***
GEMETAR, Adrian merasakannya di setiap langkah kakinya. Permintaannya untuk bertemu Alex disetujui oleh papa, seharusnya ia senang namun mengetahui fakta bahwa Alex tinggal di tempat seperti ini membuat perasaannya tidak karuan.
Apa yang telah papanya lakukan? Menempatkan Alex di pusat penyembuhan bukanlah ide yang baik. Yang ada, Alex akan semakin merasa terpuruk dan terasingkan.
"Kenapa kalian terus mengikutiku? Aku sudah meminta kalian menunggu di luar!" kesal Adrian kepada dua bodyguard yang sejak tadi mengekor di belakangnya. Memikirkan Alex dan keputusan papanya membuatnya lebih temperamen, kesulitan mengontrol emosi.
"Aku hanya akan bertemu Alex, tidak perlu berlebihan"
"Baik Pak" ucap keduanya, mereka tinggal di tempat dan membiarkan Adrian terus melangkah seorang diri.
Tak lama, Adrian tiba di depan ruang inap Alex. Ia sempat mematung untuk beberapa saat sebelum akhirnya memberanikan diri untuk memutar knop pintu.
Pintu terbuka. Langsung menghadapkannya dengan Alex yang tengah terduduk di atas ranjang bernuansa putih.
Melihat keadaan Alex yang kurus dengan sepasang matanya yang berkantung tebal membuat Adrian merasa sedih. Alex yang kini ada di hadapannya sangat berbeda dengan apa yang biasa ia lihat.
"Kamu masih hidup" ucap Alex, rautnya datar namun Adrian bisa melihat ada senyum kecil yang tersembunyi pada salah satu sudut bibirnya.
Sejak dulu, Alex selalu seperti itu, terlalu pandai menyembunyikan perasaan hingga membuatnya sulit untuk dipahami.
"Kamu yang membuatku tetap hidup, aku tahu"
"Bitch, omong kosong. Aku membuatmu sekarat dan itu keinginanku"
Adrian justru berjalan mendekat, berlutut di depan Alex dan membuat lelaki itu sangat terkejut.
"Aku minta maaf untuk semua kesalahanku, aku pasti banyak bersalah sampai aku sangat dibenci"
Alex terpaku, apa yang sedang terjadi pernah keinginannya, Adrian bersimpuh di hadapannya dan memohon seperti lelaki lemah yang tidak punya harga diri. Namun anehnya, ia tidak bisa tertawa dengan sombong seperti yang ada dalam bayangannya.
Adrian tetap menjadi salah satu kelemahannya.
"Kamu lepas dan aku terikat seperti binatang. Kamu punya banyak kesempatan sementara aku tidak punya satupun pilihan. Bagaimana bisa begitu?"
"Semua tanggung jawab yang kamu tinggalkan, apa pernah kamu memikirkannya walau sekali? Selama ini kamu hanya lari dan membuktikan seberapa hebat diri sendiri"
Adrian tertunduk dalam. Selama ini ia tidak pernah menyadari sisi egoisnya. Yang ada dalam pikirannya, anak bungsu tidak seharusnya menjadi seorang pemimpin, Alex jauh lebih pantas dan berhak. Di luar itu juga, ia merasa tidak tahan dengan semua keputusan yang selalu papanya ambil tentang hidupnya.
Ia ingin bebas. Seorang diri.
Untuk itu ia meninggalkan perusahaan dan juga rumah, membebankan pada Alex segala tanggungjawab yang sebelumnya telah diserahkan kepadanya.
Tak hanya sampai disitu, sekalipun menerus gagal namun tekadnya tetap bulat. Ia ingin membuktikan jika kedua kakinya bisa berdiri tegak, walau seorang diri.
"Papa selalu ingin aku mengalahkanmu dalam persaingan bisnis. Bukan karena percaya kemampuanku, tapi karena ingin kamu kembali dan meminta pertolongan lagi. Pria tua itu- hanya bisa menjadi ayahmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
Roman d'amourMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...