***
LILYA hanya bisa mengamati Adrian yang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Di satu sisi, ingin sekali Lilya menawarkan diri untuk memasangkan dasi Adrian, namun dinginnya raut lelaki itu mengingatkan Lilya jika hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.
Semua bermula saat ia mengutarakan sesuatu yang mengganggu pikirannya, mengenai Nala dan bagaimana akhir kisah mereka yang seharusnya. Adrian sama sekali tidak marah atau membentaknya, bahkan lelaki itu tidak banyak berkata-kata. Namun Lilya bisa melihat dari sepasang bola matanya jika Adrian sangat kecewa terhadapnya.
Akan keputusannya untuk melanjutkan studi ke luar negeri dan menyudahi perjalanan rumah tangga mereka.
"Apa aku dan Al memang tidak sepenting itu untuk kamu, Ly?"
Kalimat itu adalah kalimat terakhir yang Lilya dengar dari Adrian. Kalimat yang membuat dadanya begitu sesak.Lilya sendiri bahkan tidak tahu, apakah ia masih bisa hidup dengan baik setelah meninggalkan Adrian dan Al yang merupakan sumber kekuatan sekaligus sumber kebahagiaannya. Keputusannya ini serta-merta hanya karena ia tidak mau berbahagia di atas kepedihan Nala, dengan apa yang tidak seharusnya ia miliki, sama sekali bukan murni keinginan hati kecilnya.
Jauh di dalam hatinya, Lilya ingin tetap di sini, membesarkan Al dengan penuh kasih sayang bersama Adrian serta terus menemani Adrian di kala susah maupun senang. Membangun keluarga kecil yang hangat.
Tapi setelah melihat momen di mana Nala menangis di pelukan Adrian, Lilya merasa tidak pantas.
Tanpa sadar, air mata Lilya jatuh dari sudut matanya. Adrian sempat menatap khawatir ke arahnya namun hanya beberapa detik sebelum lelaki itu meraih jasnya dan berjalan meninggalkan kamar.
***
Momen sarapan adalah salah satu saat dimana Abian kembali merindukan princessnya, Alana. Sejak Alana pergi bersama Dewa, rumah ini jadi berkali-kali lipat lebih sepi. Tidak ada lagi keceriaan Alana yang biasanya memenuhi seisi rumah.
Sedang apa princessnya di sana? Apakah ia bahagia tinggal bersama Dewa?
Untuk sekarang ini, Abian masih belum boleh menghubungi Alana dengan alasan supaya gadis kecil itu tidak menangis karena merindukan rumah.
Alana sedang diajarkan untuk terbiasa tanpanya, sedangkan dirinya sendiri sulit membiasakan diri tanpa Alana di sisinya
"Kalian mau honeymoon kemana?"
Pertanyaan itu mengingatkan Abian, jika sejak tadi ia tak sendiri. Ada mamanya dan juga Sheryl yang sedang sarapan bersamanya."Kalau aku terserah Abian saja, Ma"
"Kok Abian? Kan udah suami istri, nggak ada panggilan yang lebih romantis?" goda Arin pada menantunya.
Sheryl tampak tersenyum kikuk, panggilan sayang seperti apa yang bisa ia berikan pada Abian?
"Mmm, mas Abian maksudnya"
"Gimana sayang?"
Sejujurnya, honeymoon adalah salah satu hal yang terlupakan dalam kepala Abian. Ia lupa jika setelah menikah, kebanyakan pasangan pergi untuk berlibur dan menghabiskan waktu berdua saja.
Menghabiskan waktu seharian di rumah dengan status ini saja ia kikuk, apalagi pergi ke tempat yang tidak ada orang terdekatnya kecuali Sheryl?
"Asal tempatnya Sheryl suka, aku setuju"
"Pengantin baru memang beda ya? Coba kalau udah lama, bisa adu argumen sampai berjam-jam"
"Kemanapun itu, mama sarankan kalian perginya yang agak lama, kalian puas-puasin kencan sebelum Sheryl isi"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)
Lãng mạnMungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu juga sebaliknya. Di satu sisi Lilya belum pernah jatuh cinta, selalu memimpikan bagaimana pertemuannya...