24. Cinta Pertama Lilya

7.3K 491 114
                                    


***

LILYA melihat Adrian. Lelaki duduk di tempat di mana Lilya selalu menunggu jemputan. Mengulum senyum, senyum yang semakin hari semakin familiar di kepala Lilya.

"Hai, gimana kuliahnya?"

Rasanya masih sulit dipercaya oleh Lilya. Hari ini Adrian menjemputnya setelah semalam untuk pertama kalinya Adrian berbaring di sisinya, secara sengaja. Sudah cukup membahagiakan saat Lilya membuka mata dan menemukan Adrian yang begitu dekat dengannya. Ia bahkan sama sekali tidak berharap Adrian akan menjemputnya, Lilya sudah memesan ojek. Namun sepertinya, hari ini memang milik Al. Lilya turut merasakan betapa bahagianya Al-nya sekarang.

"Lancar kak. Kak Adrian udah lama?"

"Sekitar lima belas menit. Sengaja, supaya kamu nggak perlu nunggu lama. Ayo"
Adrian bangkit dari tempatnya, meraih sebelah pergelangan tangan Lilya.

Sebut saja ini berlebihan. Tapi Lilya merasa begitu gemetar hanya karena Adrian meraih tangannya, tersenyum hangat.

Lalu kewarasan Lilya seolah ditarik paksa ketika Adrian meraih pinggangnya, menuntunnya menuju tempat di mana mobil milik lelaki itu terparkir. Lalu Adrian membukakan pintu mobil, mempersilakannya untuk masuk. Lelaki itu baru memperlakukannya layaknya seorang Puteri.

Lilya sempat tersenyum sebelum akhirnya naik ke atas mobil. Seharusnya Adrian tidak sebaik ini kepadanya. Lilya takut tidak mampu lagi menjaga hatinya, takut jatuh pada seseorang yang tidak akan pernah bisa menjadi miliknya, tidak pula dengan membalas perasaannya.

Namun sayangnya, terlambat sudah. Senyum dan segala bentuk perhatian kecil lelaki itu tidak hanya mengantarkan Adrian  masuk dalam kehidupannya, tetapi juga hatinya. Masih sama seperti kala itu, Lilya tidak tahu apakah perasannya ini cinta atau hanya sebatas uluran rasa dari Al untuk ayahnya.

"Ly, kok ngalamun?" tanya Adrian seraya memasangkan seat belt untuk Lilya.
Dari jarak sedekat ini, ia bisa melihat perut Lilya yang timbul, sekalipun Lilya selalu menggunakan pakaian yang longgar atau blezer setiap kali pergi ke kampus. Dan apa yang ia rasakan masih sama seperti di rumah sakit kala itu. Gemetar haru. Adrian Danurja akan menjadi seorang ayah, tidak lama lagi.

"Ly...., Apa kamu tidak mengalami masalah karena hamil saat kuliah?"
Adrian memang tidak mengatakannya dengan gamblang, namun dari cara lelaki itu menatap ke arah perutnya, Lilya bisa mengerti masalah seperti apa yang dimaksud oleh Adrian.

Satu-satunya masalah yang tidak bisa Lilya sangkal adalah perihal kesehatannya fisiknya yang tidak sebugar dulu, selebihnya Lilya tidak pernah menganggapnya sebagai masalah yang berarti.
"Aku nggak pernah malu karena mengandung Al kak..., Al bukan aib, tapi anakku" ucap Lilya, lirih. Sepasang bola matanya terasa berat saat Lilya ingat dengan persis bisik-bisik apa saja yang pernah tak sengaja sepasang telinganya dengar.

Soal perutnya yang besar padahal tubuhnya kurus. Soal mahasiswi konversi yang pindah karena hamil di luar nikah. Hingga tuduhan berwajah polos namun kelakuan liar. Tanpa perlu Lilya bercerita, spekulasi terus menggema. Lilya tidak bisa berkata apa-apa karena semua itu benar.

Mungkin Lilya bukan satu-satunya mahasiswi berbadan dua yang menuntut ilmu di kampus itu, terlebih dengan statusnya yang swasta. Tapi tak bisa dipungkiri ia memang berbeda, terlalu muda untuk hamil,  terlebih dengan kebiasaannya yang selalu menyendiri di berbagai kesempatan, celah untuk dirinya diperhatikan sekitar menjadi jauh lebih besar.

Dan bagian yang paling menyakitkan jika itu sudah berhubungan dengan Al. Tak apa Lilya dihina atau disudutkan,  tapi Al tidak tahu apa-apa. Lilya tidak bisa berpura-pura tuli atau baik-baik ketika Al-nya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang