10. Memaafkan atau Melepaskan?

7.4K 489 72
                                    

***

LINDA, seraya menggenggam tangan putrinya wanita itu tak henti-hentinya berdoa dalam hati. Sebagai seorang ibu, jelas ia merasa begitu terpukul, merasa gagal menjadi sosok orangtua untuk putri bungsunya.

Lilya hamil di luar pernikahan.

Tidak sedikitpun hal itu pernah terlintas di benaknya. Justru sebaliknya, bayang-bayang akan keberhasilan Lilya lah yang selalu ia impikan.

Lilya bungsunya, memiliki cita-cita setinggi langit. Dimana gadis cerianya itu memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan S2 di luar negeri melalui program beasiswa yang selama dua setengah tahun ia perjuangkan dengan selalu meningkatkan nilai IPK pada setiap semesternya. Lilya juga semangat mengikuti berbagai perlombaan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin golden tiket yang mungkin saja bisa mengantarkannya pada mimpinya.

Lilya-nya yang begitu mandiri. Padahal, kekayaan keluarga mereka sendiri lebih dari cukup untuk membiayai kemanapun Lilya ingin pergi.

Linda mencium kening Lilya dalam. Hati kecilnya masih saja menolak untuk percaya bahwa Lilya telah menghianati kepercayaan keluarga. Lilya yang ia lahirkan serta ia kasihi selama dua puluh tahun ini memiliki hati yang begitu lembut, begitu juga dengan pola pikirnya yang begitu positif.

Terlalu tak mungkin jika putrinya ia berperilaku buruk terlebih kepada saudari yang sangat ia sayangi.

Linda mengalihkan pandangannya ke arah sang suami, mendapati lelaki itu yang tengah duduk di sofa, menyadarkan tubuh seraya menatap kosong ke arah dinding.

Di satu sisi Linda merasa iba melihat putrinya terbaring lemah, di sisi lain  ia takut saat mengetahui jika di dalam diam suaminya tengah berusaha keras untuk menahan amarah, terutama amarah terhadap dirinya sendiri.

Sepasang kelopak mata Lilya lamat-lamat terbuka. Lilya mengedipkan matanya sekali, reflek memegangi kepalanya yang terasa begitu berat.

"Syukurlah. Akhirnya kamu sadar sayang…"

"Kita di mana ma?"

"Kita di rumah sakit sayang. Kamu ada yang sakit? Mama panggilin dokter ya?"
Lilya butuh waktu beberapa detik untuk menyadari satu hal yang membuat jantungnya berdegup dengan cepat, jika mereka kini berada di rumah sakit berarti…

"Siapa ayah dari bayi itu Lilya?"
Jantung Lilya seolah dipaksa berhenti dengan seketika. Apa yang paling ia takutnya akhirnya terjadi. Kehamilannya kini sudah diketahui oleh keluarganya, dan kemungkinan besar Adrian pun juga sudah mengetahuinya.

"Mas…, Lilya baru sadar, tolong" mohon Linda, sangat tidak tega melihat keadaan Lilya. Menurutnya Lilya masih memerlukan waktu untuk beristirahat dari sakitnya.

"Tidak ada yang akan tolong menolong dalam masalah ini"

"Papa hanya butuh satu jawaban Lilya, siapa lelaki itu?"
Lilya hanya terisak. Bagaimana sekarang? Ia tidak sanggup untuk berkata jujur, namun tidak bisa pula merangkai kebohongan di situasi seperti sekarang ini.

Papanya terlihat sangat marah, lebih dari itu, tatapan papanya terlihat jelas menunjukan kekecewaan yang begitu besar.

Lilya menggigit bibir, tidak bisakah Tuhan memanggilnya sekarang? Sebab Lilya tidak sanggup untuk melipat gandakan segala luka dan kekecewaan orang-orang terdekatnya.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang