di sofa ya kak, nanti sakit..."
Adrian tersenyum, sudah ia duga, Lilya pasti akan mengatakannya. ia kemudian mengambil tempat untuk berbaring di sisi Lilya.
Dengan berbaring pada tempat yang sama, ia bisa menatap Lilya dari dekat. Cukup terlihat jelas wajah lelah bersemu pucat milik Lilya itu. Lilya pasti kelelahan dengan membawa Al dalam perutnya yang kini telah semakin besar.
"Kamu kelihatan capek banget Ly, maaf ya?"
"Tapi aku seneng kak, seneng banget"
"Aku boleh minta satu hal sama kamu Ly?"
Lilya mengangguk pelan. Jika ada permintaan yang tidak akan bisa ia tolak, milik Adrian adalah salah satunya.
"Mulai sekarang, kamu cukup fokus dengan kesehatan kamu dan Al, dengan apa-apa yang membuat kalian bahagia"
"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, kamu percaya kan sama aku?"
Saat Adrian meraih dagunya, Lilya kehilangan kata-kata, terjebak dalamnya manik milik lelaki itu."Good night"
Adrian tersenyum, telunjuknya sempat menyentuh hidung Lilya, sebelum akhirnya lelaki itu meluruskan posisi tidurnya, memejamkan mata.Lilya pun sama, ikut memejamkan mata dengan senyumnya yang masih senantiasa mengembang. Ia berharap, semoga Adrian tidak sempat menyadari wajahnya yang bersemu.
"Good night, Kak Rian"
***
Sudah lama, sejak sarapan di dalam apartemen terasa membosankan untuk Adrian.
Ia masih menikmati secangkir teh, namun bukan lagi buatannya sendiri. Selain itu, sudah tidak ada lagi makanan sisa semalam yang harus ia panaskan dalam microwave, juga roti bakar yang gosong karena tidak diurus dengan sungguh-sungguh.Kini, ada Lilya, yang selalu memberikannya menu sarapan lezat, juga sehat tentunya.
"Mungkin lebih baik kamu jangan pergi ke kampus dulu Ly, kamu kelihatan sakit" ucap Adrian, disela-sela aktifitas makannya.
"Aku nggak papa kok kak, aku sehat"
"Lilya Danurja-"
Lilya mengalihkan pandangannya ke arah Adrian, memastikan apa yang baru saja didengar olehnya benar adanya atau tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/234929441-288-k221450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
RomanceMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...