***SEPASANG mata Adrian tidak bisa terpejam, batinnya gusar, entah untuk alasan apa lagi kali ini. Ia bangkit dari sofanya, sempat menatap ke arah Lilya yang kini sedang terlelap, sebelum akhirnya berjalan meninggalkan kamar. Adrian tau apa yang ia butuhkan sekarang, merokok, menikmati suasana tenangnya larut malam.
Lelaki itu berjalan menuju halaman tengah, spot pilihannya untuk menyendiri masih sama seperti dulu, hanya saja kali ini bukan lagi kolam milik keluarga Danurja yang bisa ia kunjungi.
Langkah Adrian terhenti, terkejut saat menemukan seseorang yang tengah berada di sisi kolam, merendam kedua kakinya di dalam air seolah tidak memiliki rasa dingin. Dan meskipun dalam keadaan gelap yang nyaris gulita, Adrian tahu sosok itu adalah Nala.
Gadisnya.
"Nala?"
Nala diam di tempatnya. Ia tahu yang baru saja memanggilnya adalah Adrian. Mengapa lelaki itu harus datang di saat ia tidak mengharapkannya? Nala tidak mau bertemu Adrian, tidak mau semakin terluka saat sepasang bola mata mereka saling bertemu.Adrian berjalan mendekat. Duduk menyilangkan kaki tepat di sisi Nala. Helaan tipis keluar dari bibirnya. Segala sesuatu tentangnya dan juga Nala tidak akan lagi bisa sederhana.
"Kamu kenapa di sini malam-malam? Nanti kamu bisa sakit" tanya Adrian.
Nala mengayunkan pelan kakinya di dalam air, menghasilkan gemercik kecil.
"Kenapa kamu harus peduli?""Kenapa?" tanya Adrian lagi.
Ia tahu, pasti ada sesuatu yang membuat Nala bahkan tidak mau menatap ke arahnya. Entah dengan tindakannya yang mana lagi ia telah mengecewakan Nala.
Adrian sedang tidak bisa berpikir jernih."Jangan balas pertanyaan dengan pertanyaan"
"Maaf"
Nala menoleh ke arah Adrian sekilas, tersenyum tipis.
"Aku nggak nyangka kalau Lilya udah sepenting itu dalam hidup kamu. Sementara aku, sebaliknya, udah nggak ada artinya lagi"
Ucapan Nala itu terdengar lirih, namun kegetiran jelas terasa di dalamnya. Bertahun-tahun ia merasakan bagaimana menyenangkannya menjadi prioritas Adrian. Lelaki itu selalu ada untuknya. Mengantarkannya ke kampus, memaninya latihan tari, setia menjemputnya kapan saja tanpa peduli panas atau hujan. Adrian selalu menciptakan hari yang menyenangkan untuknya. Hal yang membuat Nala sempat yakin jika ia tidak ingin jatuh cinta pada lelaki lain selain Adrian Danurja.Adrian tidak terlalu terkejut. Ia tahu, cepat atau lambat Nala pasti akan berfikir demikian. Andai gadis itu tahu, urusan hati bukanlah perkara yang mudah. Ia sangat mencintai Nala, tidak mudah baginya untuk melenyapkan perasaan itu. Nala selalu menjadi apa yang ia inginkan.
"Kamu ngomong apa sih? Kamu penting buat aku, kamu tahu itu"
"Iya, tapi itu dulu. Sekarang di fikiran kamu cuma ada Lilya, iya kan?"
"Ini bukan masalah penting atau nggaknya. Aku udah ngelakuin kesalahan yang mustahil buat bisa aku lupain, aku harap kamu paham. Sekarang aku cuma berusaha bertanggung jawab, aku nggak akan bisa memperbaiki apa yang udah rusak atau bahkan hilang. Kalau kamu mau bertahan sama aku, kamu harus mengerti. Tapi kalau kamu nggak sanggup dengan ini, kenapa nggak kita akhiri? Mungkin hidup kamu akan lebih baik tanpa aku, Nala..."
Pahit, Adrian tidak bisa memungkiri itu. Namun tidak apa, jika suatu hari ia melihat Nala bahagia dengan segala sesuatu yang baru, ia pasti akan turut bahagia karena Nala adalah sumber kebahagiaannya."Aku cuma bisa nyakitin kamu Nala…"
Nala tidak bisa berpura-pura tegar atau tidak peduli. Hatinya begitu sakit saat membayangkan lima tahun mereka harus berakhir secepat ini, dengan cara seperti ini pula.
Ia memang kecewa pada Adrian, tapi bukan berarti ia mau berpisah. Hati kecilnya tetap percaya jika segala yang terjadi merupakan serangkaian ujian cinta mereka. Selama ini, mereka saling jatuh cinta dan bahagia dengan begitu mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
عاطفيةMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...