***PADA awalnya, Adrian tidak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa kembali ke rumah ini dengan perasaan tenang. Tangannya bergenggaman dengan Lilya dan mereka melangkah dengan irama yang sama. Lilya adalah orang pertama yang berhasil membawanya pulang tanpa perlu merisaukan apa-apa yang telah terjadi.
Jika bukan karena memikirkan Lilya, Adrian akan lebih memilih untuk pulang ke apartemen saja. Namun Lilya butuh dijaga sementara dirinya belum sepenuhnya kembali seperti sediakala. Adrian masih kerap kali merasakan sakit kepala yang luar biasa dikarenakan kepalanya merupakan bagian yang mendapat bekas terparah dari kejadian itu, alasan utama yang membuatnya koma selama kurang lebih tiga minggu lamanya pun adalah hal ini. Hingga saat ini, jika ia berdiri terlalu lama, Adrian akan merasa kehilangan keseimbangan.
Berada di rumah Danurja yang memiliki begitu banyak orang-orang bekerja untuk mereka, membuat Adrian merasa ini keputusan yang paling tepat. Terlebih kedua orangtuanya sudah bisa bersikap baik kepada Lilya.
"Setelah ini, kalian langsung istirahat di kamar ya" ucap Amara dan Adrian Lilya kompak memberikan anggukkan kecil.
Ketika sampai di depan pintu kamar, Adrian yang membukanya, ia masuk terlebih dahulu sementara Lilya mengekor di belakangnya.
"Ini kamarku, tapi aku sudah meninggalkannya selama kurang lebih tiga tahun yang lalu"
Lilya mengalihkan pandangannya ke segala penjuru, suasana kamar ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di apartemen, simpel namun sedikit klasik, benar-benar seperti selera Adrian.
Di sana terdapat tiga foto yang menyebar di atas nakas, meja belajar, dan juga almari kecil. Ketiganya merupakan foto Adrian yang sepertinya diambil di hari wisuda, foto keluarga, dan sebuah foto masa kecil yang menarik perhatian Lilya.
Lilya mengambilnya, mengamati dua bocah lelaki yang tersenyum di dalam foto itu. Adrian di masa kecil tidak jauh berbeda dengan yang ada di masa sekarang, senyumnya memang selalu sehangat ini. Di Adrian pun seorang anak lelaki yang sedikit jauh lebih tinggi tersenyum, meskipun hanya sebatas senyum tipis.
Apakah anak lelaki ini adalah Alex? Orang yang hampir melenyapkan Adrian?
Lilya pasti akan begitu takut jika bertemu Alex suatu saat nanti.
"Kemari Ly, kamu tidak istirahat dengan baik karena terus menemaniku di rumah sakit"
Panggilan itu membuat Lilya menoleh, ternyata Adrian sudah terlebih dahulu duduk di sisi ranjang. Lilya kemudian tersenyum dan mendekat. Langkahnya pelan karena perut besarnya.
Begitu Lilya duduk, Adrian langsung menghadiahi ciuman di kening Lilya.
"Sekarang biar aku yang menjaga kamu"Lilya mengangguk pelan, hilang sudah bayang-bayang akan bagaimana apabila ia berjalan sendiri, tanpa Adrian lagi. Lelaki itu kini sudah kembali ada untuk melewati hari-hari bersamanya.
"Kak Rian, jangan bertemu Kak Alex dulu ya?" lirih Lilya. Kemarin ia tak sengaja mendengar percakapan Papa mertuanya dan juga Adrian. Andreas ingin menyelesaikan kasus ini jalan hukum, namun Adrian menolaknya mentah-mentah. Ia meminta segala dilupakan dan ingin segera dipertemukan dengan Alex.
Sekali lagi Adrian mencium puncak kepala Lilya, ia sangat mengerti akan kekhawatiran Lilya.
"Aku tidak akan pernah takut kepada Alex karena dia adalah kakakku. Sikapnya memang tidak sehangat Andini, tapi dia selalu menjagaku, aku tahu" jelas Adrian.
Sejak kecil, Alex bukan seseorang yang mudah menunjukkan perasaan. Senang sedih, peduli atau tidak peduli, segalanya
sekilas terlihat sama. Meskipun dingin dan selalu membuatnya menangis tapi Alex tidak pernah tinggal diam jika ada orang lain yang menjahili adiknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/234929441-288-k221450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
RomanceMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...