35. Bagaimana jika itu terakhir kalinya?

5.8K 451 82
                                    

Tau  kok ini udah terlalu malem. Tapi tetep pingin update aja xixi.

HAPPY Reading...


***

LINDA menghampiri Lilya yang tengah duduk di sofa.

Saat ini waktu yang pas untuk makan malam, oleh sebabnya ia ingin segera mengajak Lilya makan malam, mengingat Lilya sedang hamil dan butuh makan dengan cukup.

"Sayang? Ayo kita makan sama-sama" ajak Linda, setelah ia duduk di sisi Lilya.

"Mama dan Nala duluan aja nggak apa-apa, Lilya mau nunggu Kak Rian, Ma"

"Yasudah, biar Mama temani dulu ya? Nala juga sepertinya belum selesai mandi. Adrian sudah akan pulang?"

"Iya Ma, mungkin masih di jalan. Tadi Lilya titip dibelikan sesuatu"

"Mama bahagia melihat kalian berdua, suami pengertian dan istri yang perhatian.
Semoga keluarga kecil kalian selalu bahagia"

Lilya memberi anggukan kecil. Hidup bahagia bersama Adrian dan Al adalah impiannya sekarang. Baginya masa depannya adalah mereka, keluarga kecilnya.

"Cucu mama ini, benar akan bernama Al?"tanya Linda. Perhatiannya kini tertuju pada perut besar Lilya, mengelusinya lembut. Setiap kali melihat perut Lilya rasanya ia masih tidak menyangka, jika dalam waktu dekat putri bungsunya akan memberikannya seorang cucu.

Rasanya baru kemarin Lilya menangis karena minta dibuatkan susu.

Lilya tersenyum. Hangat tangan mamanya adalah apa yang akan selalu ia sukai. Saat mama membelai rambutnya, memeluknya, dan kini mengelus perutnya. Ia sangat bersyukur karena memiliki ibu yang selalu ada di sisinya.

"Iya Ma, Al. Tapi untuk nama lengkapnya masih Kak Adrian rahasiakan, katanya kejutan"

"Adrian kelihatan sangat bahagia saat tahu bayinya perempuan. Apalagi semua keponakannya laki-laki, Mama tidak heran kalau dia sangat antusias"

"Sebenarnya sejak awal juga begitu, saat Mama melihat Adrian menyiapkan sarapan untuk kalian, Mama tahu dia akan menjadi suami sekaligus ayah yang bisa diandalkan suatu hari nanti"

***

Lilya yang masih setia menunggu itu mulai merasa was-was. Sudah tiga lebih sejak Adrian mengatakan ia akan segera pulang. Terlebih nomor lelaki itu sekarang tidak lagi aktif.

Mengapa belum juga sampai?
Apa terjadi sesuatu di jalan?
Atau sekarang sebegitu sulitnya mencari penjual es kelapa muda?

Jika tahu akan seperti ini, Lilya tidak akan meminta apapun, lebih cepat Adrian sampai di rumah akan jauh lebih baik. Ia tidak perlu merasa cemas seperti sekarang ini.

"Lilya…, nunggunya di kamar saja ya? Kasian dedeknya, pasti capek dan butuh istirahat" ajak Linda, ia justru khawatir dengan Lilya yang hanya makan dua suapan saat dibawakan makan malam.

Kondisi fisik Lilya masih belum sepenuhnya pulih, Linda bisa melihatnya dari wajah bungsunya yang bersemu pucat.

"Perasaan Lilya nggak enak Ma"

"Jangan mikir yang nggak-nggak sayang..."

"Tapi Lilya takut Ma…"
Linda mengusap rambut panjang Lilya. Ia mengerti kekhawatiran Lilya, betapa besar arti kehadiran Adrian untuknya.

"Ly, aku buat coklat panas, minum sama-sama yuk?"

Lilya mendongak, menemukan Nala  yang baru saja datang dengan membawa nampan yang berisi tiga cangkir coklat panas, untuk diletakkan di atas meja.

𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝, 𝐌𝐲 𝐄𝐱 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang