3. Rasa Bersalah

8.8K 440 73
                                    


****

HARI sudah semakin larut, Adrian harus segera pulang sebelum apa yang ia takutkan terjadi.

Dengan penampilannya yang super berantakan lelaki itu keluar melewati pintu milik keluarga Atmadja.

Ia kira, ia pulang tanpa perlu bertemu dengan Nala dan kedua orangtuanya, namun semesta seolah masih memiliki rencana untuk mengacaukan batin Adrian.

Mereka bertemu, berpapasan saat baru beberapa langkah Adrian melewati pintu.

"Adrian? Kamu belum pulang nak?" Tanya Vania, meski tampak lelah, calon mertuanya itu tetap tersenyum ramah. 

"Nala minta tolong sama Rian ma, buat jaga Lilya"

Pasangan Atmadja itu sama mengangguk mengerti.

"Terus sekarang Lilya-nya mana? Kenapa nggak nganterin kamu sampai pintu?"

Adrian tersenyum kecut, mana mungkin Lilya mengantarnya? Menatapnya saja Adrian yakin Lilya pasti tidak sudi.

" Mungkin sudah tidur"

"Iya ma, Lilya kan baru pulang, pasti cepek banget. Dan kayaknya Adrian setia banget jaga Lilya sampai begadang di depan tv, iya kan yang?"

"Terimakasih nak Adrian karena sudah menjaga Lilya hingga selarut ini"

Adrian kembali mengangguk dengan kikuk.

Seandainya lelaki di hadapannya ini tau apa yang baru saja ia lakukan pada putri bungsunya, lelaki itu mungkin sudah menghajarnya tanpa ampun, meludah ke arahnya dengan berbagai kalimat penuh amarah.

"Iya om, kalau begitu saya permisi om, Tan, Nala"

Ketiganya mengangguk.

Adrian pun mulai berlalu, terus berlalu dengan pikiran kosong, hingga tak menyadari jika Nala berjalan di belakangnya.

Baru ketika Nala menarik ujung kausnya, Adrian menoleh.

"Yang, nggak mau pamit dulu nih sama aku?"

Adrian tersenyum, membawa Nala ke dalam dekapannya.

"Kamu kelihatan capek banget  sih yang? kayak orang habis kerja seharian " cetus Nala, dengan kekehan pelannya, berhasil membuat jantung Adrian berdegup dengan cepat.

***

Lilya masih setia berdiam diri di dalam bath up,bibir dan kulit putihnya sudah berkerut dan sangat pucat. Namun anehnya Lilya tidak bisa merasakan dingin sama sekali.

Shower sudah tidak lagi dinyalakan sejak beberapa menit lalu. Bukan karena Lilya sudah cukup merasa bersih, ia tau sebanyak apapun air yang ia guyurkan ke tubuhnya, ia akan  tetap kotor. Hanya saja, ia  tidak mau mencuri perhatian keluarganya dengan suara bisik itu.

Lilya menghembuskan napas pelan, mencoba kembali hidup, ia lelah menangis, untuk pertama kalinya ia menangis hingga rasanya air dalam matanya terkuras habis.

Namun sepertinya usahanya sia-sia saja, ia terlanjur mati.

Mengapa?
Mengapa semua ini harus terjadi kepadanya?

Dan mengapa juga harus Adrian?

Jika lelaki itu bukan Adrian, Lilya akan menangis sejadi-jadinya dalam pelukan mama dan juga kakaknya, mencurahkan semua sesak. Bukan malah memendamnya seperti ini, terlalu menyiksa.

Ia kotor.

Kehilangan kehormatannya.

Tidak ada lagi yang bisa dibanggakan juga diharapkan darinya, ia akan menghancurkan banyak hati dan juga kepercayaan.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang